Bagaimanakah tingkat kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia dari perspektif metode pengelompokan bahasa?

Bahasa yang berkerabat adalah bahasa yang mempunyai kaitan antara satu dengan yang lainnya. Kaitan tersebut berasal dari induk yang sama sehingga terselip kemiripan atau adanya ciri umum yang sama. Kemiripan bahasa itu tampak dari segi fonologis, morfologi, dan sintaksisnya Keraf (1984).
Keraf (1984) mengemukakan bahwa leksikostatistik adalah suatu teknik pengelompokan bahasa yang memprioritaskan peneropongan kata secara statistik lalu berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentasi kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.

Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Salah satu tujuan linguistik historis yakni usaha untuk mengadakan pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa, sehingga bukan hanya diketahui bahwa antara bahasa tertentu terdapat tali kekerabatan, tetapi dapat diketahui lebih lanjut bagaimana tingkat kekerabatan antara bahasa tersebut (Keraf, 1984). Terkait tingkat kekerabatan bahasa daerah di Indonesia, sebenarnya tidak begitu jauh sebab memiliki proto yang sama. Maka dari itu, bahasa-bahasa di daerah Indonesia terkadang terdengar seperti “mirip” hanya terdapat beberapa perbedaan pada pelafalan, nada, dll.

Keraf, G. (1984). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

1 Like

Menurut (Kridalaksana, 2001) kekerabatan dalam bahasa merupakan sebuah hubungan antara dua bahasa atau lebih dan tepatnya didapatkan dari sumber yang sama. Terjadinya kekerabatan bahasa sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kontak bahasa, migrasi, dan transmigrasi. Ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya variasi dialek bahasa sehingga mampu memberi efek kesamaan atau kekerabatan dialek bahasa namun memiliki arti yang berbeda pada setiap daerahnya, dan diketahui dengan menggunakan teknik leksikostatistik dengan dasar persamaan bunyi pada leksikon antar bahasa dengan indikator kosakata dasar (Sudjali, 2018). Arnawa (2018) dalam bukunya mengemukakan bahwa kekerabatan bahasa harus dapat dibuktikan melalui kualitatif (inovasi) dan kuantitatif (retensi). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjalil (2018) diperoleh hasil tingkat kekerabatan untuk bahasa daerah Lombok, Jawa, dan Bali tergolong kelompok mikrofilium dengan persentase (10-19%) dengan menganut pedoman rumus leksikostatistik Keraf. Bahasa yang memiliki kategori serumpun dalam penelitian Sudjalil (2018) yakni bahasa Indonesia, Jawa, dan Bali dengan persentase kekerabatan 20-39%.

Refrensi:
Arnawa, N. (2018). Penerapan Leksikostatistik Pada Studi Kekerabatan Bahasa Austronesia . Pustaka Larasan.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

1 Like

Salah satu tujuab utama Linguistik Historis Komparatif (LHK) yaitu untuk merumuskan tingkat kekerabatan pada bahasa-bahasa dengan cara membandingkan antara satu bahasa dengan bahasa yang lain Sudjalil (2018). Bahasa-bahasa yang berada dalam suatu rumpun yang sama belum tentu memiliki tingkat kekerabatann yang tinggi atau sama tingkat kemiripannya satu sama lain.
Menurut Keraf (1984:128), sebuah pasangan kata dapat dikatakan kerabat jika memenuhi salah satu syarat, antara lain identik, memiliki korespondensi fonemis, kemiripan secara fonetis, atau satu fonem berbeda. Apabila kata-kata kerabat telah ditentukan sesuai dengan prosedur tersebut, maka peneliti kemudian dapat menetapkan besarnya persentase kesamaan atau kemiripan dari kedua bahasa yang dibandingkan dengan menggunakan teknik leksikostatistik. Teknik ini dilakukan dengan menghitung presentase kekerabatan dengan cara menetapkan dan menghitung pasangan kata-kata kerabat yang sama dan mirip.

Sudjalil, S. (2018). Leksikostatistik sebagai Alternatif Penentuan Kekerabatan Bahasa-Bahasa Daerah. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 2, No. 2).

Keraf, G. (1984). Linguistik Bandingan Historis . Jakarta: Gramedia.

1 Like

Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Untuk mengadakan pengelompokkan bahasa dengan metode leksikostatistik terdapat juga masalah waktu, yang merupakan landasan bagi pengelompokkan itu. Oleh sebab itu, untuk mengadakan pengelompokkan bahasa-bahasa berlandaskan usia bahasa termasuk dalam kajian leksikostatistik.

