Tradisi Ruwahan di Desa Tempilang Bangka Belitung

tradisi-perang-ketupat-di-bangka-belitung-jadi-inti-acara-menyambut-tahun-baru-islam-xa3u3kbXlO
sumber : okezone.com

Pada zaman modern atau teknologi yang canggih seperti saat ini tentu kita tidak boleh melupakan yang namanya tradisi… Tradisi merupakan kebiasaan atau kegiatan manusia yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, tetapi masih dilakukan oleh masyarakat modern seperti saat ini. Tradisi juga tidak terlepas kaitannya dengan kegiatan manusia dalam melaksanakan sebagai wujud kebaktian terhadap tuhan ataupun dengan benda-benda mistis seperti, roh nenek moyang ataupun makhluk tak kasat mata yang bertujuan untuk berkomunikasi atau berharap meminta pelindungan dari segala yang membahayakan.

Indonesia memiliki banyak sekali daerah dengan ragam tradisi yang unik apabila menyambut bulan suci Ramadhan. Seperti halnya dengan tradisi ruwahan yang dilakukan di Desa Tempilang Kabupaten Bangka Barat Kepulauan Bangka Belitung. Tradisi ini lebih tepatnya diselenggarakan pada bulan Sya’ban dalam kalender Hijriyah atau biasanya dimulai pada tanggal 15 Sya’ban. Dalam perayaan ini ada tradisi yang selalu menarik perhatian masyarakat luar yaitu tradisi perang ketupat dan perayaan besar seperti layaknya hari lebaran.

Tradisi perang ketupat merupakan perayaan rutin yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tempilang yang dipercaya untuk membuang kesialan baik di darat maupun di laut dengan ketupat sebagai senjatanya. Tradisi ini diselenggarakan karena mayoritas masyarakat tersebut bermata pencaharian sebagai petani dan juga nelayan yang selalu ada kaitannya dengan fenomena-fenomena baik di darat maupun di laut.

Pelaksanaan perang ketupat berpusat di Pantai Pasir Kuning Desa Tempilang. Penyelenggaraan kegiatan acara ini diawali dengan konsep Nganyot Perae yaitu pembacaan doa oleh dukun darat dan laut dengan sesaji dan perahu kecil untuk mengangkutnya. Hal ini betujuan untuk memulangkan makhluk-makhluk astral atau tak kasat mata yang berdatangan ke Desa Tempilang dengan maksud tujuan jahat dan agar makhluk tersebut tidak akan menggangu masyarakat desa tersebut.

Kemudian dilanjuti dengan istilah ngancak yaitu proses pemberian makan kepada makhluk astral yang bertempat tinggal di laut dan dilakukan oleh dukun laut dengan tujuan agar makhluk-makhluk tersebut tidak mengganggu aktivitas manusia yang berhubungan dengan laut. Selain kegiatan ngancak adapula istilah kegiatan penimbongan yaitu proses pemberian makan kepada makhluk astral yang bertempat tinggal atau menguasai daratan dan dilakukan oleh dukun darat dengan tujuan agar makhluk-makhluk tersebut tidak mengganggu aktivitas masyarakat di daratan baik berkaitan dengan hasil panen maupun aktivitas lainnya.

Kegiatan selanjutnya yaitu penampilan berbagai tarian tradisional dan dilanjuti dengan kegiatan inti yaitu perang ketupat. Prosesi perang ketupat dilakukan dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama dari pihak pengunjung dan kelompok kedua dari pihak dukun. Setiap kelompok terdiri atas 10-15 orang, masing-masing anggota kelompok saling berhadap-hadapan dan mengambil posisi untuk memerangi lawannya dengan melemparkan ketupat. Sebelum acaranya dimulai, dukun membacakan matera untuk ketupat agar pada saat pelemparan ketupat peserta tidak merasa kesakitan.

Kegiatan akhir yaitu para peserta saling melemparkan ketupat kepada lawannya dengan sekuat-kuatnya. Kemudian bagian terseru dari acara ini tidak hanya pesertanya saja yang diperbolehkan mengikuti perang akan tetapi pengunjung juga bisa merasakan keseruan melemparkan ketupat tersebut. Setelah acara selesai semuanya kembali sepeti awal dan juga saling berjabat tangan dengan tujuan untuk saling memaafkan.

Kegiatan ruwahan tidak hanya sampai disitu akan tetapi dilanjutkan dengan kegiatan bertamu selayaknya hari lebaran. Pengunjung atau orang luar bisa bertamu ke rumah siapa saja dengan tujuan silaturahmi. Dan pihak rumahpun akan melayani para tamu tersebut dengan ramah tamah. Oleh sebab itu, setiap tahunnya pengunjung akan memadati desa tersebut untuk merasakan keseruan tradisi ruwahan yang terus dilestarikan oleh masyarakat setempat hingga saat ini.