Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen “Bunga-Bunga yang Bercerita di Atas Pusara” Karya Faruqi Umar
Oleh: Sapta, Irma, Asa, Septi, & Rahmi - PBSI UNTIDAR
Karya sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang bersifat dinamis. Sebagai
karya seni, karya sastra bukanlah suatu artefak (benda mati) yang statis, yang terus-menerus berlangsung dalam ruang dan waktu tanpa perubahan, melainkan
merupakan suatu sistem konvensi yang penuh dinamika. Sebagai karya seni, karya sastra memerlukan bahasa sebagai medium untuk mengungkapkannya. Karya sastra merupakan tanggapan seorang sastrawan terhadap dunia sekitarnya.
Cerpen merupakan prosa fiksi yang menceritakan tentang suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Cerpen lebih sederhana daripada novel dan termasuk dalam sastra populer. Karya sastra ini terdiri dari satu inti kejadian yang dikemas dengan cerita yang padat. Cerpen atau cerita pendek sebagai suatu karya seni berfungsi sebagai notulen kehidupan. Pengarang dengan daya imajinasi yang dimilikinya tidak akan bisa tertidur dengan nyaman sebelum semua peristiwa itu ditulis, yang akhirnya dapat dibaca, dipahami, dan direntangkan oleh siapa saja. Dengan demikian apabila seorang membaca cerpen diharapkan dapat mengetahui seluk beluk peristiwa kehidupan, tanpa merasa digurui. Diantara peristiwa kehidupan itu adalah kebahagiaan, keindahan alam, kemajuan teknologi, kesenjangan sosial, kegelisahan batin pada orang-orang yang tertindas, harapan, kekecewaan, keadilan, kekejaman, kemiskinan yang teramat parah atau kekayaan yang berlimpah ruah, kehancuran di masa lalu atau harapan yang menggebu-gebu untuk masa depan, dan lain-lain. Sebagai dokumentasi, cerpen bagaikan cermin yang memperlihatkan peristiwa tersebut.
Cerpen Bunga-Bunga yang Bercerita di atas Pusara menceritakan tentang kisah seorang wanita yang ditinggalkan suaminya secara tidak wajar yaitu dengan cara dibunuh setelah ketahuan tidur dengan wanita yang sudah bersuami. Kematian suami tersebut menyebabkan penyesalan wanita karena ia telah menyia-nyiakan waktu semasa suaminya masih hidup. Kisahnya berawal dari dua tahun lalu mereka menikah. Kemudian seorang wanita tersebut berniat menunda untuk memiliki anak dan suaminya pun tidak keberatan, usulan tersebut diakibatkan karena karir seorang wanita sedang menanjak dan menduduki jabatan manajer di sebuah perusahaan. Sejak saat itu, hari-hari wanita tersebut hanya dipenuhi dengan pekerjaan hingga lupa akan kewajiban menjadi seorang istri. Dengan kesibukan istri, suami sama sekali tidak mempermasalahkan kesibukannya, namun seiring berjalannya waktu wanita tersebut menyadari bahwa suaminya mulai sering pulang larut malam. Hal tersebut terjadi hingga tiba di hari kematian sang suami. Suami di temukan meringkuk di selokan dalam keadaan meninggal dengan dua bekas kecupan di lehernya. Penyebab kematiannya dapat terungkap setelah seorang perempun datang ke rumah dan keterangan dari polisi bahwa kematian tersebut akibat dibunuh setelah ketahuan tidur dengan perempuan yang sudah bersuami.
Pada hasil analisis karya dari Faruqi Umar dengan cerpen yang berjudul “Bunga-bunga di atas Pusara” terdapat struktur intrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat dari cerpen tersebut, unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam cerpen itu sendiri. Intrinsik juga ada di dalam karya sastra yang memiliki ciri konkret.
Tema adalah sebuah gagasan yang mendasari sebuah cerita, yang umunya dimunculkan berulang kali serta bersifat abstrak. Cerpen yang berjudul Bunga-Bunga yang Bercerita di atas Pusara mengangkat tema kesedihan. Cerpen tersebut menceritakan tentang ketidakwajaran kematian seseorang, yakni seorang pria meninggal dengan ditemukan di selokan dalam keadaan meringkuk.
Kutipan I: “Tentu, bukan hanya kematian yang mengguncang jiwanya. Tapi dua tanda merah di leher suaminya yang ditemukan meringkuk tak bernyawa di selokan.”
Kutipan II: “Mungkin, ia akan lebih gampang merelakan, jika suaminya meninggal
dalam keadaan yang wajar.”
Kutipan III: “Dan ia baru tahu beberapa hari kemudian, setelah seorang perempuan
datang ke rumahnya, ditambah keterangan dari polisi, kalau suaminya mati dibunuh setelah ketahuan tidur dengan perempuan bersuami.”
Sudut pandang merupakan cara seorang penulis menempatkan dirinya pada suatu
cerita. Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Salah satu cara penceritaan di mana penulis atau pencerita berada di luar cerita dan menyebutkan tokoh dengan kata ia.
Kutipan I: “Ketika suaminya mati, perempuan itu hampir menjadi gila. Tentu, bukan hanya kematian yang mengguncang jiwanya. Tapi dua tanda merah di leher suaminya yang ditemukan meringkuk tak bernyawa di sebuah selokan”.
Kutipan II: “Dan sejak saat itu ia mulai mengutuk segalanya. Mengutuk waktu dan jam kerjanya. Ia merasa benci dan dendam, tetapi tidak tahu pada siapa”.
