Geografi dialek merupakan salah satu cabang dialektologi yang mempelajari terkait variasi bahasa. Keraf (1996:143) mengungkapkan bahwa geografi dialek adalah bagian linguistik historis yang mempelajari tentang variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa. Sementara itu, tujuan dari geografi dialek ialah guna mengungkapkan fakta terkait ciri-ciri linguistis yang sekarang tercatat sebagai ciri-ciri dialek.
Lantas, berdasarkan pengertian dari geografi dialek yang kamu pahami, bagaimanakah urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa?
Menurut saya, urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa sangatlah berpengaruh. Hal ini dikarenakan suatu variasi bahasa dapat terjadi jika terdapat perbedaan antara letak geografisnya. Contohnya adanya perbedaan variasi bahasa Jawa (BJ) yang terbagi menjadi dialek Cirebon, Banyumas, Banten, Tegal, Solo dan Yogyakarta, Surabaya, Malang-Pasuruan, dan Pesisiran. Perbedaan variasi bahasa tersebut, mampu terjadi karena geografi dapat memengaruhi sebuah dialek. Dialek yang terjadi pada tataran desa, kecamatan, kabupaten, maupun provinsi. Hal ini selaras dengan pernyataan oleh Purwaningsih (2017) yang menjelaskan bahwa variasi bahasa dapat terjadi disebabkan oleh letak geografis yang berbeda. Variasi bahasa berdasarkan letaknya disebut pula dialek geografis atau geografi dialek.
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya geografi dialek sangatlah penting dan memiliki fungsi yang kuat dalam pengkajian variasi bahasa. Dengan adanya geografi dialek, maka akan memudahkan kita dalam mempelajari dan mengetahui seluk beluk variasi bahasa berdasarkan daerah-daerah yang ada di Indonesia.
Referensi
Purwaningsih, A. (2017). Geografi Dialek Bahasa Jawa Pesisiran di Desa Paciran Kabupaten Lamongan. In Proceeding of International Conference on Art, Language, and Culture (pp. 594-605).
Dalam mengkaji variasi bahasa, akan terdapat pola-pola yang tercipta dan hal tersebut salah satunya dikarenakan geografis. Mengkaji variasi Bahasa melalui geografi dialek akan memperlihatkan adanya perluasan Bahasa yang disebabkan oleh kemasyarakatan. Menurut Pamolango (2012) masih banyak peneliti yang kurang ikut andil dalam melakukan penelitian variasi Bahasa mengenai geografi dialek. Mengingat bahwa geografi dialek berlandaskan pada suatu daerah tertentu, maka dapat dilihat bahwa diperlukannya pembagian wilayah yang mencakup daerah dengan variasi Bahasa yang memiliki kemiripan dialek yang satu dengan dialek yang lain. Apabila dilihat dari penjelasan sebelumnya, geografi dialek ini memiliki fungsi dan urgensi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan variasi di suatu daerah dapat ditemukan juga melalui geografi dialek, dialek dari suatu wilayah tertentu. Dengan geografi dialek, variasi Bahasa juga dapat dilihat umurnya.
Referensi:
Pamolango, V. A. (2012). GEOGRAFI DIALEK BAHASA SALUAN. Parafrase: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan, 7-20.
Penelitian geografi dialek pada awalnya digunakan untuk menetapkan ruang lingkup gejala kebahasaan yang menggunakan cara mengelompokkan dan juga memaparkan ciri-ciri dialek. Bagi ilmu linguistik, geografi dialek mempunyai kedudukan yang cukup penting jika didasarkan pada alasan praktis. Ayatrohaedi (1983 dalam Wahyu, 2010) menyampaikan bahwa dengan penelitian geografi dialek, pada waktu yang sama telah bisa diperoleh gambaran umum mengenai sejumlah dialek, hal tersebut sangat menghemat waktu, tenaga, dan dana. Menurut Bloomfield (1965 dalam Wahyu, 2010), geografi dialek bukan hanya menyumbangkan pemahaman faktor ekstralinguistik yang memengaruhi kelaziman bentuk bahasa, tetapi juga memberikan banyak rincian mengenai sejarah setiap bentuk tersebut. Data yang dikumpukan tidak hanya menampilkan fakta empiris eksistensi variasi bahasa pada saat penelitian, namun sekaligus menyajikan hasil perjalanan sejarah variasi tersebut. Data yang diperoleh di lapangan dapat mencerminkan hasil perubahan yang terjadi. Dimensi diakronis yang ditampilkannya yang menyebabkan geografi dialek menjadi bagian penting dari kajian linguistik historis atau linguistik diakronis (Wahyu, 2010). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat terlihat bagaimana geografi dialek memiliki sumbangsi yang besar dalam penentuan variasi bahasa. Dengan adanya geografi membantu menentukan variasi bahasa dengan fakta-faktanya.
