Bahasa daerah memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, serta alat perhubungan di lingkungan keluarga masyarakat dan daerah (Mualita, 2015). Bahasa-bahasa yang berada dalam suatu rumpun yang sama belum tentu memiliki tingkat kekerabatann yang tinggi atau sama tingkat kemiripannya satu sama lain. Oleh karena itu, Linguistik Historis Komparatif berperan penting dalam menentukan tingkat kekerabatan antarbahasa, termasuk bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Menurut saya, tingkat kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia jika dipandang dari perspektif metode pengelompokan bahasa ternyata justru memiliki tingkat kekerabatan yang cukup rendah. Hal ini dikarenakan beberapa alasan yakni sebagai berikut.
- Presentase kemiripan bahasa-bahasa daerah Nusantara cukup kecil yakni hanya berkisar antara 30-40% (Keraf, 1996: 118). Hal ini tentunya membuat peneliti kesulitan untuk menentukan suatu bahasa lebih mirip dengan bahasa yang mana (bahasa daerah lain).
- Kosa kata dasar sulit untuk dijadikan ciri sub-grouping karena kata-kata tersebut terdapat pada geografis yang sangat berjauhan (Keraf, 1996: 118).
- Dalam Daftar Holle (Holle List) yang mulai diterbitkan pada tahun 1894 memuat banyak kata dan kalimat singkat yang cukup membantu peneliti dalam menentukan tingkat kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Nusantara. Daftar tersebut diterbitkan kembali berkali-kali hingga terbitan pada tahun 1894, 1904/1911, dan 1931 disatukan dan telah memuat 1486 kata serta 60 kalimat singkat. Meski begitu, tetap saja daftar ini tidak terlalu menguntungkan bagi peneliti dalam melakukan pengelompokan bahasa-bahasa secara genealogis karena masih terdapat kata-kata budaya yang bukan merupakan kosa kata dasar dalam bahasa Indonesia (Keraf, 1996: 120).
Oleh karena itu, pengelompokan bahasa-bahasa daerah di Indonesia harus menggunakan teknik yang paling sesuai. Agar mampu menemukan teknik yang paling sesuai ini, peneliti tingkat kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia perlu melakukan beberapa langkah sebagai berikut.
- Mempergunakan kosa kata dasar untuk melakukan pengelompokan.
- Apabila ditemukan hal-hal yang meragukan maka peneliti harus menggunakan metode inovasi, baik inovasi dalam kosa kata dasar, unsur-unsur gramatikal, serta fonologis (Keraf, 1996).
- Mengelompokkan bahasa menggunakan teori Leksikostastistik.
Dalam membandingkan dua bahasa atau lebih, peneliti dapat menggunakan teknik leksikostatistik (Setiawan, 2020). Teknik leksikostatistik merupakan suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokkan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain (Keraf, 1984: 121).
Dalam membandingkan bahasa dan menetapkan kata-kata mana yang merupakan kata kerabat dan mana yang tidak, perlu dikemukakan lagi suatu asumsi lain dalam metode perbandingan, yaitu: fonem bahasa proto yang sudah berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan berkembang terus secara konsisten dalam lingkungan linguistis masing-masing bahasa kerabat (Sudjalil, 2018). Perbandingan ini dapat mengemukakan fonem-fonem dalam posisi relatif sama dibandingkan satu sama lain. Apabila antarbahasa mempunyai hubungan genetis, maka pasangan fonem-fonem itu akan muncul kembali dalam banyak pasangan lain. Tiap pasangan yang sama yang selalu muncul dalam hubungan itu akan dianggap sebagai pantulan suatu fonem atau alofon dalam bahasa protonya (Keraf, 1991: 127).
Menurut Keraf (1984: 128), sebuah pasangan kata dapat dinyatakan sebagai kerabat apabila telah memenuhi salah satu syarat berikut: (a) pasangan itu identik, (b) pasangan itu memiliki korespondensi fonemis, (c) kemiripan secara fonetis, atau (d) satu fonem berbeda. Apabila kata-kata kerabat telah ditentukan sesuai dengan prosedur tersebut, maka peneliti kemudian dapat menetapkan besarnya persentase kesamaan/kemiripan dari kedua bahasa yang dibandingkan dengan menggunakan teknik leksikostatistik. Teknik ini dilakukan dengan menghitung presentase kekerabatan dengan cara menetapkan dan menghitung pasangan kata-kata kerabat yang sama dan mirip.
Referensi:
Keraf, G. (1984). Linguistik Bandingan Historis . Jakarta: Gramedia.
Mualita, G. (2015). Kekerabatan Bahasa Batak Toba dan Bahasa Batak Angkola Suatu Kajian Linguistik Historis Komparatif. Arkhais-Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia, 6(1), 46-52.
Setiawan, L. G. I. P. S. (2020). Hubungan Kekerabatan Bahasa Bali dan Sasak dalam Ekoleksikon Kenyiuran: Analisis Linguistik Historis Komparatif. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(1), 27-30.
Sudjalil, S. (2018). Leksikostatistik sebagai Alternatif Penentuan Kekerabatan Bahasa-Bahasa Daerah. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 2, No. 2).