Tradisi nyadran di kota sragen

Masyarakat di Kabupaten Sragen sebagian besar masih melaksanakan tradisi Nyadran karena salah satu kebudayaan yang masih dilestarikan sebagai simbol syukur atas hasil panen yang telah didapatkannya. Masyarakat percaya bahwa pelaksanaan tradisi tersbut dapat menghantarkan doa-doa mereka agardi terima oleh Allah.

Nyadran merupakan tradisi ziarah kuburan para leluhur yang dilakukan pada bulan ruwah (sya’ban) yang berupa aktivitas kerja bakti membersihkan kuburan para leluhur kemudian dilanjud dengan mendoakan arwah. Untuk setiap tempat memang bervariasi, namun umumnya adalah pembacaan Surat Yasin dilanjutkan tahlil.

Kata Nyadran berasal dari kata sradha yang artinya upacara “merawat arwah”. Setelah kehadiran islam tradisi Nyadran terasimilasi dengan Nyradha atau Nyadran yaitu upacara mengirim doa kepada arwah orang yang telah meninggal dunia. Setiap tahun tradisi Nyadran dilaksanakan pada malam menjelang ramadhan atau pada bylan Sya’ban. Masuknya Islam membuat ritual Sradha menjadi tradisi Nyadran yang rutin diselenggarakan pada bulan Ruwah. Yang dimaksud Ruwah merujuk pada kata Arwah, di mana bulan Syakban dianjurkan untuk memuliakan orangtua, termasuk yang sudah meninggal.

Tujuan dari Tradisi Nyadran merupakan wujud rasa syukur dari masyarakat kepada leluhur sebagai cikal bakal terbentuknya tanah kesuburan yang menghasilkan panen melimpah.Selain itu, tujuan dilaksanakannya Nyadran untuk mengirimkan doa kepada arwah leluhur agar mendapatkan jalan yang baik di sisi Allah, dan diampuni dosa-dosanya.

Waktu Pelaksaan Tradisi Nyadran tersebut di laksanakan setelah menanam bibit padi dan panen padi. Setelah menanam bibit padi biasanya dilaksanakan di punden dan kuburan dan setelah panen padi biasanya dilaksanakan di punden, kuburan, dan di bawah pohon serut.

Sebelum melakukan tradisi Nyadran, masyarakat biasanya menyiapkan ambegansatu tampah atau nasi berkat. Ada juga yang membawa snack, atau bahkan nuk (nasi bungkus daun pisang) di bawa menuju ke makam leluhur. Kemudian masyarakat berdoa memohon kepada Allah agar diberikan keberkahan setelah panen dan mendoakan serta memintakan ampunan untuk para leluhur. Masyarakat percaya bahwa penunggu makam itulah yang akan menghantarkan doa-doa mereka menuju Allah. Setelah selesai berdoa nasi berkat, tumpeng, snack, nuk itu kemudian dibagikan.

Tradisi Nyadran ini selain momentum mendoakan orangtua, juga untuk sarana ngumpul. Namunyang lebih utama adalah mengenang dan mengenal sejarah diri sendiri. Setiap orang punya sejarah, Punya kenangan. dan Nyadran adalah momentum pas untuk menziarahi para sesepuh yang telah wafat/meninggal.