Daftar pustaka:
Wahyu. (2010). Mengenal Sekilas Dialektologi: Kajian Interdisipliner Tentang Variasi dan Perubahan Bahasa. Lingua Jurnal Ilmiah Bahasa dan Budaya.
Geografi dialek merupakan hasil dari kajian linguistik historis komparatif kemudian berkembang menjadi cabang dari linguistik areal khususnya dialektologi. Menurut Keraf (1996:143) istilah geografi dialek adalah cabang ilmu bahasa khusus yang mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dari semua aspeknya. Aspek tersebut mencakup fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon serta semantik.
Dalam melakukan pengkajian variasi bahasa, studi geografi dialek bertujuan untuk mengkaji semua gejala kebahasaan dari semua data yang diperoleh dari wilayah penilitian yang disajikan dalam bentuk peta bahasa. Tujuan geografi dialek adalah usaha untuk memetakan dialek. Fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa yaitu menentukan variasi-variasi bahasa berdasarkan pemetaan aspek kebahasaan mencakupi fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, dan semantik.
Penelitian (Afidah & Mardikantoro, 2019) Variasi Fonologi dan Leksikon Bahasa Jawa di Kabupaten Cilacap (Kajian) Geografi Dialek di Perbatasan Jawa –Sunda menggunakan kajian geografi dialek dalam menentukan variasi fonologi dan leksikon bahasa Jawa di Kabupaten Cilacap. Hasil penelitian menunjukkan BJC memiliki beragam variasi, yaitu meliputi: variasi fonologi yang berupa variasi bunyi vokal, variasi bunyi konsonan, korespondensi bunyi vokal, dan koresponensi bunyi konsonan.
Referensi
Afidah, A. U., & Mardikantoro, H. B. (2019). Variasi Fonologi dan Leksikon Bahasa Jawa di Kabupaten Cilacap (Kajian) Geografi Dialek di Perbatasan Jawa-Sunda. Jurnal Sastra Indonesia, VIII(1), 78-87.
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Menurut saya geografi dialek tentunya sangat penting dan berpengaruh besar dalam pengkajian variasi bahasa, karena tidak ada satu bahasa pun di dunia ini yang tidak memiliki variasi atau diferensiasi. Variasi tersebut memperlihatkan pola-pola tertentu yang tentunya dipengaruhi pola-pola sosial dan bersifat kedaerahan atau geografis. Urgensi geografi dialek dapat dilihat dari adanya kenyataan mengenai variasi bahasa yang berupa dialek-dialek yang perlu dikaji mendalam penyebarannya dengan geografi dialek. Geografi dialek sendiri mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa dan mengungkapkan fakta-fakta tentang perluasan ciri-ciri linguistis yang sekarang tercatat sebagai ciri-ciri dialek (Keraf, 1996: 143).
Jika membahas tentang perkembangan suatu bahasa, maka tidak terlepas dari penutur yang menggunakan bahasa itu sendiri, penutur bahasa di suatu daerah memiliki latar belakang budaya dan status sosial yang berbeda, perbedaan tersebut juga berkaitan dengan penggunaan dialek oleh masyarakat. Hal ini tentu berkaitan erat pula dengan geografi dialek yang membahas mengenai ragam-ragam bahasa terkait dengan batas-batas dialek atau bahasa. Ini lah fungsinya geografi dialek yakni mempermudah dalam pengkajian variasi bahasa. Selain itu dengan adanya gegografi dialek maka secara tidak langsung akan mengungkapkan dan menambah khazanah kebahasan serta sebagai usaha pemertahanan variasi bahasa. Misalnya perbedaan bahasa atau variasi bahasa yang dikaji dengan geografi dialek di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor berdasarkan korespondensi bunyi serta memvisualisasikan pemetaan dialek. Contohnya pada kata “Mata” Gloss mata sendiri memiliki tiga berian, yaitu panon [panon], bolor [bolor] dan mata [mata]. Berian panon ditemukan di Desa Cibunar dan Desa Gintungcilejet. Berian bolor ditemukan di Desa Cibunar, Desa Parungpanjang, dan Desa Pingku. Berian mata ditemukan di Desa Gintungcilejet dan Desa Dago. Berdasarkan berian-berian tersebut, berian panon, bolor dan mata tergolong perbedaan leksikal yang diteliti dengan geografi dialek (Rahmawati, S., 2013: 4).
