Rumpun bahasa Austronesia: melemahkan atau menguatkan bahasa Indonesia?

Realitas kebahasaan kita sebagai bangsa Indonesia tentu tak dapat dipisahkan dari fakta keragaman bahasa. Apabila kita kaitkan dengan rumpun bahasa, keragaman bahasa yang ada di Indonesia masuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Menurut pendapat kamu, bagaimana nilai tawar realitas kebahasaan tersebut terhadap bahasa Indonesia? Apakah menguatkan? Atau sebaliknya, justru melemahkan?

6 Likes

Menurut Fitriani & Nabila (2020: 199) memapaparkan bahwa bahasa Indonesia menjadi salah satu komponen dari bahasa rumpun Austronesia menjadi alat komunikasi serta perantaraan antarmasyarakat yang dinamis sekaligus heterogen di Indonesia. Maka dari itu, banyak masyarakat Indonesia yang memakai campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam berkomunikasi maupun menjalin hubungan interaksi sosial dengan yang lainnya. Dengan adanya campur kode tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa adanya proses interferensi bahasa yang mana mampu menyebabkan bentukan kata baru yang mana ditandai dengan adanya penghilangan fonem dan penambahan fonem. Menurut Menurut Fitriani & Nabila (2020: 199) juga menjelaskan bahwa interferensi bahasa merupakan tanda “penyimpangan” bahasa dalam segi ragam tulisan atau lisan oleh orang berkemampuan bilingual maupun multilingual yang terpengaruhi aspek pemakaian bahasa ibu, bahasa asing atau campur kode. Selain itu, dengan adanya interferensi bahasa apabila kurangnya pengetahuan serta terpengaruh faktor pribadi si penutur maka dapat cenderung menyebabkan rusaknya hubungan makna berkomunikasi sehingga terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Jadi, pendapat dari saya mengenai adanya realitas kebahasaan tersebut akan memengaruhi bahasa Indonesia ke sisi yang melemahkan.

Fitriani, R. S., & Nabila, R. (2020). Interfensi Bahasa Indonesia Sebagai Bagian Dari Rumpun Bahasa Austronesia. Seminar Nasional Arkeologi. 3, pp. 197-204. Bandung: Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat.

1 Like

Anggota yang termasuk rumpun bahasa Melayu diantaranya bahasa Indonesia, bahasa Melayu Brunei, bahasa Melayu Malaysia, dan bahasa Melayu Singapura. Keempat bahasa tersebut dapat dikatakan juga sebagai satu kelompok rumpun bahasa Austronesia (Firmansyah, dkk , 2018). Oleh karena itu, tak heran jika terdapat beberapa kosakata yang sama dalam pelafalan antara bahasa Melayu Malaysia dengan bahasa Indonesia. Hal tentu secara tidak langsung menjadikan bahasa Indonesia berasal dari berbagai gabungan bahasa yang serumpun. Hal ini menegaskan bahwa sebenarnya keberadaaan rumpun Austronesia memberikan banyak referensi bahasa sehingga dapat menyerap banyak diksi yang serumpun. Dengan begitu, maka jelas bahwa eksistensi rumpun Austronesia semakin memperkuat bahasa Indonesia karena memperkaya potensi bahasa serapan dan penyebaran bahasa itu sendiri.

Romi Firmansyah, R. S. (2018). PERBANDINGAN KAJIAN SEMANTIK RUMPUN BAHASA MELAYU. Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 435-440.

1 Like

Menurut pendapat saya, nilai tawar realitas kebahasaan Austronesia terhadap bahasa Indonesia bisa menguatkan. Hal ini dikarenakan adanya sejarah Indonesia yang memiliki letak strategis, berada di persimpangan jalur perdagangan dan lintas internasional. Hal itu memungkinkan Indonesia pada zaman dahulu disinggahi oleh banyak penduduk asing. Salah satu nenek moyang yang mendominasi Indonesia diketahui adalah suku Austronesia. Suku Austronesia menjadi leluhur yang membawa cikal bakal kebudayaan dan bahasa Indonesia. Dengan demikian, rumpun Austronesia yang menyebar memiliki dampak kesenjangan etnis dan ras. Hal tersebut sangat menguatkan bahwa kebahasaan Austronesia sangat menguatkan terbentuknya bahasa Indonesia.