Berdasarkan metode leksikostatistik tingkat kekerabatan bahasa daerah di Indonesia dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu;

  1. Kelompok Bahasa Sumatra, Jawa, Bali, dan NTB
  2. Kelompok Bahasa Kalimantan
  3. Kelompok Bahasa Sulawesi

Pada tataran leksikon diketahui bahwa, (1) antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa, Bali, dan Lombok merupakan bahasa-bahasa yang memiliki tingkat kekerabatan serumpun (21% s.d 39%), (2) antara bahasa Jawa, Bali, dan Lombok bertipe artikulasi sejenis dan penzeroan, 3) pengelompokan bahasa Jawa dan Bali satu kelompok bahasa mesofilum sedangkan dengan bahasa Lombok tergolong mikrofilum.

Burhanuddin, B., Mahyuni, M., & Sukri, S. TOKOH LINGUISTIK HISTORIS INDONESIA DAN PEMIKIRANNYA.
Sudjalil, S. (2018, October). LEKSIKOSTATISTIK SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DAERAH. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 2, No. 2).

Menurut saya hubungan antarbahasa pasti memiliki sebuah kekerabatan yang dapat diukur. Hal tersebut dikarenakan bahasa pada dasarnya berasal dari satu asal yang sama (Manurung, Adi Syahputra, Agusman, 2017). Sebelum menelaah bahasa kerabat, (Keraf, dalam Sudjalil, 2018) mengelompokkan klasifikasi bahasa berdasarkan tingkatan bahasa menjadi bahasa, keluarga, rumpun, mikrofilum, mesofilum, dan makrofilum. Klasifikasi tersebut memiliki presentase yang berbeda yang didasarkan pada waktu pisah dalam abad. Selain itu terdapat teknik dalam menelaah bahasa kerabat seperti yang dituturkan (Sudjalil, 2018) dengan teknik leksikostatistik yang merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk menelaah tingkat kekerabatan bahasa dengan melihat persamaan bunyi dalam sebuah leksikon bahasa. Dengan adanya teknik ini maka dapat ditelaah kekerabatan antara bahasa Jawa, Bali, dan Lombok yang memiliki tingkat kekerabatan serumpun (21%–39%). Bahasa Jawa dan Bali dikategorikan bahasa mesofilum, sedangkan bahasa Lombok dikategorikan bahasa mikrofilum.

Referensi :

Manurung, Adi Syahputra, Agusman. (2017). Sistem Kekerabatan bahasa dan Budaya sebagai Prinsip Penyusunan Materi Ajar Bahasa Asing. Seminar Nasional Pengajaran Bahasa (hlm. 38-52).

Sudjalil, S. (2018, October). Leksikostatistik sebagai Alternatif Penentuan Kekerabatan Bahasa-Bahasa Daerah. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 2, No. 2).

1 Like

Dalam Peta Bahasa
Esser (1938) yang diilhami pendapat Yonker (1918), bahasa-bahasa di Nusantara dibedakan atas 17 subkelompok.
Dalam leksikostatistik, kekerabatan bahasa dilihat berdasarkan persamaan bunyi-bunyi yang ada dalam leksikon yang muncul pada bahasa-bahasa tersebut
Penelitian Juliana dengan metode leksikostatistik menunjukkan bahwa bahasa Aceh dan bahasa Jawa memiliki kekerabatan dengan tingkat 25,5% karena satu rumpun.

Sudjalil, S. (2018, Oktober). Leksikostatistik sebagai Alternatif Penentuan Kekerabatan Bahasa-Bahasa Daerah. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 2, No. 2).

Kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia setelah adanya metode pengelompokan bahasa menurut saya mempermudah pembuktian kekerabatan antara berbagai bahasa daerah di Indonesia. Menurut Keraf (1984) melalui metode leksikostatistik yang mengutamakan persamaan bunyi dalam leksikon yang muncul secara statistik untuk penetapan pengelompokan yang berdasar pada presentase perbedaan serta persamaan antar bahasa yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian kekerabatan bahasa.

Seperti bahasa Nias, bahasa Batak, dan bahasa Melayu merupakan bahasa-bahasa yang hidup berdekatan secara geografi sehingga diasumsikan memiliki kekerabatan yang erat. Pada kenyataannya, setelah melalui penelitian dengan metode kuantitatif yang menggunakan penghitungan leksikostatistik, ketiga bahasa ini memiliki perbedaan yang cukup jauh. Didapatkan hasil bahwasannya dari ketiga bahasa yang dibandingkan, hubungan kekerabatan yang paling erat terdapat pada bahasa Batak dengan bahasa Melayu, kemudian bahasa Batak dengan bahasa Nias, dan hubungan kekerabatan yang paling jauh yakni bahasa Nias dengan bahasa Melayu (Widayati:2012). Indikator yang digunakan untuk menentukan kata berkerabat adalah kosa kata dasar yang disebut kosa kata dasar Swadesh yang berjumlah dua ratus kosa kata yang dianggap ada pada semua bahasa di dunia. Kemiripan secara fonetis inilah yang menjadi dasar sebuah kata dalam satu bahasa yang nantinya memiliki hubungan dengan bahasa yang lain. Jadi tingkat kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia setelah adanya metode pengelompokan bahasa dapat di buktikan, sehingga membuat kita tahu tingkat kekerabatan antar bahasa daerah yang ada di indonesia.

