Psikolinguistik dan Pemerolehan Bahasa Anak

Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat siang kawan-kawan semua, semangat selalu yaa!!!

1638504363169

Bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Mau bukti? Pastinya banyak!.

Salah satu buktinya yakni magis bahasa yang mampu merajut hubungan sosial-kultural antarmanusia. Pewarisan bahasa pun bisa dikatakan sesuatu yang unik sebab bahasa hadir layaknya sebuah naluri. Sementara itu, proses pun terjadi ketika manusia ingin menyampaikan suatu maksud, dari alam pikir direalisasikan menjadi tanda-tanda bahasa.

Lalu bagaimanakah peran psikolinguistik guna mendedah pemerolehan bahasa (pada anak)?

Referensi: Sumarsono. (2012). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

6 Likes

Kridalaksana (1982:140) berpendapat psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh. Terdapat mekanisme di mana anak terbiasa menangkap atau mendengarkan kata-kata atau tuturan dari orang di sekitarnya. Kata-kata itu akan terus terekam di otak seiring pertumbuhan lalu diproses untuk memahami maksud ujaran itu. Kemudian sebagai hasil akhirnya anak-anak pun dapat mengucapkan (memproduksi kata). Pemerolehan bahasa pada anak memiliki pola atau tingkatan yang berbeda. Mulanya hanya satu kata lalu berkembang menjadi satu kalimat dan seterusnya. Melalui perilaku atau tindakan, anak-anak akan lebih mudah memahami maksudnya dan berpikir logis. Misalnya, seorang ibu mengenalkan anaknya bermacam-macam warna lalu memberikan contoh dengan menunjukkan warna tersebut. Anak pun mencermati dan dapat mengenali atau membedakannya.

Referensi :

Natsir, Nurasia. 2017. Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Retorika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 10(1), 20-29

Menurut Natsir (2017), psikolinguistik adalah suatu interdisiplin antara linguistik dan psikologi. Lalu didukung oleh Levelt (dalam Natsir: 2017) yang menyatakan bahwa psikolinguistik adalah studi mengenai penggunaan serta pemerolehan bahasa oleh manusia. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwasanya psikolinguistik merupakan ilmu yang meneliti bagaimana proses pembicara maupun pemakai bahasa membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.

Fatmawati (2015) mengatakan bahwa proses yang terjadi dalam anak saat memperoleh bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik. Tetapi bisa dipahami melalui ilmu yang berkaitan dengannya yaitu psikologi. Hal ini pun yang bisa kita katakan psikolinguistik.

Peran psikolinguistik guna mendebah pemerolehan bahasa dalam konteks anak yaitu saat perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan dengan respon. Sebagai contoh saat anak kecil mengucapkan “Pelmen” yang seharusnya “Permen”, tentu orang tua akan mengkritik supaya anak tersebut tidak salah ucap. Saat anak tersebut sudah mengucapkan “Permen”, orang tua tidak akan mengkritik karena sudah tepat.

Referensi:
Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan psikolinguistik. Lentera , 17(1).

Natsir, N. (2017). Hubungan psikolinguistik dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya , 10(1).

Chaer (2009) berpendapat bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa merupakan proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Proses dari anak belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang dewasa yang belajar di kelas adalah pembelajaran (Dardjowidjojo 2010). Kemudian cara pemerolehan bahasa pada anak dimulai dari minggu pertama yang menunjukkan niat komunikatifnya dengan tersenyum, menoleh ketika dipanggil, menggapai saat diberi sesuatu, dan memberikan sesuatu kepada orang lain. Tujuan anak berujar dan memperoleh bahasa adalah untuk kepentingan diri sendiri. Maka anak pada awal kehidupannya anak terlihat egois. Peran psikolinguistik dalam pemerolehan bahasa anak sangat penting karena dengan memamahami psikolinguistik orang tua atau guru, anak memahami proses yang terjadi dalam dirinya. Ketika kemampuan dalam keterampilan berbahasa anak bermasalah saat menyimak atau berbicara maka orang tua atau guru dapat melihat dari sudut pandang psikologi sebagai alternative solusinya.

Referensi:
Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut Tinjauan Psikolinguistik. Lentera, 17(1).
Arsanti, M. (2014). Pemerolehan Bahasa Pada Anak (Kajian Psikolinguistik). Jurnal PBSI, 3(2).