Maka, hal ini tentu memperjelas betapa pentingnya geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa.
Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.
Rahmawati, S. (2013). Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor (kajian Dialektologi Sinkronis). Bahtera Sastra: Antologi Bahasa dan Sastra Indonesia , 1 (2).
Kridalaksana (1993: 42) menjelaskan dialek sebagai variasi bahasa yang berbeda menurut pemakai bahasa, bisa berdasarkan wilayah geografi (dialek regional), berdasarkan golongan tertentu (dialek sosial), juga berdasarkan waktu tertentu (dialek temporal). Sedangkan menurut Weijnen dkk (dalam Ayatrohaedi, 2002: 1 – 2) geografi dialek adalah sistem bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu dan menjadi alat pembeda dengan masyarakat lain yang memiliki sistem berbeda. Kajian geografi dialek merupakan cabang dialektologi yang mempelajari hubungan ragam-ragam bahasa yang bertumpu pada satuan ruang atau wilayah terjadinya ragam-ragam tersebut (Dubois ddk, dalam Ayatrohaedi, 1983: 29).
Terkait dengan urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa, Bloomfield (1965: 311) menjelaskan bahwa geografi dialek melengkapi linguistik historis komparatif yang khusus membahas perbedaan lokal (dialek). Dalam pengkajian variasi bahasa, geografi dialek memiliki urgensi dan fungsi yang sangat penting berdasarkan alasan praktis. Meilet (dalam Ayatrohaedi (1983:31) menjelaskan bahwa dengan menggunakan penelitian geografi dialek dapat mengefisiensikan waktu, tenaga, dan biaya. Hal ini karena telah diperolehnya gambaran-gambaran umum dialek dalam suatu masyarakat. Hal senada disampaikan oleh Bloomfield (1965: 345), geografi dialek memberi sumbangan mengenai faktor ekstralinguistik yang mempengaruhi kelaziman bentuk bahasa, serta memberi banyak rincian mengenai sejarah setiap bentuk-bentuk bahasa.
Dengan demikian, dapat disimpilkan bahwa urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa sangatlah penting. Terlebih karena data yang diperoleh melalui kajian ini berdimensi diakronis (urutan waktu). Data yang diperoleh ini menampilkan fakta empiris variasi bahasa dan sejarah terjadinya variasi tersebut.
Daftar Pustaka
Ayatrohaedi. (1983). Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ayatrohaedi. (2002). Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Bloomfield, Leonard.(1965). Language History. New York, Chicago, San Francisco, Toronto: Holt, Rinehart and Wiston.
Kridalaksana, Harimurti. (1993). FungsiBahasadanSikapBahasa. Ende: Nusa Indah.
Menurut salah satu ahli bahasa, yaitu Gorys Keraf mengatakan bahwa geografi dialek sebuah ilmu mempelajari mengenai variasi bahasa melalui perbedaan lokal yang memuat aspek fonologi, mofologi, sintaksis, leksikon, dan semantik.
Selaras dengan pendapat ahli di atas dapat saya simpulkan bahwasanya
Geografi dialek menurut saya merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji macam bentuk sebuah variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal wilayah bahasa.
Sedangkan itu, fungsi maupun urgensi geografi dialek guna menambah khasanah dalam ilmu bahasa, mempermudah pengelompokan variasi bahasa (letak bahasa), mengetahui lokasi dan persebaran bahasa di wilayah indonesia.