Referensi:
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Widayati, D. (2012). Kekerabatan Bahasa Batak, Bahasa Nias, dan Bahasa Melayu.

1 Like

Linguistik historis komparatif didefinisikan oleh Keraf (1996) sebagai cabang linguistik yang mempelajari hubungan linguistik dan perubahan unsur-unsur kebahasaan selama periode waktu tertentu. Bahasa dapat dikatakan berkerabat jika terdapat kesamaan dengan kelompok bahasa lain, bahwasanya kekerabatan linguistik adalah hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diperoleh dari sumber yang sama. Beberapa faktor mempengaruhi hubungan bahasa, termasuk paparan bahasa, migrasi, dan transisi. Keraf (1991) memiliki taksonomi untuk mengklasifikasikan tingkatan bahasa, yaitu: 1) bahasa, 2) famili, 3) famili, 4) mikrofilum, 5) mesofilum, dan 6) makrofilum. Ditinjau dari metode statistik leksikal, keterkaitan bahasa daerah di Indonesia dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: 1) kelompok Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera, 2) kelompok Kalimantan dan 3) Sulawesi.
Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahasa Indonesia berkerabat dekat dengan kelompok bahasa Jawa, Lombok, dan Bali. Bahasa Jawa, Lombok, dan Bali memiliki kesamaan pengucapan, dan bahasa Lombok termasuk dalam mikrofil, sedangkan bahasa Jawa dan Bali termasuk dalam mesofilium.

Referensi :
Keraf, Gorys. 1991. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Gramedia.

1 Like

Berdasarkan analisis kekerabatan bahasa daerah yang dilakukan oleh Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra (Kemendikbud), mengindikasikan adanya persamaan antara bahasa dan dialek yang berbeda dengan tingkat kekerabatan. Sebelumnya bahasa daerah yang disajikan dalam Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra yang dikelompokkan ke dalam tiga wilayah yaitu Subkelompok Sumatra, Jawa, Bali, dan NTB, Subkelompok Kalimantan, serta Subkelompok Sulawesi.

Berdasarkan perhitungan leksikostatistik, diketahui hasil kekerabatan ketiga subkelompok bahasa daerah diatas terdapat pada tataran Bahasa (language), Keluarga (family), Rumpun (stock), Mikrofilum, dan Mesofilum. Yang artinya, setiap bahasa darrah di Indonesia memiliki keterkaitan yang beragam pada tiap tatarannya. Misalnya bahasa Jawa di Yogyakarta dan bahasa Sunda di Jawa Barat berkerabat pada tataran rumpun bahasa dengan hitungan kuantitatif 23% atau rumpun bahasa Kalimantan dan rumpun bahasa Sulawesi berkerabat pada tingkatan mikrofilum, yaitu dengan persentase 7,3%, 7,4%, dan 7,5%.

Referensi:
Kekerabatan Bahasa Daerah. (2020, Januari 17). Retrieved April 06, 2022, from Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra

1 Like

Bahasa daerah berperan dalam menambah kosakata bahasa nasional. Bahasa daerah digunakan untuk mengimbangi pengaruh bahasa asing yang masuk ke Bahasa Indonesia. Variasi bahasa yang digunakan oleh penutur tidaklah tetap sepanjang waktu. Perubahan yang terjadi pada bahasa karena penutur bahasa mengadakan kontak dengan penutur bahasa lainnya dalam waktu yang lama. Salah satu pernyataan yang benar mengatakan bahwa bahasa yang hidup adalah bahasa yang terus mengalami perubahan.

(Slametmuljana, 2010:94) bahasa Melayu-
Polinesia disebut sebagai bahasa Austronesia atau bahasa Nusantara yang menunjukkan keserumpunan bahasa karena terdapat kesamaan atau perbedaan kosakata dasarnya. Metode yang digunakan dalam membandingkan bahasa dengan menggunakan metode komparatif, karena metode ini sangat cocok untuk membandingkan bahasa-bahasa secara sistematis dan membuktikan hubungan historis didalamnya.

