Belitung atau lebih dikenal sebagai Negeri Laskar Pelangi ini memiliki banyak sekali kearifan lokal yang unik dan perlu dilestarikan. Salah satu kearifan lokal yang perlu dilesatarikan yaitu kerajinan anyaman Tikar Lais. Tikar Lais merupakan salah satu kerajinan anyaman yang ada di Belitung. Tikar Lais ini terbuat dari daun pandan laut atau yang sering disebut daun Lais oleh warga Belitung. Daun Lais merupakan daun pandan yang memiliki duri dan biasanya memiliki pohon yang lumayan tinggi.
Kegunaan Tikar Lais yaitu biasanya digunakan oleh warga Belitung untuk menjadi alas duduk atau pun alas untuk tidur. Tikar lais sering digunakan saat ada acara yang dilakukan, seperti makan bedulang yang merupakan salah satu adat istiadat dari Belitung. Rata-rata warga Belitung mempunyai Tikar Lais ini, yang biasanya di keluarkan ketika ada tamu untuk duduk lesehan di lantai. Tikar Lais ini praktis dan mudah di gunakan. Walaupun pada saat ini Tikar Lais mulai sulit ditemukan karna bahan yang dibutuhkan berasal dari alam yang harus dicari terlebih dahulu.
Pembuatan Tikar Lais ini bisa dibilang sulit, hal itu karena yang pertama bahan yang dibutuhkan lumayan sulit untuk didapatkan yaitu daun Lais atau Daun Pandan laut yang berduri. Setelah menemukan bahannya yaitu daun Lais, Daun Lais yang sudah diambil kemudian di bersihkan durinya, hal ini perlu hati-hati karena bisa saja tangan kita terluka terkena duri saat membersihkan duri daun Lais tersebut. Setelah dibersihkan durinya, daun Lais kemudian di bakar atau dalam bahasa Belitung yaitu di Uru. Hal ini dilakukan supaya daun Lais tidak terlalu keras, sehingga ketika dibengkokkan daun Lais tidak patah. Selain di bakar daun Lais juga di tumbuk, maksud ditumbuk disini bertujuan untuk membuat daun Lais sama rata. Tahap berikutnya yaitu tahap menyira atau nyira yaitu daun Lais dipotong menggunakan alat yang di sebut jage. Alat tersebut bisa memotong daun Lais menjadi beberapa bagian. Daun-daun Lais yang sudah di potong kemudian dimasukkan ke dalam karung dan direndam di air. Biasanya warga Belitung merendam daun Lais di sungai karna daun Lais harus terendam semua. Proses perendaman ini biasanya dilakukan selama 2 hari 2 malam. Setelah daun lais direndam, kemudian daun Lais di angkat dan di jemur. Setelah daun Lais kering barulah proses penganyaman di mulai. Proses penganyaman ini sangat sulit bila belum paham atau bisa melakukannya. Setelah proses penganyaman maka Tikar Lais sudah bisa digunakan.
Selain Tikar Lais masih banyak karya anyaman yang terbuat dari daun Lais. Biasanya daun Lais di buat kerajinan berupa tas, dompet, karung, kotak pensil dan lain-lain. Kerajinan seperti ini hendaknya terus dilestarikan, karena Tikar Lais ini termasuk ke dalam salah satu kearifan lokal. Semakin banyak penggunakan karpet ataupun tikar yang lebih modern, menjadikan Tikar Lais kurang diminati atau pun digunakan. Padahal Tikar Lais ini merupakan kerajinan yang unik, dan bisa dikreasikan sekreatif mungkin. Tikar lais juga bisa dijadikan sebagai salah satu wirausaha, dengan dimodifikasi tanpa mengurangi nilai kebudayaan dari Tikar Lais sendiri mungkin Tikar Lais bisa kembali diminati oleh banyak orang dan bisa di impor keluar.
Hal ini mestinya menjadi perhatian bagi warga Belitung, kearifan lokal seperti ini hendaknya terus dijaga dan dilestarikan. Meskipun Zaman semakin maju, tetapi kebudayaan serta kearifan lokal yang dimiliki di daerah masing-masing hendaknya terus dijaga supaya tidak hilang. Anyaman Tikar Lais serta kerajinan dari Daun Laisnya bisa dijadikan oleh-oleh yang tidak boleh dilupakan oleh para pelancong yang berkunjung ke Belitung untuk dibawa pulang. Karena Tikar Lais maupun kerajinan anyaman dari Daun Lais lainnya memiliki fungsi sendiri bukan hanya cindera mata semata.
Tikar Lais ini memiliki nilai jual yang tinggi, apalagi jika bahan utamanya yaitu daun pandan laut atau daun Lais ini langkah maka nilai jualnya semakin tinggi. Maka mestinya warga Belitung memikirkan hal tersebut. Terutama para pemuda dan pemudi warga Belitung, Hal ini dilakukan supaya kearifan lokal seperti ini masih terjaga dan tidak hilang dari negeri laskar pelangi ini.