Yuk bahas bersama! Analisis mimetik puisi Di Pasar Loak karya Goenawan Mohammad

Puisi merupakan kaya sastra yang menggunakan bahasa yang indah dan bermakna. Menurut Waluyo (2005: 1) puisi adalah sebuah karya sastra menggunakan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu, serta penggunaan kata-kata yang mengandung keindahan dan kepuitisan. Kali ini, penulis akan membahas salah satu puisi karya sastrawan terkenal di Indonesia yang berjudul Di Pasar Loak. Puisi ini merupakan karya GM pada tahun 1994. Siapa sih GM? Goenawan Mohammad atau biasa disebut GM adalah seorang wartawan dan sastrawan yang mengalami fase penting dalamdunia sastra dan pers Indonesia, terutama di era kuatnya pengaruh Lekra maupun rezim Orde Baru (Pramatso: 2022). Yuk kita baca bersama puisinya!

Di Pasar Loak

Di pasar loak jejak timpa menimpa, menghapus kau dan aku,
mengingat kau mengingat aku.
Pengalaman adalah karpet tua, anakku, pompa-pompa,
gambar burak, gambar yesus, kamus-kamus, gaun malam dan
hordin panjang, di mana dulu ada sebuah rumah, di mana kita
tak ada, kita tak punya, di mana seekor parkit mungkin
mencoba bernyanyi, mencoba menyanyi, dan seseorang tutup
pintu, dengar, papa, aku tak kembali, tak akan kembali
Kenangan adalah seperti manik-manik yang ditawarkan peniup
harmonika itu: butir-butir putih yang teruntai, tak berkait,
sebuah montase, sederet huruf morse, Selamatkan Kami,
Selamatkan Kami, Kami Tenggelam, percintaan yang tak ingin
jadi hantu dalam mimpi malam.
Perpisahan adalah sebuah isyarat kematian, orang tua penjual
kaca itu berkata dan bertanya, siapa kita sebenarnya, mengapa.
1994

Hasil Analisis
• Di pasar loak jejak timpa menimpa, menghapus kau dan aku, mengingat kau mengingat aku.
Penulis mengisahkan bahwa pasar loak sebagai tempat yang berisi kumpulan barang bekas yang memiliki jejak masa lalu yang tidak bisa diulang kembali melainkan hanya tersisa dalam ingatan. Jejak-jejak masa lalu antara satu orang yang disebut aku dan satu orang lagi disebut kau.
• Pengalaman adalah karpet tua, anakku, pompa-pompa, gambar burak, gambar yesus, kamus-kamus, gaun malam dan hordin panjang, di mana dulu ada sebuah rumah, di mana kita tak ada, kita tak punya, di mana seekor parkit mungkin mencoba bernyanyi, mencoba menyanyi, dan seseorang tutup pintu, dengar, papa, aku tak kembali, tak akan kembali
Penulis menggambarkan bahwa pengalaman adalah suatu hal yang dianggap sebagai hal biasa oleh orang lain tetapi memiliki kesan atau nilai tersendiri bagi orang yang telah mengalaminya. Mulai dari awal peristiwa yang telah jalani dengan penuh usaha sampai pada akhirnya orang tersebut tak akan dan tak mau mengulang masa lalunya.
• Kenangan adalah seperti manik-manik yang ditawarkan peniup harmonika itu: butir-butir putih yang teruntai, tak berkait, sebuah montase, sederet huruf morse, Selamatkan Kami, Selamatkan Kami, Kami Tenggelam, percintaan yang tak ingin jadi hantu dalam mimpi malam.
Penulis ingin menjelaskan bahwa kenangan adalah deretan ingatan kecil seseorang yang terangkai urut menjadi satu ingatan utuh yang mengandung cerita. Sosok kami yang tidak ingin terbayang-bayang pada kenangan kisah percintaan yang buruk.
• Perpisahan adalah sebuah isyarat kematian, orang tua penjual kaca itu berkata dan bertanya, siapa kita sebenarnya, mengapa.
Penulis menceritakan bahwa perpisahan adalah sebuah petunjuk bahwa sebuah kisah akan segera berakhir. Orang tua penjual kaca sebagai seseorang yang mengalami kisah tersebut bertanya-tanya siapakah dirinya hingga kisah tersebit bisa terjadi pada dirinya.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa puisi berjudul Di Pasar Loak mengisahkan jejak percintaan masa lalu seseorang dengan kekasihnya dari ingatan-ingatan yang muncul pada pikirannya dan dianggap sebagai pengalaman dan kenangan kisah percintaan yang buruk karena terjadinya perpisahan.

Referensi
Laila, M. P. (2016). Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan puisi melihat api bekerja karya M AAN Mansyur (tinjauan stilistika). Jurnal gramatika, 2(2), 79994.
Pramasto, A., & Alvio, W. (2022). Kritik Sosial dalam Tiga ‘Catatan Pinggir’ Goenawan Mohamad di Majalah Tempo Tahun 2015. Sriwijaya Journal of Law and Public Policy, 1(1), 1–18. Retrieved from https://ojs.sriusin.com/index.php/SJLPP/article/view/1