Menurut pendapat saya urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa sangatlah penting. Hal ini dikarenakan dialek geografi merupakan cabang linguistik yang bertujuan untuk mengkaji semua gejala kebahasaan secara cermat yang disajikan berdasarkan peta bahasa. Keraf (1996:143) menyebutnya dengan istilah geografi dialek. Fungsi dari geografi dialek ini yaitu menyediakan data bahasa bagi peneliti linguistik lain, seperti bagi linguistik histroris komparatif. Selain
data, penelitian dialek berguna sebagai sumbangan berharga bagi usaha rekonstruksi dan pengelompokan bahasa. Geografi dialek mempunyai kedudukan yang penting di dalam ilmu bahasa pada umumnya. Kedudukannya yang penting ini disebabkan oleh alasan praktis yaitu dengan penelitian geografi dialek maka dapat diperoleh gambaran umum mengenai variasi bahasa. Sehingga hal tersebut dapat menghemat waktu, tenaga, dan dana bagi penelitian yang sama di lain kesempatan (Meillet, 1967:78).
Menurut saya, dari pengertian yang telah disebutkan di atas urgensi dan fungsi dialek geografi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pengkajian variasi bahasa. Seperti yang telah dijelaskan Keraf (1996) bahwa dialek geografi merupakan ilmu yang mempelajari variasi bahasa berdasar pada perbedaan lokal suatu bahasa. Hal ini berarti bahwa adanya variasi bahasa salah satunya disebabkan oleh adanya perbedaan antar letak geografis suatu bahasa. Misalnya saja dialek bahasa Jawa yang memiliki bermacam-macam dialek karena perbedaan letak geografisnya, yaitu dialek Banten, Banyumas, Cirebon, Tegal,
Solo dan Yogyakarta, Malang-Pasuruan, Surabaya, dan Pesisiran. Perbedaan tersebut terjadi pada tataran desa, kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi. Selain itu, perubahan bahasa Jawa tidak identik antara daerah satu dengan daerah yang lainnya sehingga variasi dialek lebih beragam (Antono, Zulaeha, dan Baehaqie, 2019). Variasi antar dialek tersebut juga memiliki ciri khas masing-masing. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa dialek geografi memiliki peran dan fungsi yang penting dalam pengkajian variasi bahasa.
Referensi:
Antono, A., Zulaeha, I., & Baehaqie, I. (2019). Pemertahanan Fonologis dan Leksikal Bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri: Kajian Geografi Dialek. Jurnal Sastra Indonesia, 8(1), 23-32.
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ayatrohaedi dalam Dialektologi (1979) mengungkapkan bahwasanya urgensi mempelajari geografi dialek berguna untuk mempelajari hubungan yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa yang bertumpu kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya ragam-ragam itu, geografi dialek juga berhubungan erat dengan ilmu bahasa bandingan.
Perbedaannya dengan ilmu bahasa bandingan ialah kesimpulan-kesimpulan ilmu bahasa bandingan hampir selalu menunjuk kepada bahasa purba secamhipotis yang temyata tidak pemah ada, sedangkan geografi dialek menyatakanhal yang bertalian dengan pemakaian unsur bahasa sehingga pemakaian unsur bahasa itu dapat diuji.
Referensi : Yudibrata, K., HIDAYAT, S., & RAHMAN, O. (1990). Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kabupaten Karawang.
Salah satu fonomena variasi bahasa adalah dialek, yaitu variasi bahasa yang kemunculannya dilatarbelakangi oleh tempat tertentu (dialek regional), kelompok bahasa dari golongan tertentu (dialek sosial), serta kelompok bahasa yang hidup pada waktu tertentu (dialek temporal) (Kridalaksana, 1993: 42). (Weijnen dkk dalam Ayatrohaedi, 1983: 1, 2002: 1 – 2) berpendapat bahwa dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga dan mempergunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya. Tidak ada seorang pun penutur sebuah bahasa yang lepas sama sekali dari dialek atau variasi bahasanya ketika orang itu berbicara, saat itu pula yang bersangkutan berbicara dalam dialeknya atau variasi bahasanya. Kemunculan dialek-dialek inilah yang melahirkan suatu khasanah ilmu yang disebut dialektologi. Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek; atau cabang dari linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek dengan memperlakukan perbedaan tersebut secara utuh (Mahsun, 1995: 11).
