(Ramlan,2005) Menyebutkan frasa berdasarkan distribusi unsurnya digolongkan menjadi dua bentuk yaitu, frasa endosentrik dan eksosentrik. Yang dimaksud dengan frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik melalui seluruh unsur yang ada ataupun dari salah satu unsur yang dimilikinya.(Widyaningsih, Latifa Ayu, 2021) Frasa eksosentris mengacu kepada bentuk frasa yang memiliki komponen di dalamnya tidak memiliki perilaku tata bahasa sintaksis secara menyeluruh. Sementara itu frasa eksosentrik dibagi menjadi dua golongan, yaitu frasa eksosntrik non-direktif dan frasa eksosentrik direktif.
(Suhardi,2013) Menyebutkan bahwa sintaksis adalah sebuah wacana yang utuh dan tersusun dari kata yang akan membentuk sebuah frasa yang kemudian akan membentuk sebuah klausa, dan klausa akan membentuk sebuah kalimat yang berakhir menjadi sebuah wacana. (Suratina,2012) menyebutkan bahwa frasa eksosentrik non-direktif mempunyai sebuah elemen untuk menggabungkan dua kata yang disebut artikula, atau dapat digolongkan sebagai kata benda, kata sifat, dan kata kerja. (verhar, 2014) menyebutkan bahwa berdasarkan struktur yang terbentuk dalam frasa, elemen-elemen frasa edosentrik yang disusun atas kata, kata dan frasa, serta frasa dan frasa. Komponen struktur frasa endosentrik dapat membentuk susunannya seperti :
Diterangkan-Menerangkan
Menerangkan-Diterangkan
Diterangkan-Menerangkan-Diterangkan
Fungsi diterangkan disebut sebagai unsur pusat, sedangkan fungsi menerangkan merupakan unsur atributnya (Atr).Berikut tadilah fungsi dan pengaruh frase endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan bahasa Language Acquisition ( LA ) sebagai mother language berperan sebagai pembentuk kata dan susunan frasa, membetuk klausa yang akan bermuara menjadi sebuah klausa, memberikan keterangan dalam suatu frasa bahwa frasa tersebut memiliki susunan DM, MD, dan DMD.
Daftar Pustaka :
Suhardi. 2013. Dasar- Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: CV. Karyono
Widyaningsih, Latifa Ayu. 2021.Analisis Frasa Berdasarkan Kesetaraan Distribusi Pada Tajuk Rencana Solopos “Konsolidasi dan Pemberdayaan Organosasi Masyarakat Sipil”. Jurnal SEMIOTIKA, 22, 49-56
Surastina. 2012. “Frasa Dalam Bahasa Indonesia”. Jurnal Lentera, *2:*9-17.
Verhaar. 2014. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pemerolehan bahasa dalam ranah pemerolehan sintaksis, anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya hanyalah merupakan kalimat penuh, tetapi karena ia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, ia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat. Pemerolehan sintaksis hanya bermula jika kanak-kanak mulai menggabungkan dua kata atau lebih sekitar umur dua tahun. Apabila kanak-kanak telah mencapai peringkat dua kataatau lebih, ucapan pun semakin banyak dan mudah ditafsirkan (Muslich, 2013)
Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa adalah strategi meniru. Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa dapat dianjurkan untuk memegang pedoman: tiru lah apa yang dikatakan orang lain. Lihatlah bagaimana anak belajar sesuatu apa pun dari orang dewasa. Ketika ia melihat orang tuanya membuka buku lalu ia menirunya membuka-buka buku, tidak peduli apakah caranya benar atau salah, toh tetap dilakukannya, dan orang tuanya terus mengajarinya. Cara itu juga digunakannya dalam pemerolehan bahasa pertama. Mula-mula ia hanya bisa mendengar bunyi-bunyi yang dituturkan orang dewasa. (Muzaiyanah, 2015). Setelah itu, ia menirunya dengan sekenanya. Chaer (2003) meringkas beberapa teori yang terkait dengan pemerolehan sintaksis. Pertama yaitu teori tata Gangguan Berbahasa, bahasa Pivot yang menerangkan bahwa anak cenderung menggunakan kata-kata fungsi yang bercirikan sebagai berikut:
Bahasa menjadi aspek yang lekat dengan kehidupan manusia. Penggunaan bahasa selalu digunakan setiap saat ketika berkomunikasi. Seseorang mampu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi didapat dengan cara akuisisi ataupun pembelajaran. Berbeda dengan pembelajaran proses mendapatkan bahasa dengan akuisisi terjadi dengan cara diserap secara otomatis dari apa yang mereka dengar. Dengan cara mendapatkannya seperti ini biasanya bahasa yang didapat dari proses akuisisi ini menjadi bahasa pertama seseorang. Sejalan dengan penjelasan di atas Hutabarat (2018: 663) menjelaskan akuisisi atau pemerolehan bahasa suatu suatu proses untuk memperoleh bahasa yang terjadi di dalam otak oleh anak-anak sehingga menjadi bahasa pertamanya. Terjadinya proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya dipengaruhi melalui sintaksis. Seperti yang kita ketahui sintaksis sebagai ilmu yang mempelajari tata kalimat dalam suatu bahasa, yang di dalamnya terdapat frasa. Ditinjau dari fungsi sintaksisnya frasa dibagi menjadi frasa endosentrik dan eksosentrik. Pemahan terkait frasa endosentrik menurut Ramlan (2005: 142) adalah frasa yang memiliki distribusi sama dengan satu di antara unsurnya atau dengan semua unsurnya. Maksud dari definisi tersebut yaitu suatu unsur yang terdapat dalam frasa tersebut kedudukannya dapat saling dipertukarkan secara universal. Selanjutnya pendefinisian frasa eksosentrik menurut Kridalaksana (1985: 115) adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki perilaku sintaksis yang serupa dengan komponen-komponennya. Dengan kata lain frasa ini antar komponennya tidak memiliki kedudukan yang sama sehingga membuatnya memiliki kedudukan yang paten. Melihat dari maksud kedua fungsi sintaksis frasa tersebut dapat dihubungkan dengan pemerolehan bahasa. Adanya frasa-frasa tersebut yang dilihat dari fungsi sintaksisnya tersebut menjadikan proses pemerolehan bahasa lebih mudah. Dapat dikatakan demikian karena dengan adanya kejelasan perbedaan fungsi frasa tersebut akan mempermudah seseorang menyerap bahasa, dan kemudian dapat menggunakannya dengan tepat saat melakukan komunikasi. Selain itu juga dapat menambah kekayaan kosa kata seseorang karena dari frasa-frasa tersebut dapat melahirkan kosa kata baru yang memiliki fungsi berbeda-beda.
SUMBER:
Hutarabat, I. (2018). PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA INDONESIA ANAK USIA DUA TAHUN DAN TIGA TAHUN DI PADANG BULAN. JURNAL DARMA AGUNG, 26(1), 661-676.
Kridalaksana, H. (1985). Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Frasa merupakan sebuah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih. Menurut Ramlan (2005:141), “Terdapat dua jenis frasa, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dari semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya”. Contohnya: dua orang siswa yang berdistribusi dengan dua orang dan mahasiswa. Berikutnya adalah frasa eksosentris, merupakan frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya yang tidak berhulu dan tidak berpusat. Contohnya: di perustakaan.
Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Setiap anak atau individu memperoleh bahasa sejak lahir sehingga dapat dikatakan secara alamiah. Menurut Dardjowidjodjo (2003:225), “Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural waktu dia belajar bahasa ibunya”.
Frasa merupakan bagian dari sintaksis, dan sintaksis merupakan salah satu aspek pemerolehan bahasa. Oleh karena itu secara tidak langsung frasa memiliki keterkaitan dengan pemerolehan bahasa. Anak atau individu melalui sebuah proses yang bisa dikatakan panjang untuk mempelajari sebuah bahasa. Untuk proses awal anak akan mengucapkan satu kata, kemudian melalui proses anak akan mulai mengucapkan dua kata atau lebih yang bisa disebut sebagai frasa.
Pemerolehan bahasa khususnya pada tataran bahasa ibu (mother language) sangatlah krusial untuk lebih diperhatikan. Menurut Mulyaningsih (2015: 12), pemerolehan bahasa anak berlangsung dalam lingkup budaya dan bahasa di sekeliling anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu seperti mendampingi dan memberi dukungan kepada anak dalam memilih leksikon (kosa kata) yang relevan dengan konteks situasi serta menyusun berbagai bentuk kalimat. Melalui hal tersebut, maka diharapkan anak dapat menggunakan bahasa pertamanya dalam komunikasi dengan baik.
