Tiwul: Makanan Bersejarah Yang Berinovasi Mengikuti Perkembangan Zaman

Tiwul adalah salah satu makanan tradisional khas Indonesia, terutama dari daerah Gunungkidul. Makanan ini memiliki nilai historis, budaya, dan ekonomi yang kuat. Tiwul dahulu menjadi makanan pokok masyarakat pedesaan saat beras sulit didapatkan. Kini, tiwul telah naik kelas menjadi salah satu makanan khas yang populer dengan berbagai inovasi modern.

Tiwul berasal daerah yang tanahnya kurang subur untuk menanam padi. Singkong, sebagai bahan dasar tiwul, menjadi pilihan utama masyarakat karena mudah tumbuh di tanah kering dan berbatu. Pada masa penjajahan, tiwul sering digunakan sebagai pengganti nasi karena harganya yang lebih murah dan lebih mudah didapat. Nama “tiwul” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang mengacu pada proses pembuatan singkong menjadi tepung gaplek (singkong yang telah dikeringkan) dan kemudian diolah menjadi butiran kecil-kecil.


Sumber Foto: Liputan6.com

Proses pembuatan tiwul melalui pengolahan gaplek dilakukan dengan cara singkong dikupas, dijemur hingga kering, lalu ditumbuk hingga menjadi tepung.
Dilanjutkan membentuk butiran, tepung gaplek dicampur dengan sedikit air hingga membentuk butiran kecil seperti pasir kasar. Langkah terakhir yaitu pengukusan, butiran tersebut dikukus hingga matang dan bertekstur empuk.

Tiwul tradisional biasanya disajikan polos atau dengan tambahan parutan kelapa. Untuk variasi rasa, gula merah sering ditambahkan untuk memberikan sentuhan manis.
Selain rasanya yang enak tentu saja tiwul memilik Kandungan Gizi yang bagus. Sebagai makanan berbasis singkong, tiwul kaya akan karbohidrat yang menjadi sumber energi utama. Selain itu, tiwul juga mengandung serat yang baik untuk pencernaan. Dibandingkan nasi putih, tiwul memiliki indeks glikemik yang lebih rendah, sehingga dianggap lebih sehat untuk penderita diabetes. Namun, kandungan proteinnya relatif rendah, sehingga disarankan untuk mengonsumsinya dengan lauk berprotein tinggi seperti tahu, tempe, atau ikan.

Seiring berjalannya waktu, tiwul juga berinovasi diberi rasa, seperti coklat, keju, dan pandan yang kenudian diptomosikan sebagai produk UMKM. Dengan mempertahankan nilai-nilai budaya dan menciptakan inovasi yang menarik, nasi tiwul memiliki potensi untuk menjadi salah satu jajanan pasar favorit di Indonesia. Inovasi tiwul tidak hanya terletak pada rasa, tetapi juga pada penyajian yang lebih menarik. Makanan tiwul yang dulu dikenal sebagai makanan sederhana sebagai nasi saja, kini disuguhkan dalam bentuk variasi yang lebih modern seperti nasi tiwul goreng, nasi tiwul dengan berbagai topping, serta nasi tiwul kemasan yang praktis.

Disisi lain tiwul bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kearifan lokal dan ketangguhan masyarakat pedesaan. Makanan ini mencerminkan semangat bertahan hidup di tengah keterbatasan dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi alam. Kini, tiwul menjadi salah satu bukti kekayaan budaya kuliner Indonesia yang terus dilestarikan.

Dari hal tersebut bisa disimpulkan tiwul adalah bukti bahwa makanan sederhana bisa memiliki nilai yang mendalam, baik dari sisi sejarah, budaya, maupun gizi. Meskipun awalnya lahir dari keterbatasan, tiwul kini menjadi warisan kuliner yang patut dibanggakan. Dengan terus berinovasi dan memperkenalkannya kepada generasi muda, tiwul dapat terus menjadi bagian dari identitas kuliner Indonesia. Jadi, jika Anda berkunjung ke daerah Jawa khususnya Gunungkidul , jangan lupa mencicipi tiwul sebagai salah satu pengalaman kuliner yang khas di daerah tersebut.

3 Likes