Yuk! Kepoin Frasa Nominal


Halo sobat pintar! Bagaimana nih kabarnya? Semoga sehat selalu ya. Kira-kira hari ini kita mau bahas apa sih? Nah, hari ini kita mau bahas tentang frasa nominal. Pasti kalian sudah penasaran kan? Cus kepoin artikel di bawah ini.
Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 2001: 138). Frasa dibentuk dari dua buah kata atau lebih dan mengisi salah satu fungsi sintaksis (Chaer, 2009:39). Menurut Ramlan (2001: 121-148) bentuk frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan berdasarkan distribusi dengan kategori kata. Berdasarkan distribusi dengan kategori kata, menurut Ramlan (2001: 126-148) dapat dibagi menjadi empat, yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, dan frasa keterangan. Di samping itu ada frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan kategori kata yaitu frasa depan.

  1. Nomina atau frasa nominal dengan atau tanpa pewatas biasanya terletak di awal kalimat sebagai subjek. Fungsi subjek diduduki oleh nomina atau frasa nominal.
    (a) Ibu itu sedang memasak.
    (b) Polisi sudah menerima laporan pencurian itu.
    (c) Perempuan itu berjualan sepatu bekas.
    (d) Mamat murid terpandai di kelas itu.
    Pada kalimat di atas bentuk ibu itu, polisi, perempuan itu dan Mamat terletak di awal kalimat pada awal kalimat seperti contoh (a)-(d) merupakan frasa nominal yang menduduki fungsi subjek. Kata itu anak dan perempuan itu merupakan pewatas pengikutnya.
  2. Nomina, sebagai inti frasa, dapat diikuti kelas kata lain seperti adjektiva, verba, numeralia, atau frasa preposisional yang diantarai atau dapat diantarai oleh kata sebagai ligatur (perangkai).
    Contoh:
    (a) rumah besar - rumah yang besar
    (b) sepatu dibeli - sepatu yang dibeli
    (c) hari kedua - hari yang kedua
    (d) tas di meja - tas yang di meja
    Kehadiran yang pada frasa nominal yang pewatasnya verba atau frasa verbal cenderung bersifat wajib. Jika yang tidak hadir, verba itu cenderung akanditafsirkan sebagai predikat kalimat. Kehadiran yang dalam konstruksi pakaian yang dibeli dapat ditafsirkan sebagai kalimat berpola predikat-subjek.
  3. Nomina sebagai inti frasa juga dapat diikuti oleh kata penunjuk ini atau itu, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata lain.
    Contoh:
    (a) desa ini - desa kecil ini
    (b) orang ini - orang miskin ini
    (c) ibu itu - ibu (yang) di pojok itu
    (d) pekerjaan itu - pekerjaan kantor itu
  4. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya ialah bukan. Pengingkaran terhadap kalimat Ibu saya dokter adalah Ibu saya bukan dokter.

Menurut Widjono Hs (2007 : 142) frasa nominal menjadi 3 jenis
yaitu:
a) Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya : rumah
mungil, hari minggu, buku dua buah, dan pemuda kampus,
b) Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan),
misalnya : hak dan kewajiban, sandang pangan, dunia
akhirat, lahir batin, serta adil dan makmur.
c) Frasa nominal apositif, misalnya : Toni, Supir taksi itu.

Wah mantap, kalian sudah membaca artikel di atas, tapi sedihnya kita harus berpisah sampai disini. Eittss… tapi besok kita ketemu lagi kok. Sampai jumpa lagi sobat pintar! Byeeee

Referensi :
Alwi, Hasan, dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia : Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendek atan dan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV.Karyono.