Bagaimanakah keterkaitan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA), khususnya bahasa ibu (mother language)?

eksosentrik dan endosentrik

Pemerolehan bahasa atau Language Acquisition (LA) adalah proses penguasaan bahasa secara natural pada manusia saat mempelajari bahasa ibu atau mother language. Jika dikaitkan dalam dunia pendidikan, pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik atau guru. Pemerolehan bahasa dalam dunia pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh pemerolahan bahasa pertama atau bahasa ibu (Pandudinata, 2018: 49). Kemudian menurut Soedjiwo (2020: 89) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa sudah dimulai sejak manusia lahir, sehingga bahasa ibu merupakan bahasa yang diperoleh anak melalui komunikasi ataupun interaksi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Pandudinata (2018: 49) bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang terus berlangsung atau terjadi pada otak manusia ketika ia mempelajari bahasa ibu. Dengan demikian, maka pemerolehan bahasa dapat didefinisikan sebagai sebuah perkembangan dalam diri manusia atau anak secara natural untuk mengembangkan bahasa yang ditandai dengan adanya proses belajar dari sejak lahir atau bayi.

Sementara itu, Surbakti & Situmorang (2017: 152) membagi pemerolehan bahasa menjadi dua, berdasarkan caranya, yakni pemerolehan bahasa dengan cara kesengajaan dan pemerolehan bahasa dengan cara ketidaksengajaan. Pada kasus pemerolehan bahasa di kelas yang dilaksankan secara formal, termasuk pemerolehan bahasa dengan cara kesengajaan. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwasannya pemerolehan Bahasa, baik kesengajaan mauapun tidak kesengajaan, sangat berpengaruh dan mempengaruhi manusia dalam kehidupan sosial masyarakat.

Hutabarat (2018) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai keterkaitan dengan penggunaan sintaksis yang terjadi pada saat seorang anak mulai mempelajari dan menggabungkan dua kata atau lebih guna penyampaian maksud ujaran atau tuturan. Lebih lanjut, Hutabarat (2018) memaparkan bahwa pemerolehan sintaksis meningkat secara pesat pada anak saat menjalani umur dua tahun dan mencapai puncaknya saat akhir usia dua tahun. Pada masa-masa tersebut pemerolehan bahasa sintaksis pada anak sudah mampu membentuk sebuah frasa walaupun belum begitu nampak atau jelas. Nabil, dkk., (2018) menmabahkan bahwa kemampuan berbahasa seorang anak juga dipengaruhi oleh penggunaan frasa dalam memahami maksud tuturan atau ujaran. Selain itu, secara tidak langsung pemerolehan bahasa sintaksis pada anak dalam hal penerapan dipengaruhi oleh kehadiran frasa endosentrik dan eksosentrik.

Mengacu pada paparan sebelumnya, dapat ditarik sebuah konklusi pertanyaan: menurut kamu, bagaimanakah keterkaitan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA) , khususnya bahasa ibu (mother language) ?

DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, I. (2018). “Pemerolehan sintaksis bahasa indonesia anak usia dua tahun dan tiga tahun di padang bulan”. Jurnal Darma Agung, Edisi XXVI , Hal. 661–676.

Nabila, A., Teresa, A., & Wijayanto, G. P. (2018). “Kemampuan Sintaksis Pada Anak Dengan Ganguan Bicara : Studi Kasus Di Sekolah Dasar Don Bosko Semarang”. Prosiding SENDI_U, Halalaman 978–979.

Pandudinata, R. (2018). “Pemerolehan Bahasa Siswa Tunagrahita Kelas 1 SD”. Jurnal RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pengajarannya Berada, Vol 11, Hallaman 48–56.

Soedjiwo, N. A. F. (2020). Pemerolehan Bahasa Kedua pada Teori Mentalistik Berdasarkan Pandangan Islam E. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ekonomi, Vol 5.

Surbakti, I., & Situmorang, K. H. (2017). Acquisition Planning and Language Acquisition by Indonesian Four-year Old Children. Volume 9 (3), Halaman 152–165.

8 Likes

Sebelum membahas keterkaitan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA) , khususnya bahasa ibu (mother language) sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu frasa endosentrik dan eksosentrik.
Frasa endosentris merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya. Sedangkan
Frasa eksosentris merupakan frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang
berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa secara alamiah ini tidak dikaitkan secara ketat, tetapi Biasanya yang dilakukan oleh anak-anak yang berawal dari mendengar dan mengamati bunyi-bunyi bahasa di sekelilingnya tanpa disuruh atau disengaja. Kemudian, semua hal yang didengar dan diamatinya itu berkembang terus menerus tahap demi tahap sesuai dengan perkembangan kemampuan intelegensi dan latar belakang anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa khususnya bahasa ibu antara lain (Hutabarat, 2018):

  1. Faktor Alamiah
  2. Faktor Perkembangan Kognitif
  3. Faktor Latar Belakang Sosial
  4. Faktor Keturunan

Fungsi frasa endosentrik dan eksosentrik terhadap bahasa ibu bermula pada saat anak-anak mulai menerbitkan ujaran/ucapan yang terdiri atas dua kata atau lebih.
Pada umumnya anak-anak mulai
menggabungkan dua kata pada umur menjelang dua tahun. Hal ini terjadi saat anak-anak berkomunikasi dengan orang tua, keluarga di rumah dan atau di luar rumah menggunakan bahasa (Nabila, 2018).

Pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa ibu disini berpengaruh terhadap:

  1. Kemampuan Tertulis
    Anak pada umumnya masih sering mengalami kesalahan saat menulis frasa dan klausa. Dalam hal frasa, anak mengalami kesalahan dengan masih adanya huruf dan suku kata yang dihilangkan yang menyebabkan salah kata serta pemahaman karena kata yang diciptakan tidak memiliki arti.
  2. Kemampuan Lisan
    Secara lisan, kebanyakan anak mampu mengucapkan kata hingga tahap frasa. Namun, belum sampai ke tahap klausa dan kalimat.

Referensi:
Hutabarat, I. (2018). Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun dan Tiga Tahun di Padang Bulan. Jurnal Darma Agung, Edisi XXVI , Hal. 661–676.

