Unsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen 'bulu-bulu emas' karya Ranang Aji SP

Unsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen ‘bulu-bulu emas’ karya Ranang Aji SP

Oleh: Ekra Ninda A’an Mariyana, Hanifah Khoirul Khasanah, Salwa Sekar Arum, Annisa Nur Laila, Monicha Rachmatul Zalza|PBSI-UNTIDAR

Karya sastra sering digunakan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran oleh seorang pengarang. Dibuat dengan menggunakan bahasa yang indah agar bisa menarik semua orang untuk membacanya. Melalui karya sastra seseorang bisa melihat pandangan masyarakat terhadap sesuatu dan juga bisa memberikan gambaran dalam kehidupan sehari-hari. Melalui imajinatifnya, berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang menarik menjadikan sebuah ide untuk seseorang bisa dijadikan sebagai sebuah karya sastra.

Kata sastra diambil dari bahasa sanskerta yang artinya tulisan atau karagan. Jadi, karya sastra dapat dikatakan sebagai tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai keikan dan keindahan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Menurut Ratna (2015: 35) mengatakan bahwa teori kontemporer karya sastra didefinisikan sebagai aktivitas kreatif yang didominasi oleh aspek keindahan dengan memasukkan berbagai masalah kehidupan manusia, baik konkret maupun abastrak, baik jasmaniah maupun rohaniah. Karya satra juga merupakan bagian dari masyarakat, karena alur yang dibuat tidak jauh dari kehidupan masyarakat sekitar. Karya sastra lahir karena adanya ide-ide atau imajinasi yang dihasilkan oleh pemikiran kreatif manusia.

Karya sastra ini memiliki berbagai jenis, yaitu karya satra fiksi dan non fiksi. Contoh karya sastra fiksi adalah prosa, puisi, drama, dan novel. Sedangkan karya non fiksi, contohnya adalah autobiografi, biografi, esai, dan juga kritik sastra. Dalam artikel populer ini penulis mengambil jenis karya berupa cerpen yang berjudul “ Bulu-bulu Emas”. Cerpen merupakan salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata. Kata cerpen berasal dari bahasa inggris yang disebut dengan Short story yang merupakan prosa fiksi berbentuk naratif yang lebih pendek daripada novel dan biasanya menceritakan sedikit tokoh. Sebuah cerpen biasanya mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh dengan pertikaian, peristiwa yang mengharukan dan menyenangkan serta mengandung pesan dan kesan yang tidak mudah dilupakan.

Dalam penelitian ini mengambil cerpen dengan judul “Bulu-bulu Emas” karangan Ranang Aji S.P. Cerpen ini dipilih karena memiliki kesan yang menarik dari segi ceritanya. Dimana dalam cerpen ini penulis menuangkan cerita mengenai sesuatu yang kaitannya masih kental dengan kepercayaan mistis. Kepercayaan mistis disni digambarkan melalui cerpen “ Bulu-bulu Emas”. Cerpen ini mengisahkan tentang tokoh Basiyo yang mengikuti ritual agar dirinya menjadi orang kaya yaitu dengan bertapa di sebuah gunung sesuai ajaran dukun yang tinggal di kaki bukit. Hal ini masih sama dengan realita kehidupan saat ini yang masih banyak masyarakatnya melakukan hal tersebut agar bisa menjadi kaya dalam sekejap.

Adapun unsur instrinsik dalam cerpen ini adalah sebagai berikut :

1. Tema Cerita
Tema dalam cerpen ini yaitu kehidupan masyarakat yang masih percaya terhadap hal-hal mistis.

2. Plot
Plot atau alur yang digunakan dalam cerpen ini berupa alur maju, karena cerpen ini menceritakan secara runtut dari awal sampai akhir. Mulai dari tokoh Basiyo yang mengikuti ritual agar dirinya menjadi kaya, kemudian setelah berhasil pada hari ke tujuh, karena tidak memakan apapun akhirnya di jalan ketika sedang menyeberangi sungai, ia terjatuh dan ditemukan oleh Sani. Sani kemudian membawanya pulang kerumahnya, setelah beberpa hari, Basiyo tampak begitu segar dan tubuhnya mengalami perubahan dan muncul bulu-bulu emas. Hal ini membuat Sani dan istrinya sangat senang dengan hal tersebut, mereka pun akhirnya menjualnya. Mereka semkain kaya, namun keanehan mulai terjadi, setiap kali kekayaan Sani dan istrinya meningkat, mulai muncul seekor kera-kera yang datang dari hutan ke desa tempat Sani dan Istrinya tinggal.