Alur atau plot merupakan suatu rangkaian peristiwa atau kejadian dalam cerita yang menggambarkan terjadinya suatu sebeb dan akibat. Alur atau plot ini terbagi menjadi dua yaitu alur maju dan alur mundur. Cerpen Bunga-Bunga yang Bercerita di atas Pusara menggunakan alur mundur. Menceritakan kisah masa lalu seorang wanita yang menyesal menyianyiakan waktu bersama suaminya yang kini sudah meninggal.
Kutipan I: “Ya, dua tahun silam, di tanggal dan bulan yang sama seperti hari ini, suaminya mati”.
Kutipan II: “Kita tuda dulu, ya mas. Katanya, mengenang. Waktu itu, usia pernikahannya baru memasuki bulan kedua. Dan karirnya sedang menanjak. Perempuan itu di promosikan sebagai manajer di perusahaan cabang. Agar semuanya berjalan lancar, ia berencana menunda kehamilan”.
Latar dari suatu cerita di bedakan menjadi tiga, yakni latar waktu, latar tempat dan latar suasana. Latar akan memberikan konkret pada suatu cerita. Cerpen tersebut berlatar tempat balkon lantai dua dan berlatar suasana sedih
Kutipan I: “Kini, di balkon lantai dua rumah itu, ia duduk sambil mengenang segalanya kembali. Matanya berkaca-kaca. Tubuhnya yang terlihat ringkih itu mendekap sebingkai foto pernikahan, dan sebuah arloji”.
Kutipan II: air matanya perlahan menetes. Kilasan peristiwa di masa lalu begitu dalam menggilas batinnya. Sampai ia terlihat tua dan menyedihkan. Pipinya cekung, kulit pucat, dan rambutnya kusam tergerai. Dibalkon lantai dua rumah itu ia sering merasa bahwa kesedihan itu harus segera ia akhiri.
Tokoh adalah pelaku yang terlibat dalam suatu cerita sedangkan watak atau penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh dalam cerita. Tokoh dari cerita dalam cerpen tersebut adalah perempuan (istri yang di tinggal): pekerja keras,
suami (yang dibunuh): penyabar, dan perempuan (yang di duga pernah tidur bersama pria yang beristri): tanggung jawab.
Kutipan I: “perempuan itu dipromosikan sebagai manajer di perusahaan cabang. Agar semuanya berjalan lancar, ia berencana menunda kehamilan”
Kutipan II: "suaminya selalu ada untuknya, dan tak pernah mengeluh akan aktivitas istrinya yang semakin padat. Bahkan saat pagi, ketika perempuan itu bangun dan merasa kesiangan, suaminya sudah ada di dapur, menyiapkan sarapan pagi untuknya".
Kutipan III: "air matanya deras mengucur. Kemudian perempuan itu mengucapkan kata maaf sekali lagi, sembari berlalu dari hadapanya".
Amanat merupakan pesan moral atau pelajaran yang dapat dipetik dalam cerita tersebut.Amanat dalam cerpen ini adalah jangan terlalu berlebihan dalam urusan pekerjaan dan jangan sampai meninggalkan kewajiban sebagai seorang istri dalam berumah tangga.
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang ada berada diluar karya sastra, tetapi secara tidak langsung bisa mempengaruhi sebuah karya sastra. Unsur ini berasal dari luar cerita. Meski demikian unsur ekstrinsik bisa mempengaruhi isi dan jalan cerita.
Latar belakang masyarakat adalah sesuatu yang termasuk ke dalam unsur ekstrinsik cerpen, latar belakang ini yang akan mempengaruhi karya sastra tersebut. dalam cerpen yang ditulis Faruqi Umar yang berjudul Bunga-Bunga yang Bercerita dia Atas Pusara, Dalam cerita cerpen ini latar belakang masyarakat yang masih banyak menemui isu serta problem tentang masalah-masalah keluarga seperti contohnya perselingkuhan dalam hubungan suami istri
Contoh kutipan:
“Dan ia baru tahu beberapa hari kemudian, setelah seorang perempuan datang ke rumahnya, ditambah keterangan seorang polisi, kalau suaminya mati dibunuh setelah ketahuan tidur dengan perempuan bersuami”.
Terdapat tiga nilai yang terkandung dalam cerpen “Bunga – Bunga yang Bercerita di
atas Pusara” ialah nilai budaya. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang berbentuk nilai yang telah tertanam dan disepakati oleh masyarakat berupa kebiasaan sebagai bentuk perilaku dan tanggapan terhadap sesuatu keadaan sesudah atau sebelum terjadi. Nilai budaya dalam cerpen Bunga-Bunga yang Bercerita di atas Pusara adalah budaya kapital. Nilai sosial adalah nilai yang dimiliki oleh masyarakat sebagai ciri, identitas setiap masyarakat. Dalam cerpen ini terdapat nilai sosial yakni seorang perempuan yang mengunjungi suatu pusara, lalu menaburi bunga sambil bercerita bahwa lelaki yang dikubur banyak membantunya. Nilai moral adalah
prinsip yang digunakan untuk menentukan apa yang dianggap benar atau salah dalam keputusan yang diambil oleh seseorang. Cerpen ini mengandung nilai moral yaitu kesetiaan seorang istri kepada suami yang telah mengkhianatinya dengan perempuan yang sudah bersuami.