Nabila, A., Teresa, A., & Wijayanto, G. P. (2018). Kemampuan Sintaksis Pada Anak Dengan Gangguan Bicara : Studi Kasus Di Sekolah Dasar Don Bosko Semarang. Prosiding SENDI_U, Hal. 978–979.

2 Likes

Sebuah frasa memiliki dua unsur yaitu unsur inti dan unsur penjelas. Jika frasa dilihat dari unsur pusatnya, maka dibagi menjadi dua jenis yaitu frasa endosentris dan eksosentris. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, dimana frasa endosentris menurut (Keraf, 1991) dapat diartikan sebagai sebuah gabungan yang menunjukkan kelas kata dari perpaduan dua kata atau lebih yang memiliki kedudukan sama unsur pembentuknya. Sedangkan Sakinah (2017) mendefinisikan frasa eksosentris sebagai frasa yang bercirikan memiliki awalan preposisi dan kata sabung dan penyebaran yang tidak sama dengan unsurnya atau kata lainnya tidak punya inti frasa. Fungsi dari frasa ini adalah melayani fungsi dari kalimat.

Pada pemerolehan bahasa dijelaskan salah satu teori dari B.F. Skinner (1957) bahwasannya bahasa juga dapat diperoleh dari manusia dengan cara mempelajarinya. Secara alami, seseorang akan mengenal bahasa sebagai alat komunikasi di lingkungannya. Maka dari itu jika dikaitkan dengan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dapat diambil kesimpulan akan membantu memunculkan kosa kata baru bagi penuturnya. Karena secara tidak langsung antara kata dengan frasa bisa memiliki arti yang berbeda atau berkelanjutan. Jadi, apabila dipertemukan menjadi wujud yang baru, akan timbul pemaknaan yang baru pula dan hal tersebut membantu menambah perbendaharaan kata. Pemerolehan bahasa lewat fungsi kedua frasa ini akan berkaitan pula dengan cara serta sebesar apa penguasaan bahasa seseorang.

Daftar Pustaka

Skinner, B.F. (1957). Verbal Behavior. New York: Appleton-Century-Croft,Inc…

Keraf, Gorys.(1991). Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sakinah, Nur.(2017). Frasa Endosentris Sistem Distribusi dalam Koran Fajar. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

1 Like

Sedari lahir, setiap manusia dilengkapi dengan innaate atau alat untuk memungkinkan mereka memperoleh bahasa pertamanya. Bahasa pertama ini disebut dengan Language Acquistion Device (LAD) atau peralatan pemerolehan bahasa. Bahasa tentunya memiliki pola didalanya atau biasa disebut dengan sintaksis. Sintaksis yakni telaah mengenai pattern atau pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan atau merangkai kata menjadi kalimat (Kumalasari et al., 2018). Dalam pemerolehan bahasa seorang anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata, kemudian frasa, klausa, hingga dapat dengan lancar mengucapkan satu kalimat. Tarigan (1988:5) berpendapat bahwa suatu tingkat pemerolehan sintaksis pada anak merupakan kesatuan atau rangkaian yang dimulai dari ucapan sederhana satu kata, menuju kalimat sederhana dengan gabungan kata yang lebih rumit yakni sintaksis.

Dari uraian di atas tentunya kita dapat dengan jelas mengetahui bahwa frasa merupakan salah satu aspek pemerolehan bahasa sintaksis. Frasa ialah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batasan fungsi unsur klausa (Ramlan, 2005). Jenis-jenis frasa di antaranya adalah frasa endosentrik dan eksosentrik. Jika frasa endosentris merupakan frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya, berbeda dengan frasa eksosentris yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan, 1986:146). Kemampuan pendistribusian frase endosentris dan eksosentris mendukung kita dalam pemerolehan suatu bahasa karena masing-masing frase, baik endosentris maupun eksosentris memiliki perannya di dalam suatu kalimat. Fungsi frasa pada dasarnya sebagai tolakan atau awalan dalam pemerolehan bahasa khususnya pada anak-anak. Umumnya anak akan mulai mampu menggabungkan dua kata (frasa) pada umur memasuki dua tahun. Hal ini akan terjadi secara alamiah ketika anak-anak berkomunikasi dengan orang tua, keluarga, atau lingkungan luar mereka menggunakan bahasa (Nabila, 2018). Kemampuan dalam menggunakan frasa baik endosentrik maupun eksosentrik secara baik dan benar akan berpengaruh atau memiliki peran terhadap kelancaran kita dalam menulis maupun lisan. Dari frasalah semuanya akan mulai pada level yang lebih tinggi yakni klausa dan kalimat.

Sumber referensi:

Nabila, A., Teresa, A., & Wijayanto, G. P. (2018). Kemampuan Sintaksis Pada Anak Dengan Gangguan Bicara : Studi Kasus Di Sekolah Dasar Don Bosko Semarang. Prosiding SENDI_U, Hal. 978–979.

Pandudinata, R., Sumarlam, S., & Saddhono, K. (2018). Language Acquisition of Children with Mental Disabilities In Pacitan. Humanus: Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora, 17(1), 26–36.

Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V Karyono.

Rahmania, Leni, dkk. (2020). Pemerolehan Bahasa Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Journal of Indonesian Language Education and Literature. 6 (1), (104-118). 2502-2261.

Tarigan, Hendri Guntur. (1988). Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

1 Like

Bahasa ibu dapat diartikan sebagai bahasa pertama yang diperoleh atau digunakan oleh seorang manusia. Dalam bahasa inggris bahasa ibu disebut native language. Kata ibu disini bermakna bahwa bahasa pertama yang diperoleh manusia/anak berasal dari bahasa ibunya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Jonathans (2021) yakni bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses pemerolehan bahasa ibunya. pemerolehan bahasa merupakan suatu proses penguasaan bahasa pada diri manusia yang bersifat natural pada saat mempelajari bahasa ibu. Jonathans (2021) berpendapat, pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language) yang dapat bersifat nature maupun nurture dengan melibatkan bekal kodrati, yaitu piranti pemerolehan bahasa yang bersifat universal.
Pemerolehan bahasa ibu dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam kasus ini faktor yang mempengaruhi adalah frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Sedangkan frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsur-unsurnya. Kedua frasa tersebut berperan penting dalam proses penguasaan bahasa ibu pada anak. Anak akan lebih mampu mengucapkan frasa dengan baik dan dapat menuliskannya dengan benar.