3. Penokohan
Penokohan dalam cerpen ini terdapat beberapa tokoh, diantaranya sebagai berikut:

  • Basiyo : Pada cerpen ini tokoh Basiyo digambarkan sebagai tokoh yang memiliki sifat gila harta, ia ingin menjadi kaya dengan cepet, yang kemudian mengikuti ritual- ritual untuk bisa menjadi orang kaya.
  • Sani : Sani juga sama, digambarkan sama seperti tokoh Basiyo, ia memiliki sifat yang gila harta, namun dia juga suka menolong.
  • Istri sani : Istri sani juga sama, ia seorang yang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup susah, ia juga tidak suka menolong sesama. Hal ini dibuktikan ketika Sani membawa pulang Basiyo, ia marah dan merasa terbebani, tetapi ketika tahu Basiyo bisa menghasilkan bulu-bulu emas, ia langsung menerima dan merawat dengan senang hati.

4. Latar

Latar tempat:
Tempat yang pertama ada di Kaki Bukit, tempat dimana dia melakukan ritual pesugihan.
Sungai, yaitu tempat dimana Sani menemukan Basiyo yang sudah terhanyut.
Rumah Sani, tempat dimana Sani membawa Basiyo kerumahnya
Desa, tempat dimana Basiyo dan Sani tinggal.

Latar Waktu
Malam hari, waktu dimana Basiyo selesai melakukan ritual
Pagi hari, waktu dimana Basiyo ditemukan oleh Sani

Latar Suasana
Ketakutan, pada saat Basiyo berada dihutan dan melihat bayangan seperti kera raksasa.
Senang, pada saat Sani dan Istrinya mengetahui ada bulu-bulu emas dari tubuh Basiyo dan berniat untuk menjualnya.
Panik, pada saat penduduk dikagetkan dengan munculnya kera-kera dari hutan yang semakin hari semakin banyak.

5. Sudut Pandang

Pada cerpen yang berjudul “Bulu-bulu Emas” ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pada sudut pandang orang ketiga serba tahu, penulis menceritakan apa saja yang berhubungan dengan tokoh utama. Dia seakan tahu benar mengenai watak, pikiran, perasaan, kejadian, serta latar belakang yang mendalangi suatu kejadian. Dia seperti seorang yang maha tahu mengenai tokoh yang sedang dia ceritakan. Pada cerpen yang berjudul “Bulu-bulu Emas” ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, hal tersebut bisa dilihat dari kutipan cerpen berikut ini:

Kutipan 1
“Pada malam ketujuh, setalah Basiyo perpuasa mutih menuruti ajaran seorang dukun yang tinggal di kaki bukit, tubuhnya semakin terasa ringan, hingga dia membutuhkan pegangan ketika hendap berdiri. Dengan langkah gontai, kakinya yang gematar menyeberangi sungai yang memisahkan gubuk tempatnya menyepi sejauh ini."

Kutipan 2
“Dia berusaha tetap sadar untuk bisa tetap sampai ke tujuannya yang tampang seperti bayangan kera raksasa.”

Kutipan 3
“Basiyo berusaha menyeberagi sungai kembali, namun tubuhnya yang lemas membuatnya rabuh, dan air sungai menyeret tubuhnya sejauh mungkin hingga Sani, seorang yang tengah membuang hajat pada pagi hari terperanjat menemukan tubuhnya mengembang di antara tubuh dipenuhi oleh sampah sungai.”

Kutipan 4
“Tapi ia tidak melihat ada sesuatu yang ganjil.”

Berdasarkan analisis cerpen diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam cerpen unsur intrinsik sebagai unsur pembangun cerpen memiliki peranan penting. Dalam hal ini mereka memegang peranan yang akan menjalankan setiap cerita dalam cerpen dan merupakan satu kesatuan yang utuh , selain itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya baik dari tokoh, sudut pandang dan unsur intrinsik lainnya yang berperan dalam jalannya cerita.