Sejalan dengan teori yang telah ada, Mahsun O. mengelompokkan semua bahasa di Indonesia ke dalam kelompok bahasa yang sama, yaitu kelompok Melayu Polinesia (Austronesia) dengan dua subkelompok, yaitu subkelompok Austronesia Barat dan subkelompok Austronesia Timur. Kedua subkelompok bahasa ini membelah dua wilayah Indonesia, sehingga membentuk garis yang secara linguistis dikenal sebagai garis Brandes. Wilayah garis Brandes bagian Barat mencakupi wilayah Barat mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, sampai ke arah Timur: pulau Sumbawa bagian barat (kabupaten Sumbawa dan kabupaten Sumbawa Barat) dan ke Utara pulau Kalimantan. Wilayah garis Brandes bagian timur mencakupi: wilayah pulau Sumbawa bagian Timur, Sulawesi, NTT, Maluku, Halmahera, sampai ke Papua dan Papua Barat.

Referensi

Mahsun, O. Merajut Kebinekaan Bahasa Sebagai Pemerkukuh Ikatan Kebangsaan.

1 Like

Menurut pendapat saya nilai tawar realitas kebahasaan dapat menguatkan bahasa Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan karena rumpun bahasa Austronesia merupakan rumpun bahasa yang cukup luas dan mempengaruhi bahasa-bahasa yang di dunia termasuk bahasa Indonesia. Pada saat masyarakat penutur bahasa Austronesia datang di Kepulauan Indonesia, kawasan ini bukanlah suatu daerah kosong yang tidak berpenghuni. Pada beberapa pulau di Kepulauan Indonesia telah dihuni oleh komunitas Non-Austronesia yang telah eksis sejak masa sebelumnya. Rumpun bahasa-bahasa Austria atau bahasa Austronesia diantaranya yaitu bahasa-bahasa Nusantara (Melayu, Jawa, Malagasi, Formosa, dan Filipina), bahasa bahasa Melanesia (bahasa Pasir, bahasa Dani, bahasa Amungme, bahasa Papua, dan bahasa Polinesia). Rumpun bahasa Austronesia ini juga berpengaruh terhadap beragamnya kosa kata baru yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Sehingga hal tersebut tentunya akan menambah kekayaan bahasa terutama bagi masyarakat Indonesia, dan hal ini juga sekaligus yang menjadi alasan bahwa rumpun Austronesia dapat memperkuat bahasa Indonesia.

Referensi:
Anceaux, J.C. 1991. “Beberapa Teori Linguistik Tentang Tanah Asal Bahasa Austronesia”, dalam Harimurti Kridalaksana, (ed.), Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai, hlm. 72-92. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

1 Like

Bahasa daerah dapat meningkatkan kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai keberbedaan dan keberagaman yang melekat pada kehidupan lokal, sebagai faktor yang sangat potensial dalam membangun cara pandang generasi muda yang berwawasan nasionalis pada era globalisasi ini (Rustan, 2010). Selaras dengan itu, bahasa daerah memiliki peran yang sama penting dalam memperlihatkan keberagaman bangsa Indonesia pada satu sisi dan pada sisi yang lain mempertautkan satu suku bangsa dengan suku bangsa lain. Sebagai contoh, akan dikemukakan bagaimana peran satu bahasa untuk memperantarai hubungannya dengan bahasa lain (Mahsun, 2018).

Berdasarkan pendapat di atas, menunjukkan bahwa keberagaman bahasa dapat mempererat keberagaman bangsa Indonesia. Keberagaman bahasa dapat memperluas pengetahuan masyarakat Indonesia, serta meningkatkan sikap nasionalisme bangsa.

Referensi

Mahsun. (2018). KEBHINNEKAAN DAN SEGMETASI KEWILAYAHAN NKRI: ISU-ISU SEPUTAR KEBERAGAMAN BAHASA, KONFLIK SOSIAL, DAN DISINTEGRASI BANGSA. PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SOSIOLOGI VII: TANTANGAN KEBHINEKAAN DI ERA DIGITAL, 861-896.

Rustan, E. (2010). PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER DI ERA GLOBALISASI. PROSIDING KONGRES INTERNASIONAL BAHASA-BAHASA DAERAH SULAWESI TENGGARA, 247-249.

