Pemerolehan bahasa atau Language Acquisition (LA) adalah proses penguasaan bahasa secara natural pada manusia saat mempelajari bahasa ibu atau mother language. Jika dikaitkan dalam dunia pendidikan, pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik atau guru. Pemerolehan bahasa dalam dunia pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh pemerolahan bahasa pertama atau bahasa ibu (Pandudinata, 2018: 49). Kemudian menurut Soedjiwo (2020: 89) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa sudah dimulai sejak manusia lahir, sehingga bahasa ibu merupakan bahasa yang diperoleh anak melalui komunikasi ataupun interaksi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Pandudinata (2018: 49) bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang terus berlangsung atau terjadi pada otak manusia ketika ia mempelajari bahasa ibu. Dengan demikian, maka pemerolehan bahasa dapat didefinisikan sebagai sebuah perkembangan dalam diri manusia atau anak secara natural untuk mengembangkan bahasa yang ditandai dengan adanya proses belajar dari sejak lahir atau bayi.
Sementara itu, Surbakti & Situmorang (2017: 152) membagi pemerolehan bahasa menjadi dua, berdasarkan caranya, yakni pemerolehan bahasa dengan cara kesengajaan dan pemerolehan bahasa dengan cara ketidaksengajaan. Pada kasus pemerolehan bahasa di kelas yang dilaksankan secara formal, termasuk pemerolehan bahasa dengan cara kesengajaan. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwasannya pemerolehan Bahasa, baik kesengajaan mauapun tidak kesengajaan, sangat berpengaruh dan mempengaruhi manusia dalam kehidupan sosial masyarakat.
Hutabarat (2018) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai keterkaitan dengan penggunaan sintaksis yang terjadi pada saat seorang anak mulai mempelajari dan menggabungkan dua kata atau lebih guna penyampaian maksud ujaran atau tuturan. Lebih lanjut, Hutabarat (2018) memaparkan bahwa pemerolehan sintaksis meningkat secara pesat pada anak saat menjalani umur dua tahun dan mencapai puncaknya saat akhir usia dua tahun. Pada masa-masa tersebut pemerolehan bahasa sintaksis pada anak sudah mampu membentuk sebuah frasa walaupun belum begitu nampak atau jelas. Nabil, dkk., (2018) menmabahkan bahwa kemampuan berbahasa seorang anak juga dipengaruhi oleh penggunaan frasa dalam memahami maksud tuturan atau ujaran. Selain itu, secara tidak langsung pemerolehan bahasa sintaksis pada anak dalam hal penerapan dipengaruhi oleh kehadiran frasa endosentrik dan eksosentrik.
Mengacu pada paparan sebelumnya, dapat ditarik sebuah konklusi pertanyaan: menurut kamu, bagaimanakah keterkaitan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA) , khususnya bahasa ibu (mother language) ?
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat, I. (2018). “Pemerolehan sintaksis bahasa indonesia anak usia dua tahun dan tiga tahun di padang bulan”. Jurnal Darma Agung, Edisi XXVI , Hal. 661–676.
Nabila, A., Teresa, A., & Wijayanto, G. P. (2018). “Kemampuan Sintaksis Pada Anak Dengan Ganguan Bicara : Studi Kasus Di Sekolah Dasar Don Bosko Semarang”. Prosiding SENDI_U, Halalaman 978–979.
Pandudinata, R. (2018). “Pemerolehan Bahasa Siswa Tunagrahita Kelas 1 SD”. Jurnal RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pengajarannya Berada, Vol 11, Hallaman 48–56.
Soedjiwo, N. A. F. (2020). Pemerolehan Bahasa Kedua pada Teori Mentalistik Berdasarkan Pandangan Islam E. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ekonomi, Vol 5.
Surbakti, I., & Situmorang, K. H. (2017). Acquisition Planning and Language Acquisition by Indonesian Four-year Old Children. Volume 9 (3), Halaman 152–165.