Keraf berpendapat bahwa dialektologi merupakan cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa dalam semua aspeknya. Menurutnya, dialektologi sendiri masih dibagi lagi menjadi dua sub, yakni geografi dialek dan sosiolinguistik. Pengertian sosiolinguistik dipandang dari segi etimologi merupakan gabungan antara kata sosiologi dan linguistik, artinya sosiolinguistik merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu, yakni ilmu sosiologi dan ilmu linguistik (Haryono, 2011: 2). Sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer & Agustina, 2010: 2). Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik merupakan bidang ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Selanjutnya yakni dialek yang merupakan variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada di satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Dialek sendiri lazim dikenal sebagai dialek areal, dialek regional atau dialek geografi karena didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penuturnya (Wati, Rijal, & Hanum, 2020: 26). Dialek geografi merupakan cabang lingustik yang bertujuan untuk mengetahui semua gejala kebahasaan dengan mengkaji variasi bahasa secara cermat berdasarkan peta bahasa yang ada (Ismawirna, Erfinawati, & Rizka, 2021: 35).
Geografi dialek dan sosiolinguistik ini memiliki hubungan, persamaan, dan perbedaan . Hubungan antara geografi dialek dan sosiolinguistik yakni sama-sama berkedudukan sebagai sub cabang dari ilmu dialektologi. Persamaan antara geografi dialek dan sosiolinguistik yakni sama-sama mengkaji variasi bahasa berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Perbedaan dari keduanya yakni terletak pada dasar pengkajian variasi bahasanya. Sosiolinguistik sendiri lebih fokus mengkaji variasi bahasa berdasarkan pola-pola kemasyarakatan dengan mempelajari ko-varian antara struktur dan linguistik dan struktur sosial, sedangkan geografi dialek lebih fokus mengkaji variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal yang terdapat dalam suatu wilayah bahasa. Berdasarkan hal tersebut, geografi dialek mampu mengungkapkan fakta-fakta tentang perluasan ciri-ciri linguistik yang kemudian diketahui sebagai ciri-ciri dialek (Keraf, 1996: 143). Geografi dialek sendiri juga merupakan bagian dari linguistik historis komparatif (LHK) yang secara khusus membahas tentang dialek-dialek serta perbedaan-perbedaan lokal yang ditemukan pada bahasa-bahasa yang ada (Keraf, 1996: 144).
Referensi:
Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik: Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryono, A. (2011). Perubahan Dan Perkembangan Bahasa: Tinjauan Historis Dan Sosiolinguistik. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, 18.
Ismawirna, I., Erfinawati, E., & Rizka, R. (2021). Kata Sapaan Bahasa Aceh Dialek Aceh Besar (Tinjauan Sosiolinguistik). KANDE Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(1), 33-43.
Keraf, G. (1984). Linguistik Bandingan Historis . Jakarta: Gramedia.
Wati, U., Rijal, S., & Hanum, I. S. (2020). Variasi Bahasa Pada Mahasiswa Perantau di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman: Kajian Sosiolinguistik. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 4(1), 21-37.