Huu
Referensi : https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/11117-Full_Text.pdf
Menurut saya, urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa sangatlah penting. Sejalan dengan itu, Waridah (2015:84) mengungkapkan bahwa keadaan geografis yang berbeda –beda telah memisahkan masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang terdiri atas berbagai bangsa sehingga melahirkan kebudayaan yang berbeda, termasuk di dalam bahasanya. Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap daerah memiliki variasi bahasa yang beragam. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa sangatlah penting. Selain itu, juga sebagai pemisah karena adanya perbedaan-perbedaan suatu variasi bahasa, baik dalam variasi fonologi maupun leksikalnya berdasarkan letak geografinya.
REFERENSI :
Waridah. (2015). Penggunaan Bahasa dan Variasi Bahasa dalam Berbahasa dan Berbudaya. Jurnal Simbolika, 1(1), 84-93.
Menurut pendapat saya, geografi dialek dengan kajian variasi bahasa sangatlah berkaitan erat. Fungsi geografi dialek dalam kajian variasi bahasa adalah sebagai pemetaan guna menunjukan variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan vokal atau bahasa (Huri, 2017). Fungsi pemetaan ini adalah sebagai usaha memvisualisasikan letak geografis yang menjadi tempat digunakan suatu bahasa berbentuk tertentu (Rohaedi dalam Huri 2017).
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah sangat jelas bahwa geografi dialek sangat penting dan sebagai kajian utama dalam kajian variasi bahasa.
Referensi:
Huri, D. (2017). GEOGRAFI VARIASI BAHASA DI BAGIAN UTARA KARAWANG JAWA BARAT. Jurnal Gramatika, 3(2), 239-248.
Keraf (1996) menyatakan bahwa geografi dialek dalam suatu studi menganalisis tentang ragam bahasa melalui kontradiksi lokal yang memuat aspek linguistik (fonologi, mofologi, sintaksis, leksikon, dan semantik). Berdasarkan hal tersebut, dapat simpulkan bahwasanya geografi dialek menurut saya merupakan cabang ilmu bahasa yang memperlajari varian bentuk sebuah macam bahasa yang dilandasi perbedaan dan kontradiiksi lokal wilayah dan daerah suatu bahasa. Urgensi geografi dialek guna menambah khasanah dalam ilmu bahasa, mempermudah pengelompokan variasi bahasa (letak bahasa), mengetahui lokasi dan persebaran bahasa di wilayah indonesia.
Menurut pendapat saya terkait urgensi geografi dialek dalam pengkajian variasi bahasa adalah sangat penting dan berpengaruh. Hal tersebut karena geografi dialek adalah ilmu yang mempelajari variasi-variasi bahasa yang didasarkan pada perbedaan wilayah (Keraf, 1996). Wilayah Indonesia sendiri yang berbentuk kepulauan yakni terdiri dari berbagai pulau yang tersebar di seluruh wilayah, yang mana hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya variasi bahasa yang berbeda di setiap wilayahnya. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Purwaningsih (2017) yang mengatakan bahwa tersebarnya Bahasa di Indonesia mengakibatkan terciptanya variasi
bahasa. Variasi bahasa ini nanti akan membentuk berbagai macam idiolek dan dialek yang berbeda. Meskipun setiap wilayah memiliki variasi bahasa akan tetapi tidak dipungkiri banyak dari bahasa tersebut yang memiliki kemiripan antara satu dengan yang lainnya.
REFERENSI:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purwaningsih, A. (2017). Geografi Dialek Bahasa Jawa Pesisiran di Desa Paciran Kabupaten Lamongan. In Proceeding of International Conference on Art, Language, and Culture (pp. 594-605).
Sejalan dengan pendapat Gorys Keraf, Purwaningsih (2017) menyatakan bahwa variasi bahasa bisa terjadi disebabkan letak geografis yang berbeda. Variasi bahasa berdasarkan letaknya disebut juga dengan dialek geografis atau geografi dialek. Variasi bahasa akan tercipta dari perbedaan letak geografisnya. Misalnya, akan muncul variasi bahasa kedaerahan atau dialek seperti dialek Solo, dialek Yogyakarta, dialek Semarangan dan lain-lain yang memiliki ciri khas masing-masing dan cenderung berbeda (Arif Antono, 2019).
