Upacara Adat Yaqqowiyu Masyarakat Klaten

WhatsApp Image 2022-12-08 at 23.09.13

Indonesia merupakan negara akan budaya salah satunya Perayaan Yaqowiyyu di desa Jatinom sudah menjadi ritual yang dilaksanakan setiap hari Jum’at minggu kedua di bulan Safar penanggalan Jawa. Ritual ini masih dilaksanakan sampai saat ini, ritual ini sebagai salah satu cara penghormatan terhdapap Ki Ageng Gribig berupa menyebar kue Apem ke halayak ramai. Bentuk pluralitas budaya dan agama, bisa dimanifestasikan pada ritual atau upacara Yaqowiyyu di Desa Jatinom, Klaten Jawa Tengah. Masyarakat

Jatinom merupakan pemeluk Islam yang taat. Keberagaman yang terjadi tidak lepas dari keberadaan Ki Ageng Gribig yang dinggap sebagai Kyai yang menyebarkan agama Islam di Jatinom sekaligus yang dipercaya masyarakat jatinom sebagai pencipta upacara Yaqowiyu ini.

Kalian tau ga si Apa itu perayaan Yaqowiyu?

Upacara Yaqowiyu atau sebar Apem ini selalu dilakukan di bulan Sapar di minggu kedua hari Jum’at. Upacara ini selalu disambut gembira oleh penduduk setempat dan juga pengunjung yang berasal dari luar Jatinom. Ekspektasi atau harapan mereka untuk “kejatuhan” atau mendapatkan Apem yang berarti berkah bagi mereka adalah tujuan utama atau tujuan primer. Berkah yang mereka inginkan bermacam-macam, ada yang menginginkan berkah kesehatan, dengan memakan apem bagi yang sedang sakit dan mereka mempunyai sugesti kemungkinan akan sembuh dan diberi kesehatan oleh Allah. Jika apem diletakkan di lading, berkah yang akan didapat adalah suburnya tanah sehinggga meningkatkan hasil pertanian,dan bagi yang berdagang apem dijadikan sebagai jimat untuk menambah keuntungan.

Selain membawa keberkahan upacara ini juga dipercaya meningkatkan solidaritas anatra kelompok. Alasan mengapa masyarakat tetap melaksanakan upacara yaqowiyu ini, karena upacara ini mendatangkan keberkahan bagi mereka yang menghadiri dan khususnya bagi mereka yang mendapatkan apem, yaitu keberkahan untuk kesehatan, rezeki, jodoh dan lainnya. Selain itu, mereka menikmati upacaranya, menyukai acara berkumpul dan menikmati ritual itu sendiri.

Secara historis, upacara sebar apem Yaqowiyu ini dilakukan oleh Ki Ageng Gribig yang baru pulang dari Mekkah menunaikan ibadah Haji. Dari Mekkah Ki Ageng Gribig hanya membawa tiga apem yang masih hangat. Dia ingin memberikan apem-apem tersebut kepada seluruh warga, namun itu pasti tidak cukup maka Ki Ageng Gribig menyuruh istrinya (Nyai Ageng Gribig) untuk memasak kue apem, setelah apem dirasa cukup maka Ki Ageng Gribig meminta warga untuk berkumpul di Masjid dan setelah menunaikan Shalat Dhuhur, apem tersebut dilemparkan pada semua warga sambil melafadkan ayat al-Qur’an “Yaqowwiyu” yang artinya ya Allah berilah kami kekuatan. Maka mulai saat ini dan sampai sekarang upacara tersebut dinamakan upacara Yaqowiyu.

Menurut sesepun Jatinom, awal mulanya apem tidak berbentuk seperti gunungan, gunungan apem itu mulai diadakan sejak tahun 1874, hal ini bersamaan dengan pindahnya lokasi sebaran apem dari halaman masjid Gede desa setempat, yaitu lapangan yang terletak di samping selatan masjid. Penyusunan gunungan mengandung makna yang religius dan islami. Apem disusun menurun seperti sate 4-2-4-4-3, maksudnya adalah jumlah aokaat dalam shalat Isyak, Subuh, Dhuhur, Asar dan Maghrib. Namun diantar susunan tersebut terdapat hasil-hasil pertanian setempat, seperti kacang panjang, tomat, dan wortel. Di puncak gunungan terdapat mustaka (seperti mustaka masjid) yang didalamnya berisi ratusan apem.

Model gunungan dari Upacara Yaqowiyu ini ada dua yaitu gunungan apem langang dan gunungan apem wadon. Disini gunungan wadon lebih pendek serta lebih bulat, sedangkan gunungan apem lanang lebih ringgi dan dibawanya ada kepala macan putih dan ular, kedua hewan tersebut adalag kelangnan Ki Ageng Gribig.

Dalam Yaqowiyyu, dua unsur berpadu yaitu ‘Religius’ yang meliputi tindakan-tindakan dan keyakinan yang ditujukan kepada makhluk adikodrati atau sesuatu gagasan yang terakhir berkenaan dengan nasib (mengalap), maka ‘upacara’ berarti setiap organisasi kompleks apapun dari kegiatan manusia yang tidak hanya sekedar tekhnis atau rekreasional, dan berkaitan dengan penggunaan cara-cara tindakan yang ekspresif dari hubungan sosial. Dengan kata lain, dua unsur telah ada yaitu agama atau religi (Islam) dan budaya nenek moyang (upacara). Inilah ciri khas dari masyarakat Indonesia yang masih memegang teguh tiga unsur (agama, budaya nenek moyang dan modernitas

Pada awalnya, upacara Yaqowiyu ini hanya dilakukan oleh penduduk Jatinom dan juga diikuti oleh penduduk Jatinom. Namun, seiring dengan keyakinan banyak orang akan mendapat berkah dengan mengikuti upacara ini maka mulai banyak orang yang berdatangan dari tempat lain yang ingin mengikuti upacara ini.