Referensi :
Jonathans, K. (2021). Pemerolehan Bahasa Ibu dan Inteligensi Anak Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia. The Way: Jurnal Teologi dan Kependidikan, 7(1), 16-34.

1 Like

Menurut Ramlan (2005 : 142) frasa eksosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Misalnya, frasa eksosentris dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan ialah unsur diperpustakaan. Menurut Ramlan (2005: 142) frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua maupun salah satu unsurnya. Frasa dua orang mahasiswa dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. baik dengan unsur dua orang, maupun dengan unsur mahasiswa. Menurut Fatmawati (2015:64), cara seorang anak dalam memperoleh bahasa ibunya merupakan suatu hal yang sangat mengagumkan dan sulit dibuktikan, baik secara teori maupun aplikasi. Berdasarkan penelitian Nabila, A., Teresa, A., & Wijayanto, G. P. (2018) menghasilkan bahwa kemampuan sintaksis anak yang memiliki gangguan bicara berbeda dengan anak yang pada dasarnya berusia 7 (tujuh) tahun yang sudah mampu mengucapkan beberapa frasa bahkan kata sehingga membentuk sebuah kalimat yang utuh baik secara lisan maupun tertulis. Anak berinisial D yang menjadi objek penelitian ini sulit merangkat kata untuk menjadi sebuah kalimat bahkan dalam bentuk lisan, D sulit untuk mengucapkan lebih dari 3 (tiga) kata agar menjadi sebuah kalimat utuh. Dalam hal ini menunjukkan kaitan frasa eksosentris dan endosentris dalam kemampuan tertulis dan lisan anak. Hutabarat (2018) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai keterkaitan dengan penggunaan sintaksis yang terjadi pada saat seorang anak mulai mempelajari dan menggabungkan dua kata atau lebih guna penyampaian maksud ujaran atau tuturan.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Fatmawati, S. R. 2015. Pemerolehan Bahasa Pertama Anak menurut Tinjauan Psikolinguistik. Jurnal Lentera, 18 (1): 63–75.
Nabila, A., Teresa, A., & Wijayanto, G. P. (2018). Kemampuan Sintaksis Pada Anak Dengan Ganguan Bicara : Studi Kasus Di Sekolah Dasar Don Bosko Semarang. Prosiding SENDI_U, Hal 978–979.
Hutabarat, I. (2018). Pemerolehan sintaksis bahasa indonesia anak usia dua tahun dan tiga tahun di padang bulan. Jurnal Darma Agung, Edisi XXVI , Hal. 661–676.

1 Like

Sebuah satuan gramatikal yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa dan terdiri dari kata berjumlah dua atau lebih merupakan definisi frasa menurut Ramlan (2009:2). Setyadi (2017:187) mengatakan bahwa frasa termasuk bahasan yang sering dikaji dalam ilmu sintaksis. Ramlan (2005:142) juga menegaskan bahwa berdasarkan unsurnya frasa terbagi menjadi dua jenis, antara lain sebagai berikut:

  1. Frasa endosentrik
    Ramlan, (2005:142) memaparkan bahwa frasa endosentrik ialah frasa yang mempunyai unsur, baik semua unsur maupun salah satu dari unsur-unsurnya sama dengan distribusi. Frasa endosentrik dibagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu:
    a.Frasa Endosentrik Koordinatif.
    b.Frasa Endosentrik Atributif.
    c.Frasa Endosentrik Apositif.

  2. Frasa Eksosentrik
    Frasa eksosentrik merupakan frasa yang unsur dan distribusinya tidak memiliki kesamaan yang sejajar sehingga unsur suatu unsur dapat digantikan dengan unsur lain. Sudaryat (2013:160) mendefinisikan frasa eksosentrik sebagai frasa yang unsur pembentuknya tidak sama dengan perilaku sintaksis atau distribusinya.
    Frasa Eksosentrik teragi menjadi beberapa jenis antara lain:
    a.Frasa Eksosentris Direktif.
    b.Frasa Eksosentris Non Direktif.
    c.Frasa Eksosentris Konektif.

Kemudian untuk pemerolehan bahasa (language acquisition) atau secara sederhana disebut sebagai akuisisi bahasa, Maksan (1993:20) mengartikannya sebagai sebuah proses yang dilakukan secara tidak sadar, implisit dan informal oleh seseorang untuk menguasai suatu bahasa.

Lebih lanjut, bahasa ibu diartikan sebagai bahasa pertama yang dikuasai manusia melalui interaksi dengan sesama lingkungan masyarakat sejak lahir. Bahasa ibu memiliki fungsi untuk meletakkan dasar pemahaman konsep-konsep awal kehidupan seorang anak yang nantinya diperlukan anak di masa depan. (Suherdi, 2012:14)

Melalui pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterkaitan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA), khususnya bahasa ibu (mother language) adalah wujud fungsi dari frasa endosentrik dan eksosentrik digunakan anak sebagai landasan awal merangkai kata-kata untuk menyampaikan maksud dari ujarannya. Sehingga, frasa endosentrik dan eksosentrik memiliki peran penting dalam dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA), khususnya bahasa ibu (mother language).

Referensi:
Suherdi, D. (2012). Rekonstruksi pendidikan bahasa.
Maksan, M. (1993). Perbandingan Hasil Belajar Siswa Putri dengan Siswa Putra pada SMA Negeri Kotamadya Padang.
Ramlan. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Ramlan, M. (2009). Morfologi Suatu Tinjauan Yogyakarta: Andi Offset.
Setyadi, A. (2017). Unsur Tambahan dalam Frasa Adjektiva. NUSA, 12(4), 186–195.
Sudaryat, Y. (2013). Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya

1 Like

Frasa merupakan gabungan dari dua kata atau lebih. Frasa memiliki sifat nonprediktif, misalnya mobil mahal. Sedang klausa merupakan kelompok kata yang terdiri atas satuan gramatikal. Klausa sendiri bersifat prediktif dengan sekurang-kurangnya memiliki satu predikat, sehingga berpotensi menjadi kalimat.

Frasa dalam bahasa indonesia terbagi menjadi dua, yaitu frasa eksosentris dan frasa endosentris. Menurut Finoza (2009:95), frasa eksosentris merupakan frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Menurut Emzir ( 2021:10), frasa endosentris merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan usnurnya, baik semua unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya.