Oleh karena itu, urgensi dan fungsi geografi dialek dalam pengkajian sebuah bahasa sangatlah penting karena akan menciptakan berbagai variasi-variasi bahasa. Dengan adanya geografi dialek tersebut juga akan memudahkan dalam pemahaman variasi bahasa.
Referensi:
Arif Antono, I. Z. (2019). Pemertahanan Fonologis dan Leksikal Bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri: Kajian Geografi Dialek. Jurnal Sastra Indonesia.
Purwaningsih, A. (2017). Geografi Dialek Bahasa Jawa Pesisiran di Desa Paciran Kabupaten Lamongan. In Proceeding of International Conference on Art, Language, and Culture (pp. 594-605).
Menurut saya geografi dialek berperan sangat penting dalam hal pengkajian variasi bahasa. Variasi bahasa yang ada memperlihatkan suatu pola tertentu. Dalam kaitannya dengan geografi dialek pola tersebut bersifat kedaerahan atau geografis. Menurut Keraf (1996) geografi dialek mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa. Berdasarkan hal tersebut urgensi geografi dialek dalam hal pengkajian variasi bahasa sangat terlihat karena variasi bahasa itu sendiri menjadi objek yang dipelajari dalam geografi dialek. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Purwaningsih (2017) yang menyatakan bahwa adanya variasi bahasa bisa disebabkan karena letak geografis yang berbeda. Sementara fungsi geografi dialek yaitu untuk memetakan berbagai variasi bahasa berdasarkan letak geografis. Adanya pemetaan tersebut dapat mempermudah analisis variasi bahasa.
Referensi:
Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.
Purwaningsih, A. (2017). Geografi Dialek Bahasa Jawa Pesisiran di Desa Paciran Kabupaten Lamongan. In Proceeding of International Conference on Art, Language, and Culture (pp. 594-605).
Menurut saya, adanya perbedaan letak geografis suatu wilayah berpengaruh terhadap pengkajian variasi bahasa daerah tersebut. Perbedaan kosakata, ucapan, dan ujaran menjadi perbedaan dialek pada tiap wilayah yang berasal dari hubungan dan keragaman pada dialek suatu wilayah. Menurut (Purwaningrum, 2020), terdapat variasi leksikal yang dianggap mampu mewakili situasi kebahasaan pada wilayah yang memiliki dua variasi dialek. Kedekatan letak geografis dua wilayah akan berpengaruh terhadap leksikon yang digunakan oleh masyarakat. Pengkajian variasi dapat dilakukan dengan melambangkan unsur-unsur bahasa tertentu dengan lambang yang berbeda, baik secara fonologis atau morfologis yang membentuk gambaran dasar pengkajian bahasa. Geografi dialek juga berpengaruh pada tinggi rendah atau panjang pendek pengucapan kosakata sehingga pengkajian variasi bahasa berdasar geografi dialek memiliki pengaruh yang signifikan.
Referensi
Purwaningrum, P. W. (2020). Variasi Leksikal di Kabupaten Kebumen (Sebuah Kajian Dialektologi). Jurnal Wanastra, 112-119.
Hartman dan Stork (1972) berpendapat bahwa variasi bahasa lahir dari adanya perbedaan latar belakang geografi dan sosial penutur, medium yang digunakan dan pokok pembicaraan. Selain itu, Halliday (1970, 1990) mengungkapkan variasi bahasa dapat berbeda karena adanya variasi pemakai atau dialek serta adanya variasi pemakaian atau register. Berdasarkan pengertian variasi bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa ini hadir dari banyaknya faktor. Variasi bahasa tidak hanya berasal dari variasi pengguna suatu bahasa, atau yang kemudian disebut dialek, namun faktor lain seperti di mana pemakai bahasa tersebut tinggal atau menggunakan bahasanya, kapan suatu bahasa digunakan, dan dalam situasi seperti apa suatu bahasa dipakai yang keseluruhannya untuk berkomunikasi maka bahasa yang bervariasi tentu dapat hadir.
Referensi:
Nurrahman, R., & Kartini, R. (2021). Variasi Bahasa dalam Percakapan Antartokoh Film Ajari Aku Islam. Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 14(2), 175-186.