Tradisi cembengan

022476300_1493465080-sajen__kepala_kerbau_untuk_manten_tebu

Musim giling tebu sudah dimulai. Ada sebuah ritual unik untuk menyambut musim giling tebu itu. Tradisi tersebut disebut cembengan. Ritual ini mengacu pada arak-arakan tujuh kepala kerbau dan kirab tebu manten. Ritual ini diyakini sebagai simbol memohon keselamatan selama proses giling tebu. Namun, ritual kuno itu sudah sangat jarang ditemui di zaman modern ini.

Satu perusahaan pabrik gula yang masih mempertahankan cembengan adalah Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Prosesi cembengan di pabrik gula yang didirikan sejak tahun 1871 ini digelar dua hari. Hari pertama diisi arak-arakan sesaji. Mulai dari jajan pasar, hasil bumi, nasi tumpeng, nasi merah, dan tujuh kepala kerbau. Beragam sesaji ini diletakkan di dalam tandu kecil dengan dihiasi kertas warna-warni. Arak-arakan dari halaman balai desa Suruh hingga pabrik gula, kira-kira lima kilometer jauhnya. Riuh ramai warga mengiringi arak-arakan ini. Mereka mulai berdatangan sejak terik matahari memanas.

Selain arak-arakan, ada pasar rakyat yang memang selalu digelar di sekitar kompleks pabrik gula. Alhasil saat ritual cembengan, kepadatan masyarakat di pabrik gula sangat terasa. Setelah sampai di pabrik, sesaji ini kemudian diletakkan di bagian bawah mesin produksi. Khusus kepala kerbau diyakini sebagai penolak bala. Agar proses giling tebu terhindarkan dari kejadian yang tak diinginkan.

“Mengapa tujuh kepala kerbau? Tujuh itu menyimbolkan tujuh stasiun di pabrik gula. Mulai dari stasiun gilingan, pabrik tengah, pabrik belakang, stasiun ketel, pemurnian dan seterusnya.”