Menurut (Busro 2016: 210) psikolinguistik memiliki tujuan untuk mencari suatu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa serta pemerolehannya. Peran psikolinguistik pada pemerolehan bahasa anak terjadi apabila seorang anak belum pernah belajar sama sekali mengenai bahasa. Pemerolehan bahasa anak selalu berkaitan dengan perkembangan biologisnya. Dalam hal ini pengaruh lingkungan juga berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa anak. Menurut (Tarigan 1985: 3) psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan bahasa anak. Maka dari itu, peran psikolinguistik dalam hal ini adalah membuat para anak-anak untuk memahami, menyimak, berbicara, membaca, ataupun menulis dalam sebuah objek sehingga jika pada suatu saat kemampuan dalam keterampilan berbahasa bermasalah dapat dilihat dari sudut pandang psikologi sebagai solusi alternatif.

Referensi:
Chandra, A. A. (2019). Peranan Pola Pengasuhan terhadap Pemerolehan Bahasa pada Anak: Sebuah Kajian Psikolinguistik. Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, 8(2), 75-83.

Natsir, N. (2017). Hubungan psikolinguistik dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 10(1).

Kridalaksana (1982: 140) berpendapat psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh. Sejalan dengan pendapat Kridalaksana tersebut, Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, pemerolehan bahasa pada anak pertama kali berasal dari ajaran kata yang diucapkan lingkungan sekitarnya atau berasal dari bahasa ibunya.

Referensi
Arsanti, M. (2014). Pemerolehan bahasa pada anak (Kajian Psikolinguistik). Jurnal PBSI.3(2), hal. 24-47.

Natsir, N. (2017). Hubungan psikolinguistik dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Jurnal Retorika. 10(1), hal. 1-71.

Pembelajaran bahasa harus mampu ditinjau dari berbagai pendekatan, salah
satunya melalui pendekatan psikolingustik. Hal ini penting karena, sesuai dengan
asumsi psikolinguistik bahwa bahasa dapat diajarkan di antaranya perlu
memperhatikan perkembangan biologis peserta didik serta ditekankan mampu
melakukan latihan secara berulang-ulang (penubian) untuk meningkatkan
kreativitas berbahasa dalam berkomunikasi (Mukalel, 2003:7-11).
Implementasinya, tentu seorang guru dituntut untuk tidak hanya menguasai
ilmu kebahasaan saja, akan tetapi perlu juga memiliki kemampuan dan kepekaan
rasa yang tinggi, sehingga mampu memahami mental peserta didik. Pemahaman
atas mental siswa tentu sangat diperlukan karena, menurut Harley serta Clark dan
Clark (dalam Dardjowidjojo, 2003:7) bahwa psikolinguistik berkaitan studi dan
telaah tentang proses mental dalam pemakaian bahasa yang selalu
menitikberatkan pada tiga hal utama yakni (1) komprehensi; proses mental untuk
menangkap pernyataan orang lain dan memahami maksudnya; (2)produksi; proses
mental untuk menghasilkan ujaran; dan (3) pemerolehan bahasa; proses
memperoleh bahasa.

Referensi :
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berkarakter.
Bandung: Aditama.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Mukalel, Josep C. 2003. Psycholgy of Language Learning. London: Discovery
Publishing House

• Psikolinguistik. Aitchison (Dardjowidojo, 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan jiwa. Sejalan dengan pendapat di atas. Field (2003: 2)mengemukakan psycholinguistics explores the relationship
between the human mind and language. Psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa. Jiwa atau otak beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa. Karena itu, Harley (Dardjowidjojo: 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental dalam pemakaian bahasa.
• Pembelajaran Bahasa Pada Anak
Teori behaviorisme menyoroti perilaku kebahasaan yang dapat
diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Sebagai contoh, seorang anak mengucap “bilangkali” untuk “barangkali” pasti anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut. Apabila suatu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak akan mendapat kritikan karena pengucapannya sudah benar. Situasi seperti inilah yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.

Natsir, N. (2017). Hubungan psikolinguistik dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 10(1).

