Upaya Untuk Meningkatkan Literasi Masyarakat Melalui Analisis Wacana Kritis Dalam Media Massa

Oleh Hilda Ramadhita Hidayat dan M Rohmadi

Bahasa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan masyarakat untuk
berkomunikasi. Dalam bahasa terdapat ilmu linguistik yang terbagi menjadi beberapa kajian yakni, kajian fonologi, kajian morfologi, kajian sintaksis, kajian semantik, dan yang terakhir kajian wacana. Menurut Alwi, dkk dikutip Masitoh (2020) wacana merupakan sebuah kalimat yang berhubungan sehingga terbentuklah makna yang sama dalam kalimat-kalimat itu.

Wacana dapat juga digunakan untuk istilah ujaran (speech). Maka dari itu, wacana dapat berbentuk satu kata, satu kalimat, dan satu paragraph. Wacana yang sudah dibuat, tentu dapat dianalisis dan dikritisi oleh orang lain yang sering dikenal dengan analisis wacana kritis. Menurut Masitoh (2020) menjelaskan bahwa analisis wacana kritis merupakan telaah yang dilakukan seseorang untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai makna sesungguhnya yang disampaikan oleh penulis dalam karya mereka.

Dalam analisis wacana kritis, penulis tidak hanya menjelaskan elemen bahasa yang digunakan, tetapi juga mempertimbangkan konteks di mana bahasa tersebut digunakan. Konteks di sini merujuk pada penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tujuan utama dari analisis wacana kritis adalah untuk mengungkap ketidakseimbangan dalam percakapan antara berbagai pihak yang terlibat dalam wacana tersebut. Bentuk dari wacana ini yakni, berupa teks, makalah, skripsi, karangan, pengumuman, dsb. Jika berbentuk ucapan dapat berupa, percakapan, tanya jawab, dan dialog. Maka dari itu, tidak berlaku selamanya wacana berbentuk tulisan di media massa dan di media cetak.

Ditengah masyarakat pendistrbusian wacana pada era sekarang atau dapat disebut era post-modern ini bisa dilakukan secara strategis melalui informasi-informasi berita daring. Masyarakat dapat mengetahui berita-berita dari seluruh penjuru dunia melalui media massa. Setara dengan pendapat dari Julianto (2019) bahwa mayoritas masyarakat mengetahui informasi seluruh ranah kehidupan dari media massa, baik media local, regional, nasional, dan internasional. Informasi yang ditemukan di media massa bisa membantu meningkatkan tingkat literasi masyarakat melalui berita-berita yang mereka temui. Media massa menyediakan beragam
informasi yang mudah diakses dan murah, yang selama ini telah membanjiri masyarakat.

Dengan demikian, literasi tersebut dapat disebut dengan literasi informasi. Menurut Asra dikutip Khudlori, A., & Gondohanindijo, J. (2020) menelaskan bahwa literasi informasi ini merupakan kemampuan untuk tahu mengenai kebutuhan untuk informasi dan mengidentifikasi, menemukan, dan mengevaluasi secara efektif menggunakan informasi yang didapatkan untuk masalah atau isu yang dihadapi.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan masyarakat untuk meningkatkan literasi adalah dengan membaca dan benar-benar memahami konten yang disajikan oleh media massa. Dengan melakukan hal ini, mereka diharapkan dapat secara kritis menganalisis dan memahami pesan atau naratif yang disampaikan oleh media tersebut. Melalui upaya ini, diharapkan masyarakat bisa mengembangkan
kemampuan untuk membedakan antara informasi yang bersifat fakta dan opini.
Dengan demikian, analisis wacana kritis menjadi sebuah alat yang penting dalam membantu masyarakat meningkatkan literasi mereka terhadap media massa.

Sumber :

Julianto, C. D. (2019). Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Memahami Struktur Wacana Melalui Metode Analisis Wacana Kritis Berbasis Literasi Media Sosial. Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 6(1), 43-51.

Masitoh, M. (2020). Pendekatan dalam Analisis Wacana Kritis. Edukasi Lingua Sastra,
18(1), 66-76.

Khudlori, A., & Gondohanindijo, J. (2020). Analisis wacana kritis budaya literasi melalui aplikasi webtoon berbasis media pembelajaran interaktif sebagai upaya peningkatan karakter siswa sekolah menengah. Jurnal CULTURE (Culture, Language, and Literature Review), 7(1), 137-150.