1 Like

Menurut pendapat saya nilai tawar/realitas bahasa Austronesia terhadap bahasa Indonesia adalah menguatkan. Hal ini dikarenakan keragaman bahasa di Indonesia didasarkan pada 2 migrasi salah satunya Migrasi Austronesia sehingga dua arus tersebut berpengaruh pada pembentukan budaya dan bahasa di Nusantara. Migrasi Austronesia membawa orang Austronesia ke Nusantara yang mana terlihat dalam transisi populasi Asia dan Oseania (Bellwood, 1997). Semua bahasa yang ada di Indonesia diturunkan dari dua kelompok bahasa kuno yakni, Keluarga Bahasa Austronesia yang berpindah di Nusantara pada 4.000 tahun lalu dan Keluarga Bahasa Papua, yang sudah sampai terlebih dahulu di Nusantara pada 40.000 tahun lalu. Oleh karena itu kesimpulannya adalah keragaman bahasa di Indonesia kontemporer berkaitan dengan faktor migrasi ini. Menurut pendapat Collins (2014) faktor-faktor lain juga berpengaruh seperti pada kasus perpindahan penduduk serta keadaan geografi di Nusantara yang memiliki dengan banyak pulau dan pegunungan, ada juga faktor sosial dan komunikasi yang juga menjadi penyebab terciptanya keragaman bahasa yang kita saksikan sekarang di Indonesia.

REFERENSI:
Bellwood, P. (1997). Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago. Honolulu: University of Hawai’i Press.
Collins, J. T. (2014). Keragaman bahasa dan kesepakatan masyarakat: pluralitas dan komunikasi. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 149-180.

1 Like

Pada dasarnya, orang-orang Austronesia adalah salah satu rumpun yang merupakan pendatang di Indonesia sekitar 5.000 tahun yang lalu (Syam, dkk., 2017). Rumpun bahasa Austronesia merupakan rumpun yang sangat besar. Rumpun ini mencakup suku Melayu, Formosan (Taiwan), Polynesia (Hawaii, Selandia Baru, dan sebagainya).

Bahasa Indonesia berasal dan berkembang dari bahasa Melayu (Marsono, 2018). Bahasa Melayu merupakan salah satu rumpun bahasa Austronesia. Berkembangnya bahasa Melayu di Nusantara kala itu menyadarkan para pemuda Indonesia akan pentingnya persatuan dan kesatuan guna melepaskan diri dari penjajah. Oleh sebab itu, pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda. Dalam kalimat ketiga Sumpah Pemuda memuat bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Dengan diikrarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang berasal dari bahasa Melayu, pemakaian bahasa ini sebagai lingua franca di seluruh wilayah Nusantara menjadi lebih kokoh dan berkembang meluas (Marsono, 2018). Sehingga adanya rumpun Austronesia sebagai rumpun induk dari suku Melayu ini menguatkan bahasa Indonesia. Sederhananya rumpun Melayu-Austronesia ini adalah salah satu leluhur dari penduduk Indonesia. Bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu penurunan bahasa yang dipakai oleh orang-orang Austronesia.

Sumber
Marsono. (2018). Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara (Morfologi Tujuh Bahasa Anggota Rumpun Austronesia dalam Perbandingan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syam, Y., Firly, A., Endris, A., & Satmoko, R. (2017). Ensiklopedi bahasa dan sastra: Perkembangan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu. Bandung: Hikam Pustaka.

1 Like

Berdasarkan literatur yang saya baca, bahwa bahasa Indonesia memiliki nilai tawar realitas kebahasaan yang menguatkan. Hal ini dikarenakan adanya sejarah Indonesia yang memiliki letak strategis, dan masuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia sehingga memiliki hubungan kekerabatan dengan bahasa daerah di sekitarnya. Seperti bahasa Melayu dan Polinesia. Dengan demikian, hubungan kekerabatan tersebut menciptakan bahasa yang serumpun dan tak heran pula bilamana ditemui kosakata, pelafalan, yang sama atau mirip. Hal ini didukung pula dalam buku De Linguis Insularum Orientalium (Mengenai Bahasa-bahasa Kepulauan Timur) dan John Reinhold Foster dengan bukunya Voyage Round The World Tahun 1776, yang mengemukakan bahwa bahasa-bahasa Melayu dan Polinesia merupakan bahasa-bahasa berkerabat dan merupakan bahasa yang serumpun. Karena letaknya yang strategis ini tentunya akan menambah kekayaan bahasa terutama bahasa Indonesia, dan memperkuat bahasa Indonesia itu sendiri.

Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.