Psikolinguistik berasal dari kata psikologi dan linguistik. Secara etimologi psikologi berarti ilmu jiwa, sementara linguistik berarti ilmu yang mempelajari bahasa. Menurut Field (2003: 2) psikolinguistik adalah keterikatan antara bahasa dengan otak manusia (ketika terjadi pemakaian bahasa). Dengan demikian Harley (Dardjowidjojo, 2003: 7) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu tentang proses mental terhadap penggunaan bahasa. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari kebahasaan yang berkaitan dengan jiwa/mental manusia.

Selanjutnya psikolinguistik dalam pemerolehan bahasa.
Terdapat dua teori tentang pemerolehan bahasa yaitu Teori aliran Behaviorisme dan Teori aliran Rasionalisme.

Teori aliran Behaviorisme mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa anak-anak melalui penambahan sedikit demi sedikit sampai anak tersebut beranjak dewasa, sehingga memperoleh bahasa lengkap (bahasa orang dewasa). Sementara Teori aliran Rasionalisme mengungkapkan perkembangan bahasa anak berhubungan dengan bahasa tertentu (sesuai kebutuhan anak tersebut) bisa salah atau berbeda dengan tata bahasa orang dewasa (yang sebenarnya). Dengan berjalannya waktu menuju kedewasaan, seorang anak semestinya memperoleh bahasa orang dewasa atau memperbaiki kesalahan bahasanya (menuju bahasa orang dewasa yang baik dan benar).

Referensi
Dardjowidjojo, Soenjono. (2003). Psikolinguistik: Penguatan Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Field, John. (2003). Psycholinguistics. London: Routledge.

Natsir, Nurasia. (2017). Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Rektorika: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. 10(1), 20-29.

Menurut Aitchison (2003:7) psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda. Namun menurut Krisdalaksana (1982:140) psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara Bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia yang disertai oleh kemampuan berbahasa.

Salah satu teori tentang pembalajaran bahasa pada anak adalah teori interaksionisme . teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa adalah hasil dari interaksi antara mental pembelajaran dan lingkungan Bahasa. Menurut penemuan Howard Gardner sejak lahir anak sudah dibekali oleh kecerdasan. Salah satu kecerdasannya adalah dalam hal berbahasa. Dalam hal berbahasa pada anak faktor yang mempengaruhinya ialah lingkungan. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan berbahasa pada anak terutama lingkungan keluarga. Karena di lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak.

Referensi

Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan psikolinguistik. Lentera , 17 (1).

Lisnawati, I. (2008). Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa. Educare .

Kridalaksana (2008:203) mengemukakan bahwa, “Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia; ilmu interdisipliner linguistik dengan psikologi.” Kemudian, Kempen (Marat, 1983, dalam Natsir, 2017) mengemukakan bahwa psikolinguistik merupakan studi mengenai sistem bahasa pada manusia tentang bagaimana manusia dapat menangkap ide orang lain dan mengungkapkannya dalam bentuk bahasa secara lisan atau tertulis. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa peran psikolinguistik dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa pada anak dapat dilihat dari tahapan-tahapan atau fase yang dilalui anak dalam belajar bahasa, yakni fase menyimak, memahami, serta mengungkapkan kembali bahasa yang diperoleh sehingga dapat berbahasa dengan manusia lain. Hal tersebut dikarenakan psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan bahasa pada anak (Tarigan, 1985, dalam Natsir, 2017).

Referensi:
Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Natsir, N. (2017). Hubungan Psikolinguistik Dalam Pemerolehan Dan Pembelajaran Bahasa. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya , 10 (1), 20-29.

Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai bahasa membentuk/ membangun kalimat- kalimat bahasa tersebut. Menjawab pertanyaan bagaimana psikolinguistik bisa mendedah penerolehan bahasa pada anak adalah karena ketika anak lahir belum bisa berbicara kemudian dia tumbuh pada lingkungan maka anak yang pada usianya bisa mendengar dan meniru akan mendapatkan dan menggunakan bahasa sesuai lingkungan sekitarnya.

Referensi:
Arsanti, M. (2014). Pemerolehan bahasa pada anak (kajian psikolinguistik). Jurnal PBSI , 3 (2).

(Lado,1976:220) berpendapat bahwa Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, yang tidak mudah dicapai atau didekati melalui salah satu dari kedua ilmu tersebut secara terpisan atau sendiri-sendiri.