Menurut Marta (2013: 497), anak-anak di bawah rentang usia 5 tahun membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Setiap nanak yang normal, membutuhkan pertumbuhan bahasa, yaitu bahas ibu. Pemerolehan bahasa anak sangatlah penting. Ciri pemerolehan bahasa anak mneurut Zulhidanayanti (2013: 555) sangatlah sistematis, yaitu memiliki rangkaian kesatuan yang diawali dengan ujaran tanpa makna, ujaran satu kata, hingga menjadi gabungan kata yang lebih rumit yaitu sintaksis. Anak-anak belajar dari muai tahapan suku kata, kata, frasa, kluasa dan kalimat.

Bersinggungan pula dalam peneitian yang dilakukan oleh Aime Smith (2010) dengan judul “Development of Vocabulary and Grammar in Young America Speaking Children Assessed withba America Language Development Inventory”, mengatakan pola komunikasi anak usia 2-3 tahun mengalami perkembangan berbahasa yang sangat pesat. Pada usia 2 tahun sebagian besar anak mampu mengikuti arahan atau instruksi sederhana.

Dalam praktinya, arahan atau instruksi sederhan itulah meurpakan bentuk dari peruwujudan frasa, baik itu frasa endosentris maupun farasa eksosentris.

Contoh 1: Ibu sedang makan di dapur.

Pada contoh di atas terdapat frasa endosentris yaitu sedang makan. Komponen kedua pada frasa sedang makan dapat saling menggantikan kedudukannya sehingga mejadi Ibu makan di dapur.

Contoh 2: dari dapur

Pada contoh di atas terdapat frasa eksosentris yaitu , dari dapur. Hal itu karena kata dari dan dapur tidak mempunyai distribusi yang sama.

Dari penjabaran materi di atas dapat kita simpulkan bahwa frasa endosentrik dan frasa eksosentris berpengaruh besar pada pemerolehan bahasa khusunya bahasa ibu, sebab daya perkembangan anak dan pertumbuhan khususnya pada usia di bawah 5 tahun kemampuan berkomunikasi masih terbatas pada tingkatan frasa.

Referensi :

Rahmawati, Yeni. 2020. Analisis Sintaksis Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2,1 Tahun. Jurnal Sastra Indonesia, 9 (3), 158-164.

Maryani, Kristiana. 2018 . Pemerolehan Sintaksis Pada Anak Usia 3, 4, dan 5 Tahun, Jurnal Pendidikan Karater, 4 (1), 41-47.

Impuni. 2012. Pemerolehan Sintaksis Anak Usia Lima Tahun Melalui Penceritaan Kembali Dongen Nusantara. Jurnal Penelitian Humaniora, 13 (1), 30-41.

Simith, Anne. 2010. “Development of Vocabulary and Grammar in Young America Speaking Children Assessed withba America Language Development Inventory”,…MI 488. American Speech Language Hearing Association. Ingres19.msu.edu

Finoza, Lamauddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Emzir, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kuakitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sebelumnya saya akan menjelaskan mengenai bahasa Language Acquisition

Krashen menjelaskan mengenai bahasa ibu, “bahasa ibu merupakan perolehan bahasa dengan proses penguasaan dan pembangunan bahasa asal mereka, bahasa kedua, ataupun lainnya yang dilakukan secara natural atau tidak disengaja” (Krashen, 2011:225). Kemudian perolehan bahasa (Language Acquisition) dilakukan dengan berbagai kemampuan, seperti: sintaksis, fonetik, dan kosa kata yang luas.

Selanjutnya, penjelasan mengenai frasa eksosentrik dan frasa endosentrik.

Frasa eksosentrik adalah frasa yang yang berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentuknya atau unsur inti dan biasanya mengisi unsur keterangan dalam kalimat (Suhardi, 2013:27). Sedangkan, frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan (Chaer, 2012:226).

Hubungan keterkaitan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan frasa eksosentrik dalam pemerolehan bahasa ibu adalah pembentukan dari frasa endosentrik dan frasa eksosentrik yang berasal dari bahasa asal dibagikan/diajarkan secara natural dapat menambah perolehan bahasa yang didapat oleh anak sehingga menghasilkan bahasa ibu bagi mereka.

Referensi:

Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Krashen, Stephen. (2011). Free Voluntary Reading. California: ABC_CLIO, LLC.

Suhardi. (2013). The Science Of Motivation Kitab Motivasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

1 Like

Sebelum menginjak pembahasan mengenai keterkeitan antara frasa endosentrik dan eksosentrik, maka akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai keduanya. Frasa endosentrik adalah frasa eksosentrik. Frasa endosentris adalah frasa yang Frasa endosentris merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik sebagian maupun seluruhnya , sedangkan frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan, 1986: 146). Perbedaan keduanya adalah frasa endosentris memiliki unsur- unsur yang sama atau berkedudukan setara, sementara frasa eksosentris dikarenakan tidak memiliki distribusi unsur yang sama, maka satu unsur didalamnya tidak dapat menggantikan unsur yang lain.

Menurut Chomsky (2014) setiap manusia memiliki faculties of the mind, yaitu kapling-kapling intelektual yang salah satu kaplingnya khusus untuk pemakaian dan pemerolehan bahasa. Seorang anak memperoleh bahasa ibu karena anak sedari lahir telah dilengkapi seperangkat peralatan (Language Acquistion Device atau yang lebih dikenal Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB)) untuk memperoleh bahasa Ibu. Seorang anak akan mengenal bahasa sebagai alat komunikasi di lingkungan dari ibunya. Fungsi frasa endosentris dan eksosentris akan membuat anak memunculkan kosa kata baru setiap langkah perkembangannya. Setiap kata baru akan menambah kamus kosa kata di dalam otaknya dan kemudian membentuk beberapa makna dan kata baru. Sehingga pada kisaran umur dua tahun anak dapat menggabungkan kata baru yang ditemuinya. Sementara itu, seorang anak dua tahun akan lebih sering berjumpa dengan lingkungan keluarga yang juga dapat dijadikan tempat anak untuk belajar berkomunikasi sebelum akhirnya akan berada di lingkungan luar. Maka dari itu peran lingkungan keluarga, khususnya ibu sangat penting dalam penyusunan kosa kata baru bagi anaknya. Hal ini dikarenakan akan membuat anak nantinya lebih mudah dalam menulis maupun membaca atau berbicara secara lisan.