1 Like

Menurut saya, realitas nilai kebahasaan rumpun bahasa Austronesia terhadap bahasa Indonesia lebih mempengaruhi ke sisi yang menguatkan. Dengan adanya hal itu, bahasa Indonesia akan memiliki lebih banyak kosakata-kosakata baru yang dihasilkan melalui kata-kata serapan dari macam-macam bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Dalam skala kecil sekalipun, kosakata-kosakata baru akan dihasilkan, misalnya hanya dari rumpun bahasa melayu. Seperti yang telah diketahui, bahwa bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa melayu. Selain itu, bahasa Indonesia juga berasal dari bahasa melayu yang kemudian berkembang seperti saat ini. oleh karena itu, tidak akan mengherankan jika terdapat beberapa kosakata yang memiliki kesamaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia (Romi Firmansyah, 2018).
Referensi:
Romi Firmansyah, R. S. (2018). Perbandingan Kajian Semantik Rumpun Bahasa Melayu. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 1(3), 435-440. doi:http://dx.doi.org/10.22460/p.vli3p%p.778

1 Like

Menurut saya nilai tawar realitas kebahasaan terhadap bahasa Indonesia dapat menguatkan. Hal tersebut dikarenakan letak Indonesia yang strategis, yakni berada di jalur perdagangan internasional. Kemungkinan besar Indonesia pernah disinggahi oleh banyak orang asing. Nenek moyang yang mendominasi Indonesia adalah suku Austronesia. Selain itu, diketahui bahasa Indonesia, bahasa Melayu Brunei, bahasa Melayu Malaysia, dan bahasa Melayu Singapura termasuk dalam rumpun Austronesia. Tidak heran jika bahasa Melayu Malaysia dengan bahasa Indonesia terdapat beberapa kosakata yang pelafalannya sama atau mirip. Seiring berjalannya waktu bahasa tersebut berkembang luas di Nusantara.

Referensi:

Firmansyah, R., Aprian, R. S., & Ismayani, R. M. (2018). Perbandingan Kajian Semantik Rumpun Bahasa Melayu. Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , 1 (3), 435-440.

1 Like

Menurut saya, rumpun bahasa Austronesia menguatkan bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun Austronesia dan dalam cakupan lebih kecil, yaitu bahasa melayu berpengaruh dalam perkembangan bahasa Indonesia. Terdapat beberapa faktor bahasa melayu dapat diterima bahasa Indonesia, yaitu luasnya pemakaian bahasa melayu dan diterimanya penggunaan bahasa melayu dalam sastra.
Referensi:
bahasa Indonesia, B. S. SEJARAH, FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA.

1 Like

Bahasa-bahasa Austronesia, menurut saya, dapat menguatkan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan hubungan kekerabatan yang sangat erat dimiliki oleh rumpun bahasa Austronesia.

Bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan berhubungan erat dengan kesinambungan dialek yang besar. Bahasa-bahasa tersebut menurut Afria (2017) berada pada tingkat sejajar dan tidak menunjukkan hubungan saling menurunkan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.

Referensi:
Afria, R. (2017). Warisan Migrasi Bahasa Austronesia dalam Bahasa Kerinci.

1 Like

Menurut Saya, Saya sangat setuju dengan fakta bahwa bangsa indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keragaman bahasa. Dan jika meninjau rumpun bahasa berdasar pada pendapat Keraf (dalam Syafi’i & Ibrahim, 2019) Indonesia juga termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia yang mana bahasa Austronesia sendiri dibagi menjadi empat, yakni wilayah barat, barat laut, utara dan timur, dan tengah. Wilayah barat meliputi Indonesia, Serawak, daratan Asia Tenggara, dan Madagaskar. Wilayah barat laut meliputi Taiwan, Filipina, Kalimantan Utara, dan Brunei. Wilayah Utara dan Timur meliputi Mikronesia dan Polinesia. Serta wilayah tengah meliputi daerah Irian Timur dan Melanesia.
Terkait nilai tawar realitas kebahasaan Austronesia terhadap bahasa Indonesia, menurut saya hal ini tentunya menguatkan. Keberagaman bahasa yang ada di Indonesia tak terlepas dari berbagai aspek, hal ini sejalan dengan pendapat Siti Fitriani & Nabila (2020) Bahwa Perubahan sosial budaya di masyarakat pun membawa perubahan pada perkembangan bahasa Indonesia sebagai bagian dari rumpun bahasa Austronesia yang bermula dari bahasa Melayu. Selain Indonesia beberapa negara tetangga juga menggunakan bahasa Melayu dan selanjutnya disebut rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Austronesia ini juga berkembang dengan adanya interferensi bahasa dalam masyarakat heterogen yang dipengaruhi oleh bahasa sumber, bahasa resipien, dan importasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai tawar realitas kebahasaan Austronesia terhadap bahasa Indonesia itu menguatkan.

