Upacara Adat Baritan: Tradisi di Kaki Menoreh Yang Masih Dilestarikan

Upacara adat adalah salah satu perwujudan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai rasa terimakasih atas segala sesuatu yang telah diberikan kepada manusia. Upacara adat terdiri dari banyak jenisnya serta macam macam fungsi dan tujuannya.


Upacara Adat Baritan (Sumber Youtube WM Audio Official)

Salah satunya adalah Upacara Adat Baritan yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Kalurahan Pagerharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Baritan ini berasal dari kata bar dan ritan, bar berarti lebar atau sesudah sedangkan ritan yaitu panen. Jadi upacara adat Ini adalah upacara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diberikan dan juga berdoa supaya hasil peternakan terutama Kambing tidak mudah terserang penyakit serta terhindar dari pencurian. Didalam upacara adat tentunya ada proses yang harus dilakukan dan, ubarampe atau macam macam hal yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat. Begitu juga dengan Upacara adat Baritan ada beberapa macam macam hal yang harus ada seperti Ketupat, Hewan ternak berkaki empat khususnya Kambing, sesaji, ingkung (ayam yang dimasak utuh), bunga tujuh rupa, kemenyan, jajanan pasar, hasil bumi, penari kuda lumping, dan bergodo.

Untuk prosesnya semua warga di suatu dusun berkumpul di ujung dusun dengan membawa ternak Kambing bagi yang memiliki, bersama dengan bergodo, penari kuda lumping, dan ubarampe (hal yang harus ada dalam upacara adat) yang telah disiapkan, lalu diarak menuju lapangan dekat sawah. Sesampainya di lapangan dekat sawah para peserta upacara adat berbaris mengelilingi lapangan yang ada didekat sawah. Setelah itu dilanjutkan dengan nyanyian Jawa (tembang macapat) yang memiliki makna bersyukur kepada Tuhan. Setelah itu pembacaan doa oleh Ketua Adat atas rasa syukur terhadap hasil panen yang diberikan dan meminta untuk diberikan hasil yang lebih melimpah pada tahun selanjutnya. Selain itu juga dipanjatkan doa agar diberikan hasil panen yang melimpah, juga dipanjatkan doa untuk hewan ternak supaya sehat dan terhindar dari pencurian. Setelah selesai pembacaan doa lalu hewan ternak yang dibawa tadi dimandikan dengan bunga tujuh rupa dan diiringi tarian kuda lumping. Kuda lumping digunakan karena sebagai simbol bahwa dulunya di wilayah Pagerharjo menggunakan pasukan berkuda untuk mengawasi hewan ternak khususnya Kambing. Setelah selesai memandikan Kambing dilanjutkan dengan makan ketupat bersama. Ketupat memiliki makna meminta maaf kepada Tuhan apabila selama bertani menggunakan cara cara yang kurang baik. Sesudah menyantap ketupat dilanjutkan dengan acara perebutan hasil bumi. Perebutan hasil bumi ini sebagai lambang rasa syukur atas hasil bumi yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Setelah selesai proses merebut hasil bumi dilanjutkan kembali dengan pementasan kuda lumping sebagai hiburan.

Nah itu tadi pembahasan tentang Upacara Adat Baritan yang memiliki arti perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Tetap lestarikan adat dan budaya yang ada karena budaya itu jati diri bangsa. Salam budaya, lestari budayaku.