Referensi
Sudjalil, S. (2018, October). Leksikostatistik sebagai Alternatif Penentuan Kekerabatan Bahasa-Bahasa Daerah. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 2, No. 2).

Dalam mengelompokkan bahasa dapat menggunakan teknik leksikostatistik. Teknik ini digunakan untuk mengetahui persentase kekerabatan dua bahasa atau lebih. Keraf (1984:121) mengatakan bahwa leksikostatistik adalah suatu teknik dalam mengelompokkan bahasa yang mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, kemudian menetapkan pengelompokkan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan satu bahasa dengan bahasa lain. Menurut Keraf (1984:128) bahasa dinyatakan kerabat apabila memenuhi salah satu syarat, yaitu identik, memiliki korespondensi fonemis, kemiripan fonetis, atau satu fonem berbeda. Kekerabatan bahasa di Indonesia bisa dikelompokkan menggunakan teknik leksikostatistik, yaitu:

  1. Kelompok bahasa Sumatra, Jawa, Bali, dan NTB
  2. Kelompok bahasa Kalimantan
  3. Kelompok bahasa Sulawesi

Referensi:
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

1 Like

Di dalam teori leksikostatistik, dapat dilakukan pemeringkatan hubungan kekerabatan antar dua bahasa atau lebih. Di beberapa penelitian menggunakan teori ini, kita dapat mengetahui bahwa bahasa-bahasa yang diamati masuk kelompok rumpun atau tidak rumpun. Maka, tingkat kekerabatan bahasa di Indonesia setelah adanya metode pengelompokan bahasa dapat mudah diketahui mana yang serumpun, dan tidak serumpun.
Referensi : Ruriana, P. (2018). Hubungan Kekerabatan bahasa Jawa dan Madura. Kandai , 14 (1), 15-30.

Sebagian besar bahasa-bahasa di Indonesia termasuk ke dalam rumpun bahasa Malayo-Polynesia yang kemudian terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) Kelompok Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sumatera; (2) Kelompok Kalimantan; dan (3) Kelompok Sulawesi (Erdayani, 2022). Untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar bahasa yang ada dapat dilakukan dengan menggunakan metode leksikostatistik. Metode ini mengelompokkan bahasa dengan memprioritaskan peneropongan leksikon secara statistik berdasarkan persentase kesamaan serta perbedaan bahasa-bahasa yang diteliti (Keraf, 1991, p. 121). Hasil dari perhitungan metode leksikostatistik akan memberitahukan apakah perbandingan kedua bahasa tergolong sebagai bahasa (100% - 81%), keluarga (81% - 36%), rumpun (36% - 12%), mikrofilum (12% - 4%), mesofilum (4% - 1%), dan makrofilum (1% - kurang dari 1%) (Erdayani, 2022). Ada banyak penelitian yang mengkaji seberapa erat tingkat kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Misalnya saja penelitian Mualita (2015) yang menunjukkan hubungan tingkat kekerabatan Bahasa Batak Toba dan Bahasa Batak Angkola terbilang sedang. Kemudian ada Bahasa Rejang dan Bulungan yang termasuk kelompok keluarga bahasa (family) berdasarkan perhitungan leksikostatistik sebesar 72% (Erdayani, 2022). Dari sejumlah penelitian yang ada, bisa dikatakan bahwa sebagian besar bahasa-bahasa daerah di Indonesia memiliki tingkat kekerabatan yang cukup erat atau tinggi.

Referensi:

Erdayani, R. (2022). Analisis Kekerabatan Bahasa Rejang dan Bahasa Bulungan. Gurindam : Jurnal Bahasa dan Sastra, 2(1), 2. Retrieved from ANALISIS KEKERABATAN BAHASA REJANG DAN BAHASA BULUNGAN | Erdayani | Gurindam: Jurnal Bahasa dan Sastra

Keraf, G. (1991). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Utama.

Mualita, G. (2015). Kekerabatan Bahasa Batak Toba dan Bahasa Batak Angkola : Suatu Kajian Linguistik Historis Komparatif. Arkhais, 6(1), 50. doi:KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DAN BAHASA BATAK ANGKOLA SUATU KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF | Arkhais - Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia

1 Like

Tujuan Linguistik Historis Komparatif yakni untuk membandingkan antara bahasa yang satu dengan bahasa lain guna merumuskan tingkat kekerabatannya. Untuk mengetahui tingkat kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia, dapat dilakukan dengan metode leksikostatistik. Leksikostatistik sendiri merupakan teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung memprioritaskan leksikon, kemudian mencoba mengidentifikasi pengelompokan itu sesuai dengan persentase kesamaan dan perbedaan bahasa dengan dengan bahasa lainnya.