Referensi:
Syafi’i, Imam & Abd. Syukur Ibrahim. (2019). Leksikostatistik Lima Bahasa Nusantara: Bahasa Jawa,Bahasa Madura, Bahasa Sunda, Bahasa Bali, Dan Bahasa Indonesia. BASINDO : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, 3(1), 85-93. doi: http://dx.doi.org/10.17977/um007v3i12019p085.

Siti Fitriani, R., & Nabila, R. (2020). Interferensi Bahasa Indonesia Sebagai Bagian dari Rumpun Bahasa Austronesia. Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 3(1), 197-204. INTERFERENSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI RUMPUN BAHASA AUSTRONESIA | Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat.

1 Like

Meluasnya rumpun bahasa Autronesia disebabkan adanya persebaran masyarakat rumpun Austronesia di luar daerah asalnya karena adanya tekanan geografi. Menurut Bellwood, Austronesia berasal dari Taiwan dan Pantai Cina bagian selatan. Austronesia masuk di Kepulauan Indonesia akibat adanya interaksi antar budaya dan kasus migrasi-kolonisasi masyarakat rumpun Austronesia. Hal tersebut ditandai dengan masuknya budaya baru di Kepulauan Indonesia oleh masyarakat Austronesia. Dari peristiwa tersebut, adanya evolusi budaya dan interaksi masyarakat Autronesia dengan komunitas Non-Austronesia menyebabkan budaya Neolitikum di Kepulauan Indonesia mengalami perkembangan. Evolusi dan interaksi yang intensif mendorong pembauran budaya Austronesia dan Non-Autronesia di Kepulauan Indonesia. Artinya, rumpun bahasa Autronesia menguatkan bahasa Indonesia dengan adanya evolusi budaya dan interaksi antar masyarakat.

Noerwidi, S. (2014). MIgrasi Austronesia dan Impikasinya Terhadap Perkembangan Budaya di Kepulauan Indonesia. Jurnal Amerta, 1-76.

1 Like

Jumlah anggota rumpun bahasa Austronesia merupakan 1/8 dari seluruh bahasa yang ada di dunia (Prasetya, 2006). Selain itu, salah satu rumpun bahasa Austronesia adalah bahasa Melayu (Purwanti, 2018). Hal tersebut membuktikan bahwa bahasa Indonesia memiliki kekerabatan dengan bahasa-bahasa serumpunnya. Fakta-fakta kebahasaan dalam wujud keteraturan dan kesepadanan yang ditemukan pada bahasa-bahasa kerabat menunjukkan bukti adanya keasalan yang terwaris dari moyang yang sama (Afria dan Fitrah, 2017). Jadi, dengan adanya rumpun Austronesia dapat memperkuat bahasa Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena bahasa Indonesia dapat melakukan proses morfologis dengan bahasa yang satu rumpun dengan bahasa Austronesia. Dari proses tersebut, membuat bahasa Indonesia memperkaya kosakatanya tanpa menghilangkan identitas bahasanya sendiri.

REFERENSI:

Fitrah, Y., & Afria, R. (2017). Kekerabatan Bahasa-Bahasa Etnis Melayu,Batak,Sunda,Bugis, dan Jawa Di Provinsi Jambi: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif. Jurnal Titan, 1(2).

Prasetyo, Bagyo. 2006. Austronesia Prehistory from the Perspektive of Comparative Megalitic. Jakarta : LIPI, hlm. 163-173.

Purwanti. (2019). Bahasa Austronesia dari Sumatera. Seminar Nasional Arkeologi, hlm. 219-230.

1 Like

Menurut Tanudirjo (2006: 87) persebaran rumpun bahasa Austronesia yang luas disebabkan oleh proses ekspansi masyarakat penutur rumpun bahasa tersebut ke luar dari daerah asalnya akibat tekanan demografi. Persebaran ini juga mencakup ke Kepulauan Indonesia. Masuknya rumpun bahasa Austronesia membawa beberapa perubahan dalam budaya Indonesia. Menurut saya, nilai tawar realitas kebahasaan Austronesia terhadap bahasa Indonesia bisa menguatkan. Adanya interaksi budaya membawa inovasi baru. Membuat perbaikan-perbaikan yang memungkinkan. Rumpun bahasa Austronesia memunculkan serapan bahasa baru yang memperkaya bahasa di Indonesia. Akibatnya banyak perbedaan bahasa. Tetapi menurut saya hal itu tidaklah melemahkan Indonesia. Perbedaan itu membawa Indonesia menjadi lebih kaya. Maka dari itu, saya menarik kesimpulan bahwa kebahasaan Austronesia terhadap bahasa Indonesia bisa menguatkan.

