Yuk Kenali Ambiguitas dan Bentuk Utamanya

Ambiguitas merupakan sebuah kata benda yang berasal dari kata sifat ambigu. Ambiguitas ini memiliki arti sesuatu atau hal yang mempunyai makna lebih dari satu atau berarti dua. Adanya ambiguitas ini bisa menyebabkan ketidakjelasan pada semua kata maupun kalimat. Ambiguitas itu sendiri berasal dari sebuah kata Inggris yaitu ambiguity dan mempunyai makna sebuah konstruksi yang bisa dimaknai lebih dari satu arti. Alwi (2002:36) mengemukakan bahwa ambiguitas ini biasa disebut ketaksaan.

Ambiguitas bisa saja terjadi saat komunikasi berlangsung, baik yang terjadi menggunakan bahasa lisan atau pun secara tertulis. Keambiguan adalah kegandaan makna dalam sebuah kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan dapat menimbulkan keragukan atau pendengar sama sekali tidak memahaminya. Ambiguitas ini terjadi apabila kita sebagai pendengar atau pun pembaca sukar memahami makna dari sesuatu yang kita baca atau kita dengar. Penyebab dari terjadinya ambiguitas bisa disebabkan oleh perkataan yang diucapkan tidak sesuai dengan intonasi maupun jeda pelafalannya
Ambiguitas bisa muncul pada berbagai variasi tulisan atau tuturan. Kempson (1977: 38) mengemukakan ada tiga bentuk utama ambiguitas (ketaksaan), yaitu yang berhubungan dengan fonetik, gramatikal, dan leksikal.
Ambiguitas Fonetik
Ambiguitas yang terjadi pada fonetik timbul dikarenakan berbaurnya bunyi-bunyi bahasa yang diujarkan. Kata-kata yang membentuk suatu kalimat bila diucapkan terlampau cepat bisa mengakibatkan keraguan terhadap maknanya. Misalnya pada kata beruang, kata beruang ini bisa berarti memiliki uang atau bisa juga bermakna nama binatang. Agar ambiguitas fonetik ini bisa dihindari, maka pendengar dapat meminta kepada pembicara untuk mengulangi perkataan apa yang diucapkannya
Ambiguitas Gramatikal
Ambiguitas yang terjadi secara gramatikal ini muncul pada tataran morfologi dan sintaksis. Pada konteks ini ambiguitas bisa dilihat dari dua alternatif. Alternatif pertama adalah ambiguitas yang diakibatkan oleh kejadian pembentukan kata secara gramatikal di dalam morfologi yang menyebabkan perubahan makna. Misalnya terjadi pada kata pemukul, kata ini bisa berarti dua, yaitu orang yang memukul atau sebuah alat untuk memukul.
Alternatif kedua adalah ambiguitas pada kata yang serupa. Semua kata yang membentuk frase seseungguhnya jelas, akan tetapi perpaduannya menyebabkan definisinya bisa diartikan lebih dari satu pengertian. Di dalam bahasa Indonesia, frase (kelompok kata) orang tua dan lampu hijau bisa berarti dua. Frase orang tua bisa berarti orang yang tua dana tau bisa berarti ibu bapak. Selanjutnya frase lampu hijau bisa diartikan diijinkan atau disetujui dan lampu yang berwarna hijau.
Antonim
Penggunaan antonim bisa mengakibatkan ambiguitas jika pada penggunaannya dinegatifkan karena tidak lagi berlawanan dengan kata mulanya. Sebenarnya lawan dari kata muda adalah tua, lawan tinggi adalah rendah, lawan jauh adalah dekat, tetapi bila dinegatifkan akan menimbulkan ambiguitas.

  1. Budi tidak muda lagi
  2. Siti datang tidak hari Senin
  3. Tidak begitu jauh dari sini
    Ambiguitas tersebut terjadi karena kata- kata yang ditulid miring merupakan kata yang memiliki multi taksonomi dengan lawan kata lebih dari satu, bisa ditafsirkan sebagai berikut
  4. Tidak muda disini belum berarti sudah tua
  5. Tidak hari Senin juga belum berarti Selasa, Rabu, Kamis, dan seterusnya.
  6. Tidak begitu jauh juga belum berarti dekat.

Akronim dan Kependekan
Pada bahasa Indonesia, banyak kita temui akronim dan kependekan. Semua itu bisa menyebabkan ambiguitas, apabila pemakaiannya tidak sesuai. Terkadang kita tidak mengetahui maksudnya kalau kita berada di bidang yang menggunakannya.
Contoh:

  1. Jatim menghancurkan tuan rumah.
  2. Jabar dapat giliran pertama
  3. Uda menang atas Uma.
    Jatim dan Jabar dapat berarti nama pribadi sedang Uda dan Uma berarti abang dan emak. Terlebih lagi kependekan yang dinamakan akronim sangat berpeluang untuk mengakibatkan ambiguitas.
    Contoh :
  4. Kutilang berarti kurus tinggi langsing.
  5. Botol berarti bodoh dan tolol
    Ambiguitas Leksikal
    Semua kata bisa bermakna lebih dari satu, bisa mengacu pada benda yang berbeda sesuai dengan lingkungan penggunaannya. Secara leksikal, ambiguitas dapat dilihat dari dua sisi. Segi pertama adanya gejala polisemi. Misalnya kata haram dalam bahasa Indonesia dapat bermakna:
  6. Terlarang, tidak halal
    Haram hukumnya apabila makan daging babi.
  7. Suci, tidak boleh dibuat sembarangan
    Tanah haram atau Masjidilharam itu adalah semulia-mulia tempat di bumi.
  8. Sama sekali tidak, sungguh- sunguh tidak
    Selangkah haram aku surut.
  9. Terlarang oleh undang-undang, tidak sa
    PKI dinyatakan haram oleh pemerintah.
    Segi kedua adalah homonim yaitu kata - kata yang sama bunyinya. Di dalam bahasa Indonesia, bisa berarti dapat atau racun, pukul berarti jam atau ketuk. Segi kedua ini tidak menimbulkan ambiguitas apabila dilihat penggunaannya dalam konteks.
    Ambiguitas Sintaksis
    Sama halnya pada bidang morfologi, pada bidang sintaksis pun banyak ditemukan ambiguitas, baik dari segi komposisi, idiomatik, maupun strukturnya.
    Komposisi dan Idiomatik
    Dalam bahasa Indonesia, komposisi dan idiomatikbanyak kita temukan. Komposisi dibuat dengan menggunakan kata - kata sehingga kemungkinan terjadi ambiguitas sangat besar, seperti penggunaan komposisi dan idiomatik di bawah ini.
  10. Mereka angkat topi kepadanya.
  11. Dia sudah gulung tikar.
  12. Merekalah yang bermain di belakang layar.
    Secara lugas makna angkat topi, gulung tikar, bermain di belakang layar adalah arti biasa tetapi juga dapat berarti memberikan pujian, bangkrut, dan tidak diketahui umum. Hal tersebut adalah sebagian kecil dari komposisi yang membawa arti ganda sehingga menyebabkan ambiguitas.

Referensi

Trismanto, T. (2018). Ambiguitas Dalam Bahasa Indonesia. Bangun Rekaprima: Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa, Sosial dan Humaniora, 4(1, April), 42-48.