Tidak Hanya Lahan yang Meluas, Makna Juga Bisa!

Ada beberapa hal di dunia ini yang mengalami perubahan baik kita sadari maupun tidak. Salah satu perubahan yang bisa kita sadari secara langsung adalah cinta. Tentu saja, cinta setiap orang akan terus berubah setiap harinya. Bisa saja menjadi bertambah cinta, sedikit cinta, bahkan kemungkinan terburuknya adalah tak lagi mencintai dan menyayangi. Sedangkan contoh perubahan yang jarang disadari oleh semua orang adalah pada bahasa.

Bahasa merupakan alat komunikasi wajib yang selalu digunakan dalam kehidupan setiap harinya. Dalam komunikasinya, tentunya memiliki sebuah unsur yang penting bernama makna. Dengan adanya makna inilah maka komunikasi dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna adalah sebuah arti dan maksud yang diutarakan oleh pembicara atau penulis.

Makna dalam kajiannya tidak hanya terfokus dalam maksud atau arti saja, melainkan kini makna sudah dikaji secara ilmiah oleh para cendekiawan-cendekiawan. Kajian yang mempelajari makna ini bernama semantik. Dengan adanya ilmu semantik ini, maka makna dapat ditelaah lebih jauh oleh masyarakat dan memiliki teori-teori baru yang dikembangkan para cendekiawan setiap harinya.

Dalam ilmu semantik, makna mengalami sebuah fenomena yang disebut generalisasi. Generalisasi merupakan sebuah fenomena dimana terjadinya perluasan makna. Perluasan makna terjadi ketika sebuah satuan ujaran atau kata bersifat khusus kini menjadi umum. Dengan kata lain, adanya perubahan dimana kata tersebut mengalami perluasan secara maknanya. Berikut beberapa contoh kata yang mengalami perluasan makna:

  1. Bapak/Ibu. Dulunya kata bapak dan ibu dipakai untuk orangtua kandung, namun sampai saat ini bapak dan ibu digunakan kepada siapapun yang lebih berumur dari kita, tidak lagi harus orangtua kandung.

  2. Mencetak. Kata ini dulunya lebih merujuk kepada pembuatan suatu hal di tempat-tempat tertentu, misalnya di tempat cetak spanduk, poster, dan lainnya. kini mencetak sudah dapat diterapkan dengan makna baru di bidang lain. Misalnya dalam olahraga, terdapat sebuah istilah mencetak gol yang berarti mendapatkan sebuah poin di pertandingan.

  3. Kepala. Menurut kamus dan secara logika kepala adalah bagian dari anggota tubuh. Sekarang kata kepala bisa digunakan apabila hendak menyebut pimpinan sebuah perusahaan atau instansi. Misalnya kepala madrasha dah kepala proyek.

  4. Anak. Ujaran ini merujuk kepada individu atau manusia yang memiliki hubungan darah. Kini kata anak dapat digunakan kepada sosok individu yang muda dan membutuhkan bimbingan.

  5. Kakak. Dulunya makna kakak adalah untuk saudara sedarah yang lebih tua, namun kini kata kakak bisa digunakan kepada siapa saja yang lebih tau tanpa memperhatikan ada hubungan darah atau tidak.

  6. Nasi. Makna nasi pada awalnya adalah beras yang telah melewati proses memasak. Kini nasi sudah bisa disebut menjadi makanan.

Fenomena perluasan makna ini terjadi secara alamiah tanpa disadari oleh masyarakat. Meskipun tidak disadari, faktanya masyarakat sering menggunakan perluasan makna ini sehari-hari. Faktor pertama adalah karena sosial budaya masyarakat yang berubah-ubah setiap hari. Kedua, adanya perbedaan setiap individu dalam menanggapi sebuah makna yang dilontarkan. Ketiga, para pemakai kata dan bahasa terus mengalami perkembangan dalam berkomunikasi sehingga lahirlah perluasan makna ini (generalisasi).

Generalisasi atau perluasan makna ini merupakan hal yang wajar dan tak dapat kita cegah. Hal tersebut karena setiap harinya manusia selalu berkomunikasi dengan bahasa. Makna sebuah ujaran kata tidaklah statis, melainkan dinamis. Seiring berjalannya waktu, makna akan terus berubah dan berubah karena semakin berkembangnya daya pikir masyarakat dan kemajuan teknologi di dunia. Salah satu perubahan makna tersebut adalah adanya perluasan makna di masyarakat. Tidak menutup kemungkinan bahwa seterusnya akan semakin banyak perluasan makna dalam ujaran Bahasa Indonesia. Walaupun begitu, perluasan makna sebuah ujaran ini tetap berada dalam lingkup maknanya yang sebenarnya dari ujaran tersebut.

Referensi:

Ansori, M. S. (2021). PERUBAHAN MAKNA BAHASA: SEMANTIK-LEKSIOLOGI. SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik, 22(2), 151-162.

Fatoni, A. S. (2021). Fenomena Perluasan dan Penyempitan Makna dalam Ilmu Semantik. Lahjah Arabiyah: Jurnal Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Arab, 2(1), 8-18.