Pembentukan kata bahasa Indonesia merupakan sistem alamiah yang telah mampu mengembangkan makna leksem. Dengan cara ini, pembentukan kata memperluas konsep pembicara tentang diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Setiap bahasa memiliki beberapa unit kosakata abstrak yang mendasari berbagai infleksi kata. Satuan kosakata disebut leksem.
Ingguoe (2015) mengatakan bahwa Afikasi adalah proses atau hasil penambahan (perangkaian) afiks pada akar, dasar atau alas kata. Dalam proses ini, leksem mengalami perubahan bentuk menjadi kategori tertentu sehingga berstatus kata dan sedikit banyak berubah maknanya. Verhaar (2004) membagi proses morfologi menjadi empat macam yaitu, pengafiksan, pengklitikan, pemajemukan, dan reduplikasi. Kemudian Verhaar menegaskan bahwa di antara proses morfologi yang terpenting adalah afiksasi, yaitu proses pengimbuhan afiks.
Menurut Verhaar (1996) Klitika biasanya adalah morfem yang pendek, terdiri dari satu atau dua silabe, tidak dapat diberi aksen atau tekanan apa-apa, melekat pada kata atau frasa yang lain, dan memuat artri yang tidak mudah dideskripsikan secara leksikal. Klitika juga tidak terikat pada kelas kata tertentu, seperti biasanya ada keterikatan itu dengan morfem-morfem terikat.
Kridalaksana (1982) berpendapat bahwa Reduplikasi merupakan suatu proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, sehingga selanjutnya dapat ditemui reduplikasi fonologis dan reduplikasi gramatikal âdengan pengertian reduplikasi gramatikal mencakup reduplikasi morfemis atau reduplikasi morfologis, dan reduplikasi sintaksisâ. Namun, ada juga yang mengelompokkan begitu saja reduplikasi menjadi reduplikasi fonologis reduplikasi morfemis dan reduplikasi sintaksis.
Ramlan (2009) mengemukakan pendapatnya bahwa Komposisi atau pemajemukan adalah penggabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kemudian, berlanjut pada Chaer (2008) mengatakan bahwa komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar âbiasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhanâ untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah kata.
Berdasarkan penjelasan diatas, proses morfemis yang lebih mudah dipahami menurut saya adalah proses pengafiksan karena banyak penjelasan yang lebih lengkap dan runtut dibandingkan penjelasan proses lainnya serta proses afiksasi merupakan proses yang paling umum dalam bahasa.
Referensi :
Wahidah, B. Y. K. (2019). ANALISIS BENTUK KLITIKA DALAM BAHASA SASAK. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala, 5(5).
Rumilah, S., & Cahyani, I. (2020). STRUKTUR BAHASA; Pembentukan Kata dan Morfem sebagai Proses Morfemis dan Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 8(1), 70-87.