Penelitian-penelitian mengenai tingkat kekerabatan bahasa telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Menurut Sudjalil (2018), kekerabatan bahasa dilihat berdasarkan kesamaan bunyi leksikon pada bahasa dengan menggunakan indikator kosa kata dasar untuk menentukan kata berkerabat. Sudjalil (2018) meneliti tentang kekerabatan bahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa, Bali, dan Lombok memiliki tingkat kekerabatan serumpun yakni 21% sampai 39%, antara bahasa Jawa, Bali, dan Lombok memiliki tipe artikulasi sejenis dan penzeroan, tingkat kekerabatan bahasa Jawa dan Bali tergolong mesofilum sedangkan dengan bahasa Lombok tergolong mikrofilum. Landasan untuk mengetahui pengelompokan bahasa yakni dengan metode leksikostatistik dan juga menggunakan waktu pisah bahasa kerabat. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indrariani (2017) diperoleh hasil persentase kekerabatan untuk bahasa Jawa dan Sunda yakni 60%. Bahasa tersebut secara geografis berada pada wilayah berdampingan dan memiliki kekerabatan bahasa.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kekerabatan bahasa daerah di Indonesia cukup tinggi jika secara wilayah geografis bahasa tersebut berdampingan. Metode leksikostatistik digunakan untuk pengelompokan bahasa kerabat dan menentukan waktu pisah bahasa kerabat

Referensi:

Sudjalil, S. (2018). Leksikostatistik Sebagai Alternatif Penentuan Kekerabatan Bahasa-Bahasa Daerah. Prosiding SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra), 213–227.
Indrariani, E. A. (2017). Leksikostatistik Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda. PIBSI XXXIX, Semarang.

1 Like

Linguistik Historis Komparatif merupakan kajian berupa pendekatan untuk mengetahui kekerabatan bahasa antara satu bahasa dengan bahasa lainnya.
Menurut Setiawan (2020) kekerabatan linguistik komparatif historis perlu mengadakan pengelompokkan bahasa-bahasa dalam suatu rumpun bahasa. Bahasa-bahasa yang satu rumpun yang sama belum tentu dalam tingkat kekerabatannya atau sama tingkat kemiripannya.
Berdasarkan penelitiannya terdapat hubungan kekerabatan yang  bisa dipengaruhi dari letak geografis nya yang  berdekatan dianalisis dari kosakata yang  berhubungan dan tambahan data  berupa bilangan angka.

Berdasarkan teori Keraf (1984) mengatakan bahwa bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari proto yang sama selalu akan memperlihatkan
kesamaan-kesamaan bahasa berikut:
(1) terjadi kesamaan pada sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis);
(2) terjadi kesamaan morfologis, yakni kesamaan melalui bentuk kata dan kesamaan dalam bentuk gramatikal;
(3) terjadi kesamaan berupa sintaksis, yaitu kesamaan relasinya antara kata-kata yang terkandung dalam sebuah kalimat.

Referensi:
Keraf, G. (1984). Linguistik Bandingan Historis . Jakarta: Gramedia.
Setiawan, Luh Gede. (2020). Hubungan Kekerabatan Bahasa Bali dan Sasak dalam Ekoleksikon Kenyiuran: Analisis Linguistik Historis Komparatif. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(1), 27-30.

1 Like

Linguistik Historis Komparatif merupakan cabang linguistik untuk menetapkan fakta dan kekerabatan bahasa yang berurusan dengan pengelompokan bahasa sekerabat. Bahasa-bahasa sekerabat memiliki kesamaan tentang sejarah perkembangan bahasa. Leksikostatistik digunakan oleh banyak pakar/ahli bahasa untuk menentukan tingkat kekerabatan bahasa. Cara kerja leksikostatistik mengikuti pola-pola yang dikemukakan oleh Keraf (1990) yakni (1) mengumpulkan sejumlah kata dari kosakata dasar dan (2) menentukan pasangan kosakata dasar yang sekerabat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Syafi’i (2019) mengenai Leksikostatistik Lima Bahasa Nusantara: Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Sunda, Bahasa Bali, dan Bahasa Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kelima bahasa nusantara tersebut dinyatakan berkerabat cukup tinggi yakni antara 28-54%.
Referensi:
Keraf, G. (1990). Linguistik Bandingan Tipologis. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Syafi’i, I. (2019). Leksikostatistik Lima Bahasa Nusantara: Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Sunda, Bahasa Bali, dan Bahasa Indonesia. BASINDO: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya, 3(1), 85-93.

1 Like