Wah, Ada Klausa Bebas dan Terikat!

Halo teman-teman semua! Aini kembali lagi, nih. Bawa sesuatu loh! Mau tau, ngga? Hehe, Aini bawa sedikit pengetahuan tentang klausa bebas dan klausa terikat. Sebelumnya, kalian pasti udah ngga asing sama kata klausa. Atau masih bingung perbedaan antara kalimat sama klausa? Kalau masih bingung, stay tune, ya! Bakal Aini jelasin kok.

Nah, klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat prediktif yang di dalam satuan atau kontruksi itu terdapat sebuah predikat, bila di dalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer, 2015). Jadi, intinya klausa itu hampir seperti kalimat tapi belum diberi tanda bacanya atau kata-kata yang disusun dan hampir membentuk sebuah kalimat. Sampai sini udah sedikit tau, kan?

Yok , lanjut bahas klausa bebas dulu sebelum ke klausa terikat. Menurut Kridalaksana (dalam Suratidjo, 1991) klausa bebas atau klausa relatif adalah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat. Setidaknya klausa bebas ini memiliki subjek dan predikat sehingga berpotensi menjadi kalimat mayor. Jika klausa ini diberikan tanda baca titik (.), klausa ini sudah bisa menjadi kalimat. Bagaimana? Sudah ada gambaran?

Kalau masih bingung, Aini kasih contoh deh. “Adik pulang”. Nah, dua kata yakni adik dan pulang sudah membentuk sebuah klausa bebas, dimana kata “Adik” sebagai subjek dan kata verba “pulang” sudah menjadi predikat. Kemudian, jika ditambahkan tanda baca titik (.), di belakang klausa tersebut sudah bisa disebut kalimat mayor. Sampai sini sudah lebih mengerti kan tentang klausa bebas dan contohnya?

Selanjutnya, kita bahas tentang klausa terikat yuk! Menurut Chaer (2015), klausa terikat adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur tidak lengkap, unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, atau mungkin objeknya saja, dan mungkin hanya berupa keterangannya saja. Jadi, kemungkinan besar klausa ini tidak dapat menjadi kalimat mayor, karena jika diberi intonasi final, klausa ini belum bisa berdiri sendiri. Klausa ini juga memerlukan klausa lain untuk menjadi satu kalimat yang utuh.

Kalau masih bingung Aini kasih contohnya. “Ke pasar tadi pagi”. Nah, gabungan kata yang menjadi klausa tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat jika ditambahkan intonasi final. Karena klausa tersebut hanya terdiri dari keterangan tempat dan waktu. Dengan demikian, diperlukan klausa yang lain, bisa saja klausa bebas seperti “Ibu pergi”, sehingga dapat digabung menjadi kalimat “Ibu pergi ke pasar tadi pagi.”.

Bagaimana teman-teman? Apakah sedikit penjelasan dari Aini dapat diterima? Apabila masih banyak kekurangan dalam penyampaian mohon maaf, ya! Terima kasih sudah mau membaca artikel ini. Jika ada kritik dan saran akan Aini terima dengan senang hati. Sampai jumpa di lain kesempatan! Salam hangat dan bersinar!

Referensi:
Chaer, A. (2015). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suratidjo, S. (1991). Klausa Terikat dan Klausa Relatif. Humaniora, 192-205.