"Tersadarkan Oleh Realita"

Hai fellas, kali ini aku akan bercerita tentang pengalamanku sebelum masuk UNS.
Aku adalah seorang siswa kelas 12 yang bisa dibilang bocah yang lebih mementingkan kesenangan daripada nilai. Maka dari itu, aku tidak terpilih sebagai siswa yang mengikuti SNMPTN. Pikirku, toh juga masih ada SBMPTN. Pada februari 2021, aku mulai mencoba untuk keluar dari zona nyamanku. Karena terbesit dipikiranku, aku harus menjadi anak yang bisa membanggakan kedua oranng tua. Disitulah awal mula aku mencari referensi jurusan yang cocok, dan di Teknik Sipil lah aku merasa yakin dan sesuai dengan potensi maupun kemampuanku. Begitu juga dengan orang tuaku, mereka mendukung dan mendoakan apa yang menjadi pilihanku.
Pada awal februari, aku mulai mengikuti les privat dan mencari soal soal SBMPTN tahun tahun sebelumnya. Hari demi hari ku lewati dengan semangat, dan lambat laun rasa bosan pun datang menghampiri. Disitulah semangat yang awalnya membara bak kobaran api yang menyala, tiba tiba meredup dan mulai mati dengan sendirinya. Aku mulai sibuk nongkrong dan tidak menghiraukan SBMPTN. Walaupun aku masi tetap belajar beberapa pelajaran yang aku sukai, tapi aku masih saja merasa bosan dan lebih mementingkan nongkrong bersama teman-teman.
Hari demi hari mulai berganti. Sampai pada pengumuman SNMPTN, aku mendapat kabar baik dari temanku yang di terima di salah satu PTN yang dia inginkan. Di situ aku mulai terpacu untuk mulai semangat belajar kembali. Di kelabuhi oleh waktu, tiba hari dimana aku menghadapi SBMPTN, bermodalkan ilmu yang ku pelajari beberapa bulan ini, aku merasa siap dan sedikit ragu, melihat persiapan orang lain yang lebih matang dariku. Pada saat ujian di mulai aku merasa percaya diri dalam mengerjakannya. Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah datang, kerjakan, dan lupakan.
Tiba dimana aku akan mengetahui hasil ujian yang ku kerjakan beberapa bulan yang lalu. Pada waktu pengumuman pun aku tidak terlalu menghiraukanya, karena aku terlanjur pesimis dengan hasil yang ku kerjakan. Dan benar saja, ketika aku melihat hasilnya pun ternyata aku tidak lolos pada SBMPTN itu. Aku merasa gagal karena tidak berhasil membanggakan kedua orang tuaku. Caraku menenangkan diri hanya dengan nongkrong bersama teman-teman.
Namun, ini bukan akhir perjalananku untuk meraih jurusan yang ku inginkan. Kesempatan terakhirku adalah Ujian Mandiri (UM). Saat itu, kedua orang tuaku menyarankan untuk mengambil prodi Ilmu Administrasi Negara yang berada di UNS. Dan aku mengiyakan keinginan mereka dengan syarat aku tetap memilih prodi Teknik Sipil di pilihan pertama. Tak terasa waktu ujian pun tiba. Aku dengan secuil pengetahuan yang kumiliki pada ujian soshum aku hanya bisa pasrah. Setelah ujian selesai pun aku tidak terlalu memikirkannya. Tak lama kemudian, hari pengumuman pun tiba. Aku hanya bisa berdoa agar aku bisa lolos pada pilihan pertama, namun Tuhan berkehendak lain. Ternyata, aku lolos di pilihan kedua yaitu di prodi Ilmu Administrasi Negara.
Sekian sedikit cerita kehidupan yang melenceng dari ekpektasi ini, jangan lupa makan biar tetep idup.