DAFTAR PUSTAKA

Astighfarani, Sheilla Armeillia, dkk. (2020). Analisis Kesalahan Penulisan Frasa Endosentris dan Eksosentris Pada Kolom Opini Tanjungpinang Pos Edisi April 2019. Student Online Jurnal, 1(2), 198-200.

Puspitasari, T., & Devi, A. (2019). Pengaruh Bahasa Ibu Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan , 1, 465-470.

Ibda, hamidulloh. (2017). Urgensi pemertahanan Bahasa Ibu di Sekolah Dasar. Journal Of Islamic Multidisciplinary, 2(2), 195-200

Frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak mempunyai unsur pusat (UP) (Supriyadi, 2014:
14). Selain itu, frasa eksosentrik terdiri dari dua dua kata atau lebih tetapi berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentukanya. Sedangkan, menurut Khairah dan Ridwan (2014: 22) frasa endosentrik meurpakan frasa yang memiliki fungsi dan dapat distribusikan sama dengan salah satu anggota pembentuknya. Adapun bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama kali diucapkan dan dipahami oleh seseorang. Bahasa ibu melekat pada kebudayaan etnis atau suku bangsa.

Dari pengertian tersebut maka keterikatan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA) , khususnya bahasa ibu (mother language) yaitu dengan adanya frasa tersebut yang terdiri dari dua kata atau lebih maka dapat memunculkan sebuah kosakata sehingga anak memperoleh bahasa ibu, selain itu dengan adanya frasa endosentrik dan eksosentrik dapat menambah kosakata baru yang dapat dipahami dan dimengerti oleh anak.

Supriyadi. (2014). Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. Sintaksis Memahami Satuan
Perspektif Fungsi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sebelum kita membahas mengenai keterkaitan frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA) , khususnya bahasa ibu (mother language) akan lebih baik apabila kita mengetahui terlebih dahulu mengenai frasa endosentrik dan eksosentrik.

Frasa Endosentrik

Frasa endosentris disampaikan oleh Ardianto (2017:30) dimaknai sebagai frasa yang memiliki distribusi yang sama antar unsur atau bahkan seluruh unsurnya. Frasa endosentris menurut Wati, Hanye, dan Susilo (2014:5) dimaknai dengan kedudukan frasa secara keseluruhan dimana dapat digantikan oleh sebuah unsur. Frasa endosentris secara umum dibagi tiga golongan, yakni frasa endosentris koordinatif, frasa endosentris atributif, dan frasa endosentris apositif

Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentris dijelaskan oleh Bintari dan Sumarlam (2019:156) adalah jenis frasa yang bukan melakukan distribusi sama dengan unit didalamnya, sehingga frasa ini tak berhulu atau tidak berpusat. Penjelasan lebih lanjut disampaikan oleh Safitri, Gusnetti, dan Syofiani (2014:98) bahwasannya frasa eksosentris memiliki tanda preposisi, yakni kata tugas yang selalu memiliki posisi di depan kata benda, kata sifat atau kata keterangan

Baik, sekarang kita masuk pada Language Acquisition (pemerolehan bahasa) yang menurut Sagala (2019:85) dimaknai sebagai proses dimana manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan juga menggunakan kata demi kegiatan pemahaman dan komunikasi. Menurut Chomsky (1965:70) pemerolehan Bahasa dari manusia tidaklah sama dan dipengaruhi oleh faktol alamiah (seperangkat prosedur aturan bahasa/ Language Acquition Divice) dan Faktor Eksternal yang didalamnya terdapat struktur dari keluarga, afiliasi kelompok, dan budaya. Pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik terdahap LA dalam hal ini berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan kata sebalum proses bertutur. Kemampuan pendistribusian kata yang baik sangat diperlukan dalam berkomunikasi, karena setiap frasa akan berbeda dalam setiap pendistribuannya dan bahkan dapat memunculkan makna baru. Hal ini bukan hanya berpengaruh dalam kemampuan berbicara, namun berpengaruh pada kemampuan menulis.

Ardianto, B. (2017). Penggunaan struktur frase eksosentris direktif dan fungsinya dalam novel Negeri 5 Menara (A. Fuadi) dan Implikasinya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(1), 27-43.

Chomsky, N. 1965. Aspects of the Theory of Syntax. The Massachussets Institute of Technology. MIT Press.

Bintari and Sumarlam. (2019). Unsur pembentuk frasa eksosentris dalam hikayat hang tuah. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 12 (2), 154-164, 2019.

Wati, Hanye, dan Susilo. (2014). Frasa bahasa melayu dialek sanggau. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 3(6), 1-15.

Safitri, Gusnetti dan, Syofiani. Ketepatan penggunaan preposisi dalam berita utama koran singgalang. Abstract of Undergraduate. Faculty of Education, Bung Hatta, 3(6).

Sagala, R. W. (2019). LANGUAGE ACQUISITION PADA ANAK PERIODE LINGUISTIK. Serunai: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(1), 84-89.

1 Like

Menurut Ramlan (1987), frasa endosentrik yaitu frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan unsur, baik dari semua aspek maupun salah satunya. Singkatnya frasa endosentrik ini mempunyai unsur yang berkedudukan setara. Sedangkan frasa eksosentrik yaitu frasa yang tidak mempunyai distribusi unsur yang setara, dalam artian unsur yang satu tidak dapat menggantikan unsur yang lain. Pemerolehan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Pemerolehan bahasa dari faktor internal sangat dipengaruhi oleh kesiapan dari dalam diri sendiri (Haliza, Kuntarto, & Kusmana, 2020). Sedangkan dari faktor eksternal yaitu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Saat anak-anak sedang memperoleh bahasa pertama, mereka akan mengalami dua proses yaitu proses kompetensi dan proses perfomansi (Pujaningsih, 2010). Pada umumnya seorang anak mendapatkan bahasa pertamanya direntang usia 2-6 tahun. Bahasa memiliki sifat sistematik. Anak memperoleh bahasa pertamanya yaitu dengan meliputi ucapan hasil dari bunyi pilihan kata, bentukan, dan kalimat tiruan dari orang dewasa (Dandudinata, Sumarlam, & Saddhono, 2018).
Fungsi frasa endosentrik dan frasa eksosentrik pada bahasa Ibu yaitu ketika anak mulai bisa mengucapkan satu atau dua patah kata, yang setelah itu anak dapat menggabungkan kata. Frasa endosentrik dan frasa eksosentrik berpengaruh dalam hal pemerolehan bahasa ibu yaitu pada kemampuan tertulis dan kemampuan lisan.