Psikolinguistik adalah ilmu antardisiplin antara
psikologi dan linguistik, yang memiliki ciri-ciri, antara lain:
a) membahas hubungan bahasa dengan otak;
b) berhubungan langsung dengan proses penyandian
(encoding) dan pemahaman sandi (decoding);
c) sebagai suatu pendekatan;
d) menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan
peru-bahan bahasa;
e) membahas proses yang terjadi pada pembicara dan
pendengar di dalam kaitannya dengan bahasa;
f) menitikberatkan pembahasan mengenai pemerolehan
bahasa dan perilaku linguistik;
g) merupakan hubungan kebutuhan berekspresi dan
berkomunikasi,
h) berhubungan dengan perkembangan bahasa anak; dan
i) berkaitan dengan proses psikologis dalam membangun atau
memahami kalimat.

Referensi :
Kuntarto, E. (2017). Memahami Konsepsi Psikolinguistik.
Natsir, N. (2017). Hubungan psikolinguistik dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya , 10 (1).

Pemerolehan bahasa yang disebut juga dengan akuisisi bahasa menurut Chaer (2003:167) merupakan terjadinya keberlangsungan proses pada otak kanak-kanak saat memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibunya. Setelah kanak-kanak memperoleh bahasa pertama, mereka akan berada pada pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa memiliki bahasan teori yang terbagi menjadi dua, yaitu teori aliran Behaviorisme dan teori aliran Rasionalisme.

Perlu diketahui, pembelajaran bahasa merupakan kegiatan berbahasa yang berhubungan dengan mental atau pemikiran otak yang ada pada diri manusia. Tak hanya itu, dalam konteks pemerolehan bahasa, manusia diajarkan bagaimana cara mengenal lalu memahami tuturan orang lain. Contohnya ketika seorang anak mengatakan cucu yang mungkin berarti susu atau mamma yang mungkin berarti mama. Hal tersebut yang menyebabkan studi linguistik memperpadukan dengan psikologi dan terciptalah psikolinguistik dimana studi ilmu ini berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa pada anak.

Referensi:

Natsir, N. (2017). Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 10(1), 20-29.

Menurut Kridalaksana psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal manusia; ilmu interdisipliner linguistik dengan psikologi.
Psikolinguistik memiliki peran untuk menjelaksan secara rinci tentang tahapan perkembangan dalam memperoleh bahasa pada anak. Misal ketika anak meniru kata-kata yang diucapkan oleh orangtuanya setiap hari, lalu ia menirukan perkataan tersebut.

Referensi :
Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan psikolinguistik. Lentera, 17(1).

Pemerolehan bahasa pada manusia diawali dari anak-anak ketika belajar berbicara. Bahasa yang diperoleh pertama kali disebut sebagai bahasa ibu (native language). Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibu. Definisi yang lain dikemukakan oleh Krashen, bahwa pemerolehan bahasa sebagai "the product of a subconscious process very similar to the process children undergo when they acquire their first language.” Proses pemerolehan bahasa oleh Ardiana dan syamsul Sodiq membagi tahap pemerolehan bahasa pertama menjadi empat tahap, yaitu tahap pemerolehan kompetensi dan performansi, tahap pemerolehan semantik, tahap pemerolehan sintaksis dan tahap pemerolehan fonologi

Adapun peran dari Psikolinguistik pada pemerolehan bahasa anak sangatlah penting, alasannya yaitu dengan memahami psikolinguistik pada anak dapat dengan mudah memahami proses yang terjadi dalam diri anak ketika sedang menyimak ataupun berbicara, sehingga ketika seorang anak mengalami masalah dalam keterampilan berbahasa, orang tua maupun guru dapat melihat dari sudut pandang psikologi sebagai alternatif solusi untuk mengatasinya.

Referensi :
Arsanti, M. (2014). Pemerolehan bahasa pada anak (kajian psikolinguistik). Jurnal PBSI, 3(2).

Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan psikolinguistik. Lentera, 17(1).

Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang berlangsung didalam otak anak dimana anak sedang memperoleh bahasa ibu. Proses tersebut terjadi sejak anak belum mengenal bahasa. Menurut Fatma (2015) pemerolehan bahasa ini berlangsung terhadap anak-anak yang belajar menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan pemerolehan bahasa kedua, dimana bahasa diajarkan secara formal kepada anak. Dalam pemerolehan bahasa ini, psikolinguistik sangat berkaitan. Psikolinguistik penting karena dengan psikolinguistik pendidik termasuk orang tua dapat memahami proses anak ketika menyimak atau berbicara. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik ini berperan sebagai penyedia pemerolehan sebuah bahasa. Selain itu jika anak memiliki masalah ketrampilan berbahasa maka orang tua dapat melihat dari sudut psikologi.

Referensi:
Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan psikolinguistik. Lentera, 17(1).

Harley (Dardjowidjojo, 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang
proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa,
seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa.

Levelt (Marat, 1983: 1) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia. Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai bahasa membentuk/ membangun kalimatkalimat bahasa tersebut.

Slobin (Chaer, 2003: 5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimbulkan bahwa Psikolinguistik yaitu gambaran mengenai studi ilmu interdisipliner dalam kajian linguistik yang mempelajari penggunaan dan proses terjadinya bahasa oleh manusia yang diperoleh dari proses memproduksi dan memahami ujaran antara pikiran dan tubuh manusia.

Referensi:

Darjowidjojo, Soenjono. 2001. Psikolinguistik (Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa,
Makna dan Tujuan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Keraf, Gorys. 1987. Tata Bahasa Indonesia untuk SLTA Cetakan II. Ende Flores:
Nusa Indah.

Chaer (dalam Fatmawati, 2015) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa merupakan suatu proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya, yaitu bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa memerlukan proses yang panjang untuk mengenalkan anak-anak yang awalnya tidak tahu mengenai bahasa akhirnya menjadi fasih dalam berbahasa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mempersepsikan bahasa ibu mereka dengan beberapa cara, contohnya seperti pertanyaan yang sering diajukan, respon, dan interaksi. Psikolinguistik mencoba menggambarkan proses psikologis yang terjadi ketika seseorang mengucapkan kalimat yang didengarnya dan keterampilan berbahasanya ketika berkomunikasi. Peran Psikolinguistik dalam pemerolehan bahasa untuk anak sangat penting karena dengan memahami psikolinguistik orang tua dapat memahami proses-proses yang terjadi pada anak ketika anak sedang mendengarkan atau berbicara. Apabila diketahui ketika kemampuan dalam keterampilan berbahasa anal bermasalah, orang tua dapat menyadarinya.

Referensi:
Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan psikolinguistik. Lentera, 17(1).

teori psikolinguistik tidak bisa terlepas dari memahami bagaimana manusia memahami bahasa, seperti apa cara memperoleh bahasa dan bagaimana tahap perkembangan bahasa dilalui sejak masa anak-anak (Indah, 2017). Bahasa merupakan proses pembentukan kebiasaan yang dihasilkan dari input dan kebiasaan penguatan positif dari yang benar dan penguatan negatif dari kesalahan.

Istilah pemerolehan berarti proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya (native language). pemerolehan bahasa merupakan proses ketika anak memperoleh bahasa pertamanya. Umumnya manusia dapat mempersepsi dan kemudian memahami ujaran orang lain merupakan unsur pertama yang harus dikuasai manusia dalam berbahasa. Manusia hanya dapat memproduksi ujaran apabila dia mengetahui aturan-aturan yang harus diikuti yang dia peroleh sejak kecil.

Dalam linguistik Chomsky, tekanan pada kemampuan lahiriah seseorang anak untuk belajar suatu bahasa. Kelakuan bahasa terlalu rumit untuk dapat dijelaskan semata-mata atas dasar faktor-faktor luar yang mempengaruhi seseorang. Pada anak lahir, anak telah dikarunia Tata bahasa Universal atau Universal Grammer (UG). Setiap anak dalam otaknya sudah mempunyai modul atau seperangkat prinsipel yang terlihat sederhana, tetapi menjadi rumit saat berinteraksi dengan prinsipel-prinsipel dan modul-modul yang lain.

Referensi:

Indah, R. N. (2018). Teori-teori psikolinguistik.

Arsanti, M. (2014). Pemerolehan bahasa pada anak (kajian psikolinguistik). Jurnal PBSI , 3 (2).