Tradisi Sedekah Kampung Di Desa Kacung Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat

image
Desa kacung merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mayoritas penduduk Desa Kacung beragama islam dan dilihat dari mata pencaharian sebagian besar bekerja sebagai petani, ada beberapa buruh harian lepas, honorer, hingga karyawan swasta.
Desa kacung mengadakan sedekah kampung setiap 1 tahun sekali. Namun, seiring perkembangan zaman pelaksanaan sedekah kampung terjadi pengurangan hari. Pada zaman dahulu sedekah kampung dilakukan selama 3 hari, sejak perkembangan zaman menjadi modern terjadilah perubahan hari yang kini hanya dilakukan dalam satu hari sekaligus.
Yang dimana 3 hari tersebut ialah :

  • Hari pertama dukun ceriak (naber kampung) masyarakat suku ketapik sehabis magrib mereka pergi kerumah dukun dengan membawa pinang dan bonglai (sejenis kunyit). Kemudian pada pagi hari, pinang dan bonglai diambil dan diberi air oleh dukun. Hal ini bertujuan supaya saat sedekah kampung berlangsung, mereka berharap bisa terhindar dari gangguan makhluk halus.
  • Hari kedua sunatan massal (khitanan) yaitu anak-anak yang sudah disunat akan di arak-arakkan mengelilingi desa. Pada zaman dahulu, anak- anak yang ingin khitanan dilakukan oleh para dukun pada waktu pagi hari setelah subuh. Lalu, anak-anak yang akan disunat harus berendam di sungai, setelah itu anak-anak diberi perintah untuk duduk diatas buah kelapa. Kemudian, dukun melakukan aksi sunat (khitan). Seiring zaman yang mulai modern dan sudah banyak fasilitas rumah sakit yang didirikan maka proses adat sunatan massal secara tradisional ini telah ditiadakan atau hilang karena kebanyakan anak yang disunat sudah dilakukan oleh dokter.
  • Pada hari ketiga masyarakat Desa Kacung melaksanakan khataman massal, anak-anak yang sudah melakukan khataman di masjid maka akan diarak-arak mengelilingi desa.

Makna yang terkandung pada bunga khataman dan rangkaiannya sebagai berikut :

  1. Bunga, dengan beragam warna memiliki makna dunia ini indah.
  2. Ketan (beras pulut), disusun secara bertingkat sebanyak 3 tingkatan yang akan dibagikan kepada orang-orang secara khusus, tingkat pertama akan diberikan kepada guru ngaji, tingkat kedua diberikan kepada keluarga yang berada di rumah, dan tingkatan yang paling bawah atau yang paling besar untuk makan bersama-sama di masjid.
  3. Beras putih (beras ajiang), yang diletakkan didalam sebuah mangkuk dan diberikan lilin diatasnya, memiliki sebuah makna berupa beras berarti bekal sedangkan lilin artinya habis gelap terbitlah terang. Ibaratkan dari yang belum tahu mengaji, apabila ia mempelajari al qur’an dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan ilmu maka mengaji adalah sebuah penerang bagi dirinya.
  4. Telur, yang ada di dekat bunga jumlahnya sebanyak 44 butir berarti al-qur’an tersebut dipercayai dijaga oleh para malaikat sebanyak 44 malaikat. Makanya jika kita ingin memegang al-qur’an kita harus mengambil wudhu lebih dulu dan disaat memegang al-qur’an tersebut kita dalam keadaan suci dari hadats kecil maupun hadats besar karena al-qur’an merupakan kitab suci atau raja ilmu yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara Malaikat Jibril.

Berbeda dengan sekarang sedekah kampung hanya dilakukan dalam 1 hari sekaligus dengan berbagai kegiatan yang ada. Kegiatan itu diantaranya:

  1. Penyambutan tamu undangan dengan tari melayu
  2. Pembukaan, kata sambutan dari kepala desa, dan pejabat daerah
  3. Suguhan pencak silat
  4. Tari kreasi
  5. Pemberian gelar pada pimpinan daerah/Pejabat daerah
  6. Penutup
  7. Memulai arak2 menggunakan kereta dorong di sertai rangkaian bunga yg dipikul anggota keluarga
  8. Melempar rombongan arakan dengan beras kunyit
  9. Mengaji/hatam Al quran.

Selain itu, untuk memeriahkan sedekah kampung ini diadakanlah salah satu hiburan yaitu arak-arak. Arak-arak tersebut dilakukan oleh anak yang sunatan dan khataman massal, 1 anak memiliki 1 singasana yang dihiasi dengan kreativitas mereka sendiri. Mereka dibawa atau digotong menggunakan singasana pribadi dimulai dari balai adat, kemudian mengelilingi desa dan menuju masjid sambil mengantar para peserta untuk khatam al quran.
Sedekah kampung merupakan salah satu adat istiadat di Desa Kacung turun temurun yang telah dilaksanakan pada tahun 1970-an. Khataman massal bertujuan untuk mengundang atau menimbulkan daya tarik bagi anak-anak sampai orangtua, diharapkan dengan adanya arak-arakkan setelah khatam al-qur’an masyarakat berlomba-lomba untuk belajar mengaji supaya setiap tahunnya peserta khatam bertambah.