DAFTAR PUSTAKA:
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. “Karyono”.

Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta.

Anggraeni, L. A. V., Tirtayani, L. A., & Sujana, I. W. (2019). Pengaruh Stimulasi
Wicara dalam Pembelajaran Terhadap Kemampuan Berbahasa Anak
Tunarungu Usia Dinidi TK Tunarungu Sushrusa. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini Undiksha, 7(2), 131–139.

Awalludin. (2017). Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia
(Penelitian dan Pengembangan terhadap Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Baturaja).

Sebelumnya mari kita cari tahu pengertian dari frasa ekndosentrik dan eksosentrik.
Frasa endosentrik adalah frasa yang satuan kontruksinya berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya. (Sutarno, 1979:128)
Frasa endosentrik sendiri merupakan frasa yang penyebarannya sama dengan unsurnya (mempunyai inti frasa). Unsur pusat (UP) merupakan unsur frasa yang bisa menggantikan frasa itu dalam fungsing tertentu. Dapat dikatakan jika frasa endosentrik merupakan frasa yang memiliki unsur pusat. Sedangkan frasa eksosentrik adalah frasa yang dalam kalimat/kesatuan bahasa yang lebih besar mempunyai fungsi (lingkungan distribusi) tidak sama dengan unsur langsungnya atau tidak mengikuti unsur langsungnya. (Sutarno, 1979:137)
Perbedaan antara frasa endosentrik dan frasa eksosentrik yaitu pada sistem distribusinya. Jika frasa endosentrik memiliki inti frasa sedangkan eksosentris tidak memiliki inti frasa.
Mengenai language acquisition, merupakan suatu proses yang diterima oleh anak-anak untuk menguasai, mengerti dan memproduksi bahasa yang didengar dari sekeliling tanpa disengaja.
Dari pengertian frasa endosentrik dan eksosentrik dapat diketahui jika keduanya dapat memunculkan kata kata baru yang dapat didengar oleh anak-anak. Sehingga anak-anak akan mengerti tentang bahasa-bahasa baru yang didengarnya.

Puspita, Ari Dwi. 22 Juni 2010. Pola Frase Indosentrik Apositif Pada Kolom Dialog Dalam Tabloid Bola Edisi Bulan April 2010. http://proposal%20penelitian%20frase%20endosentrik%20apositif.htm, 1 April 2022
Uddin, Syafruddin. 02 November 2013. Jenis-Jenis Frasa dalam Bahasa Indonesia. http://JENIS-JENISFRASADALAMBAHASAINDONESIA-BijakBerbahasa.htm, 1 April 2022

Berdasarkan distribusi unsurnya, frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki distribusi sama dengan satu di antara unsurnya atau dengan semua unsurnya. Artinya, satu di antara unsur dalam frasa tersebut dapat menggantikan kedudukan frasa secara keseluruhan (Ramlan, 2005: 141-142) . Sedangkan frasa eksosentrik memiliki sistem distribusi yang berbeda dengan frasa endosentrik. Mulyono (2010:18) frasa eksosentrik tidak memiliki sistem distribusi yang sama, baik dengan satu di antara unsur frasa maupun semua unsur frasa karena kedua unsurnya merupakan satu kesatuan. Sidu (2013:37), penanda frasa eksosentrik adalah preposisi, seperti ke, di, dari, dalam, untuk, demi, pada, kepada, daripada, bagi, dengan, dan atas. Jika preposisi yang terdapat dalam frasa eksosentrik dilesapkan atau dihilangkan (dalam sebuah kalimat), kalimat tersebut tidak akan memiliki makna yang utuh. Kategori frasa bergantung pada jenis kata unsur pusat atau unsur inti suatu frasa atau bergantung pada persamaan distribusi dengan jenis kata. Jika unsur pusat suatu frasa merupakan kata benda, kategori frasa tersebut adalah frasa nomina. Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Istilah pemerolehan (acquisition) berarti proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya (native language). (Dardjowidjojo 2010). Jadi dapat disimpulkan dalam pemerolehan bahasa ibu pada anak terjadi secara bertahap. Anak akan mulai memperoleh dan menyampaikan bahasa mereka dari kata perkata kemudian seiring bertambahnya usia mereka akan semakin banyak memperoleh kosakata dan mulai belajar untuk menyampaikan sebuah kalimat. Baik frasa endosentrik maupun frasa eksosentrik memiliki fungsi distribusi unsur berupa frasa yang akan menjadi bagian dalam pembentukan kalimat yang menjadikan kalimat tersebut menjadi lebih bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Manusia Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Unika Atma Jaya.

Mulyono, Iyo. 2010. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematik

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Sidu, La Ode. 2013. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu Press.

1 Like

Sintaksis memiliki unsur-unsur pembentuk salah satu diantaranya yaitu frasa. Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang biasanya terdidik dari dua kata atau lebih tanpa memiliki unsur predikat. Frasa dibagi lagi menjadi dua yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa satuan konstruksi yang berdistribusi dengan salah satu unsur pembentuknya. Sedangkan frasa eksosentris adalah satuan konstruksi frasa yang tidak berperilaku sintaksis dengan salah satu unsur pembentuknya (Parera, 2009:55).

Frasa endosentris dan frasa eksosentris ini memiliki keterkaitan dengan proses pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA), dilihat dari proses pemerolehan bahasa pada tahap pertama (bahasa ibu) yang melibatkan peran sintaksis didalamnya (Chomsky, 2006:1). Chomsky menyebutkan, ada dua proses pemerolehan bahasa tahap pertama atau bahasa ibu, yaitu kompetensi dan perfomansi. Dalam proses kompetensi, sintaksis berperan dalam proses penguasaan tata bahasa secara alamiah. Chomsky melanjutkan, setiap anak secara alami mendapatkan seperangkat peralatan dalam memperoleh bahasa ibu. Alat ini disebut dengan Language Acquisition Device (LAD) yang nantinya akan digunakan anak untuk memodifikasi dan mempelajari bagaimana penggunaan tata bahasa yang benar.