Dalam bidang sintaksis, anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (Dardjowidjodjo, 2018). Bagi anak, kata yang dimaksud sebenarnya kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu. Dengan demikian, satuan sintaksis yang satu tingkat berada di atas satuan kata disebut dengan frasa.
Klasifikasi frasa berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik ialah frasa yang memiliki berbagai unsur yang kedudukannya setara, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ramlan (1987) bahwa frasa mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Sedangkan frasa eksosentrik ialah frasa yang tidak memiliki unsur-unsur yang setara sehingga tidak dapat menggantikan unsur lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi sekaligus pengaruh dari frasa endosentrik dan frasa eksosentrik memiliki keterkaitan yaitu dalam hal unsur-unsur pembentuk satuannya. Dari unsur tersebutlah akan terjadi komunikasi berbahasa baik lisan maupun tulisan sebagai upaya pemerolehan bahasa Language Acquisition (LA) .
Sumber referensi:
Dardjowidjojo, S. (2003). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mulyaningsih, I. (2015). Pemerolehan Bahasa Anak Pada Usia 4 Tahun dengan Whole Language. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 1(2), 1–13.
Ramlan, M. (1987). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. “Karyono”.
Menurut Ramlan (1987) frasa endosentris adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan unsurnya. Singkat kata, frasa endosentris memiliki unsur yang berkedudukan setara. Frasa eksosentris merupakan frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya yang tidak berhulu atau berpusat.
Menurut Kiparsky (1968:194) language acquisition adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk meyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembanyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasar suatu takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut.
Bahasa ibu adalah bahasa pertama diperoleh atau dikuasai okeh manusia (anak) melalui interaksi dengan masyarakat bahasanya, dengan bahsa itu ia mengungkapkan ide, pimikiran, perasaan, dan ekspresi dirinya.
Melalui pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahsaa keterkaitan fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dam eksosentrik dalam pemerolehan bahasa language Acquisition khususnya bahasa ibu (mother language) adalah mempermudah anak dalam menyesuaikan frasa dan memahami maksud dari tuturan ataupun ujaran. Frasa endosentrik dan eksosentrik mempengaruhi dan mempermudah anak dalam mengetahui kosakata baru yang baik dan benar.
Referensi:
Bintari, Kartuka, dan Sumarlam. (2019). Unsur Pembentik Frasa Eksosentris dalam Hikatay Hang Tuah. Jurnal RETORIKA, 12(2), 154-157.
Kurniati, Lisdwiana, dan Izhar. (2015). Bahasa Ibu dalam Pembelajaran Anak di Sekolah. Jurnal Pesona Volume, 1(1), 1-5.
Frasa endosentris merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua maupun salah satu darinya. Frasa endosentris juga memiliki unsur yang berkedudukan yang setara. Sedangkan frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak memiliki unsur yang setara dan satu unsur ini tidak dapat menggantikan unsur yang lain (Abdul Chaer, 2007). Pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung dalam otak seseorang pada saat balita maupun masa kanak-kanak, yang dimana bahasa tersebut diperoleh dari bahasa ibunya (mother language). Anak mulai memperoleh dan menyampaikan kata pada saat memeproleh bahasa dari ibunya, kata demi kata seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia mereka (Supadi, 2019). Fungsi dan pengaruh frasa endosentrik dan eksosentrik dalam pemerolehan kata bahasa Language Acquition dan bahasa ibu ini memiliki fungsi distribusi yang sama dengan unsurnya dalam pembentukan kalimat, sehingga kalimat tersebut akan menjadi lebih bermakna. Tidak hanya sebagai sarana komunikasi internal bahasa ibu juga sebagai medium pengembahan bahasa.
Pujiastuti, I., Suhardi, S. (2020). Analisis Kesalahan Penulisan Frasa Endosentris dan eksosentris Pada Kolom Opini Tanjungpinang POS. Student Online Journal (SOJ) UMRAH-Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Vol.1, No.2.
Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.