Tanudirjo, D.A. 2006. The Dispersal of Austronesian-speaking-people and the Ethnogenesis Indonesian People, dalam Truman Simanjuntak, Inggrid H.E Pojoh, Mohammad Hisyam. (ed.), Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago, pp. 83-98, Jakarta: LIPI Press.

1 Like

Bahasa Indonesia merupakan salah satu anggota rumpun bahasa Austronesia. Menurut Keraf (1996) bahasa proto adalah bahasa-bahasa tua yang menurunkan sejumlah bahasa sekerabat. Bahasa tua dari bahasa Indonesia yaitu proto-Austronesia. Dalam penyebaran bahasa, suatu bahasa bisa memiliki persamaan maupun perbedaan dengan bahasa proto (Rizqi & Widayati, 2021). Persamaan yang muncul dalam bahasa Indonesia disebabkan oleh pewarisan dari proto Austronesia. Sedangkan perbedaan yang muncul disebabkan oleh masuknya unsur dari luar yang memberikan variasi bahasa. Berdasarkan hal tersebut, menurut saya nilai tawar realitas rumpun bahasa Austronesia terhadap bahasa Indonesia menguatkan. Hal tersebut karena rumpun bahasa Austronesia menurunkan berbagai bahasa, salah satunya bahasa Indonesia.

Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.
Rizqi, F. A., & Widayati, D. (2021). Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia ke dalam Bahasa Jawa Dialek Sumatera (Kajian Linguistik Historis Komparatif). KULTURISTIK: Jurnal Bahasa dan Budaya, 5(2), 29-35.

1 Like

Sejatinya, bahasa yang dimiliki suatu daerah tak lepas dari adanya pengaruh dari bahasa lain dalam pembentukan kata maupun istilah. Bahasa akan terus berkembang dan menuntut adanya pengaruh dari bahasa lain dalam terciptanya keragaman bahasa. Dalam hal ini, bahasa Austronesia tentu memiliki kontribusi yang besar dalam perkembangan bahasa Indonesia. Perlu diketahui bahwa, bahasa Indonesia diyakini berasal dari bahasa Melayu, dan bahasa Melayu dipercaya berasal dari bahasa Austronesia. Bahasa Austronesia berasal dari Yunan yang menyebar ke sebagian besar Asia. Ditinjau dari asalnya, nampak jelas bahwa bahasa Austronesia sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa Indonesia.

Pengaruh bahasa Austronesia ini cenderung mengarag pada penguatan bahasa Indonesia. Hal ini nampak pada banyaknya kesamaan kosakata bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu. Besarnya kontribusi bahasa Melayu (termasuk bahasa Austronesia) dalam perkembangan bahasa Indonesia, menjadikan kosakata bahasa Indonesia menjadi beragam sehingga menguatkan bahasa Indonesia. (Pusposari, 2017)

Referensi

Pusposari, D. (2017). Kajian Linguistik Historis Komparatif dalam Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan, 75-85.

2 Likes

Menurut sepemahaman saya, nilai tawar realitas kebahasaan Austronesia terhadap bahasa Indonesia bisa menguatkan. Hal ini dikarenakan adanya sejarah Indonesia yang memiliki letak strategis, berada di persimpangan jalur perdagangan dan lintas internasional.

Sejalan dengan teori yang telah ada, Mahsun O mengelompokkan semua bahasa di Indonesia ke dalam kelompok bahasa yang sama, yaitu kelompok Melayu Polinesia (Austronesia) dengan dua subkelompok, yaitu subkelompok Austronesia Barat dan subkelompok Austronesia Timur. Kedua subkelompok bahasa ini membelah dua wilayah Indonesia, sehingga membentuk garis yang secara linguistis dikenal sebagai garis Brandes. Wilayah garis Brandes bagian Barat mencakupi wilayah Barat mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, sampai ke arah Timur: pulau Sumbawa bagian barat (kabupaten Sumbawa dan kabupaten Sumbawa Barat) dan ke Utara pulau Kalimantan. Wilayah garis Brandes bagian timur mencakupi: wilayah pulau Sumbawa bagian Timur, Sulawesi, NTT, Maluku, Halmahera, sampai ke Papua dan Papua Barat.

Referensi :
Mahsun, O. Merajut Kebinekaan Bahasa Sebagai Pemerkukuh Ikatan Kebangsaan.

1 Like