REFERENSI
Hutabarat, I. (2014). PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA 2 TAHUN PADA TATARAN SINTAKSIS. Medan: Universitas Darma Agung Medan.
Astighfarani, Sheilla Armeillia; Suhardi; dan Pujiastuti, Indah. (2020). ANALISIS KESALAHAN PENULISAN FRASA ENDOSENTRIS DAN EKSOSENTRIS PADA KOLOM OPINI TANJUNGPINANG POS EDISI APRIL 2019. Student Online Journal (SOJ) UMRAH-Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 1 (2), 195-203.

Proses pemerolehan bahasa secara natural terjadi pada waktu anak belajar bahasa dari ibunya. Kridalaksana (2001: 159) mendefinisikan pemerolehan bahasa (language acquisition) sebagai proses pemahaman dan penghasilan
bahasa pada manusia melalui beberapa tahap, mulai dari meraban sampai kefasihan penuh; sedangkan pembelajaran bahasa (language learning) diartikan sebagai proses dikuasainya bahasa sendiri atau bahasa lain oleh seorang manusia.
Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa ibu adalah dengan meniru apa yang dikatakannya. Adanya peniruan tersebut tentu tak lepas dari sebuah pelafalan frasa.

Menurut Parera (2009: 55), secara umum terdapat 2 macam frasa yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
• Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi sama dengan unsurnya. Frasa ini merupakan gabungan kata yang tidak mempunyai unsur diterangkan didalamnya.
• Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak berdistribusi sama dengan unsurnya. Frasa ini merupakan gabungan dua jenis kata yang salah satunya berfungsi sebagai unsur menerangkan dan unsur diterangkan.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa endosentrik dan eksosentrik mempunyai peran dalam pemerolehan bahasa ibu karena secara tidak langsung seorang ibu mengajarkan tentang frasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Adanya unsur yang berfungsi untuk menerangkan dan diterangkan dari dua kata menyatakan bahwa frasa endosentrik dan eksosentrik mempunyai fungsi dalam pengajaran bahasa ibu karena anak dapat menerbitkan sebuah ujaran yang terdiri dari dua kata/lebih.
Sedangkan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik terhadap bahasa ibu adalah terhadap kemampuan tertulis dan kemampuan lisan.

Sumber:
Anam, Khoirul. 2019. Peran Bahasa Ibu Terhadap Kecerdasan Bahasa Target Anak Usia 4-5 Tahun di Paud Darussalamah Baruh Sampang. Jurnal Pelangi. 1 (1). 1-19.

Muslich, Masnur. Modul Pemerolehan Bahasa Pertama. Indonesia: Universitas Terbuka.

Wati, Dyah Rohma. 2016. Sendi Sintaksis Dalam Pemerolehan Bahasa Pertama (Sebuah Studi Kasus). Hal. 239-243.

Menurut Ramlan (1987), frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua maupun salah satu darinya, adalah frasa endosentris. Singkat kata, frasa endosentris memiliki unsur-unsur yang berkedudukan setara. Seperti contoh berikut ini:

  • Dua orang siswa sedang belajar matematika di perpustakaan.
    Pada kalimat tersebut, dua orang siswa tergolong ke dalam frasa endosentris. Unsur dua orang dan unsur siswa memiliki distribusi yang sama. Maka dari itu, bukan masalah jika salah satu dari dua unsur tersebut dihilangkan karena keduanya dapat saling menggantikan. Sedangkan, frasa eksosentris tidak memiliki distribusi unsur yang setara. Satu unsur tidak dapat menggantikan unsur lainnya. Contohnya adalah:
    Dua orang sedang belajar matematika di perpustakaan.
    *Dua orang sedang belajar matematika di
    *Dua orang sedang belajar matematika perpustakaan.
    Di perpustakaan memiliki dua unsur yakni di dan perpustakaan. Sebagai frasa preposisional, keduanya tidak memiliki distribusi yang paralel dan tidak dapat saling menggantikan. Ketika salah satu unsur dihilangkan, kalimat tersebut menjadi rumpang. Lalu, Menurut dalam pemerolehan bahasa atau Language Acquisition (AC) merupakan suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menguasai, mengerti dan memproduksi bahasa yang mereka dengar di sekeliling mereka tanpa disengaja ataupun tanpa perintah (Chaer, 2003:56). Sedangkan, konsep bahasa ibu atau bahasa pertama masih menjadi polemik kalau kita mengacu pada situasi masyarakat tutur yang dwibahasawan, seperti masyarakat yang sejak lahir hidup di perkotaan. Pada masyarakat ekabahasawan, seperti di Inggris akan tetap mengatakan bahwa bahasa ibu / pertamanya adalah bahasa Inggris (Platt, 1985). Pada masyarakat ekabahasawan, pemerolehan bahasa ibu memiliki stages, method dan function. Dari kajian inilah diperoleh postulat yang kuat bahwa definisi bahasa ibu bisa diformulasikan. Maka dari itu, jika dikaitkan dengan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik diperoleh kesimpulan yaitu seorang anak dalam kaitan dengan proses pemerolehan bahasa pertama, sering menggunakan cara atau teknik peniruan. Lingkungan atau orang di sekitar anak itu memproduksi ujaran, dari tingkat sederhana sampai kompleks lalu didengar, dengan kemampuan anak itu memperoleh ujaran tersebut. Untuk membuktikan proses pemerolehan tersebut berhasil, perlu dicermati dari kemampuan si anak memproduksi bahasa, dengan kata lain berbicara.

Referensi:
Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
Platt. John T., Heidi Weber dan Ho. (1985). New Englishes. Singapore: Kegen & Routledge
Ramlan, M. (1987). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV. “Karyono”

1 Like

Sebelum membahas bagaimana keterkaitan fungsi dan pengaruh antara frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA), khususnya pada bahasa ibu (mother language), saya akan menjelaskan dahulu terkait macam-macam frasa. Frasa memiliki dua macam, yaitu frasa endosentrik dan eksosentrik. Hal itu sama halnya dengan pernyataan Astighfarani et al., (2020) yang menyatakan bahwa frasa memiliki dua macam di dalamnya, yaitu frasa endosentrik dan eksosentrik. Frasa endosentrik merupakan frasa yang kedudukannya dapat digantikan dengan satu unsur secara keseluruhan, sedangkan frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak berpusat karena termasuk frasa yang bukan berdistribusi sama, frasa ini ditandai dengan adanya preposisi (Rosyidah et al., 2021). Lalu bagaimana keterkaitan fungsi dan pengaruh antara frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA), khususnya dalam bahasa ibu?

Proses yang digunakan anak-anak dalam memahami dan memproduksi atas apa yang mereka dengar dari lingkungan sekitarnya tanpa adanya kesengajaan itulah yang disebut pemerolehan bahasa (language acquisition). Anak-anak pada umumnya mendapatkan suatu kecakapan bahasa melalui bunyi-bunyi bahasa yang ada di sekitarnya. Perkembangan perilaku berbahasa seseorang dimulai dari bayi, di mana hal itu tidak dapat muncul dengan sendirinya, akan tetapi terdapat tahapan-tahapan yang selaras dengan bertambahnya usia bayi. Kata pertama yang muncul ditentukan dengan penguasaan artikulasi dan kemampuannya dalam menghubungkan kata dengan benda yang dimaksud. Artinya, pengaitan suatu kata secara konsisten pada benda tertentu dapat membantu penguasaan dan pemahaman anak dalam mengucapkan kata-kata itu (Purwo, 1990). Adanya bahasa ibu membuat seorang anak dapat berkomunikasi dengan lingkungannya, mengidentifikasi identitas (menggambarkan perasaannya) serta anak dapat memiliki kemampuan kognitif yang cukup baik. Seiring berjalannya waktu, anak akan mulai menyusun kata demi kata. Di mana, dalam menyusun urutan kata tersebut anak akan mengikuti kata-kata yang terdapat pada bahasa orang dewasa. Bisa dikatakan, adanya bahasa tersebut bisa menimbulkan kosakata kosakata baru bagi anak-anak.

Dalam proses pemerolehan bahasa pertama, seorang anak sering menggunakan cara peniruan. Adanya peniruan itu, membuat seorang anak memiliki kemampuan ujaran yang lebih baik. Akan ada tahap demi tahap yang dilalui anak-anak dalam memberikan ujaran. Kita perlu tahu bahwa bahasa dapat menjadikan karakter dan jati diri bagi bahasa yang bersangkutan serta bahasa mampu menciptakan suatu interaksi di antara pemakai bahasa, di mana dalam hal ini adalah seorang anak. Kata-kata dan frasa baru yang sering didengar oleh seorang anak, akan dapat memberikan penguatan khusus bagi anak sehingga anak akan tumbuh dengan kosakata kosakata yang beragam.

Daftar Pustaka
Astighfarani, Sheilla Armeillia, Suhardi, dan Indah Pujiastuti. (2020). ANALISIS KESALAHAN PENULISAN FRASA ENDOSENTRIS DAN EKSOSENTRIS PADA KOLOM OPINI TANJUNGPINANG POS EDISI APRIL 2019. Student Online Journal, 1(2):195-203.

Purwo, Bambang Kaswanti. (1990). Perkembangan bahasa Anak. Jakarta: Peba 3.

Rosyidah, Ulfa, Cahyo Hasanudin, dan Ahmad Kholiqul Amin. (2021). KAJIAN FRASA PADA NOVEL TRAUMA KARYA BOY CANDRA. Jurnal Ilmiah SEMANTIKA, 3(1):10-20.

1 Like

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan sempurna dilengkapi dengan akal pikiran kemampuan berbicara perasaan dan dan kemampuan lainnya. Bahasa merupakan suatu alat penghubung antar manusia dalam berkomunikasi, serta ta sebagai sarana pencapai ilmu pengetahuan. Manusia mengalami penguasaan bahasa dengan melalui tahap awal pemerolehan bahasa yakni bahasa ibu. Pengakuisisian bahasa atau pemerolehan bahasa dapat diartikan sebagai suatu proses berlangsungnya pemerolehan bahasa pertama dari sang ibu dalam otak anak (Fatmawati, 2015) proses pemerolehan bahasa merupakan suatu mekanisme yang sedang terjadi terhadap otak anak saat ia mendapatkan bahasa pertama melalui bahasa ibundanya (Muradi, 2018: 148). Proses pemerolehan bahasa pada bidang fonologi, sintaksis, leksikon dan pragmatik. Pemerolehan bahasa dalam tataran fonologi terkait dengan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan seperti vokal dan konsonan. Selanjutnya adalah pemerolehan bahasa pada tataran sintaksis yang dimulai dari pemerolehan kata, frasa, kalusa dan kalimat. (Soejono, 2013). Menuruk KBBI, frasa [fra·sa] memiliki arti : gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (msl gunung tinggi disebut frasa karena merupakan konstruksi nonpredikatif). Tarigan (2009: 96) mengklasifikasi frasa berdasarkan tipe strukturnya menjadi dua yaitu: frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. (Supriyadi,2014: 11). Menurut Kridalaksana (1985:115) frasa eksosentris adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan komponen-komponennya. Bentuk frasa eksosentris terbagi atas dua, yaitu frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris nondirektif. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa eksosentris dan frasa endosentris memiliki fungsi dan keterkaitan terhadap pemerolehan bahasa ibu yakni dalam proses pengakuisisian bahasa pada bidang atau tataran sintaksis yang mana dimulai dari pemerolehan kata, frasa, klausa dan kalimat.

References

Kridalaksana, H. (1985). Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Mahajani Tri, M. R. (2018). Pemerolehan Bahasa dan Penggunaan Bahasa Ana Usia Sekolah Dasar. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia): Jurnal Ilmiah Pendidikan.

Santhi, M. S. (n.d.). Kata dan Frasa. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT PENERBIT INTAN PARIWARA.

Ulfa Khusnatul Hidayah, d. (2021). Teori Pemerolehan Bahasa Nativisme LAD. BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Sudi Pendidikan Bahasa& Sasatra Indonesia.