Sebelumnya pernahkah teman teman mempunyai pengalaman jatuh dari pohon? Bagaimana perasaan teman ketika pertama kali jatuh dari pohon? Takut, cemas, dan merinding tentunya. Di sini saya akan membagikan pengalaman saya pertama kali jatuh dari pohon yang tidak akan pernah saya lupakan.
Pengalaman ini dimulai ketika saya dan teman masa kecil saya bermain setelah bel pulang sekolah berbunyi, saat itu saya masih kelas tiga SD kalau tidak salah. Saya dan teman-teman saya sering main di halaman belakang rumah eyang saya karena halamannya yang luas dan ada pohon kersen yang tentunya sangat dipuja-puja teman-teman saya. “Ayo kita berburu buah kersen!” Ucap saya sepulang sekolah kepada teman-teman saya, mereka langsung mengangguk sambil mengacungkan jari jempol. Kami segera ke halaman belakang rumah eyang untuk berburu buah kersen. Tidak tahu bagaimana, namanya bocil kematian kami semua berlomba untuk memanjat pohon yang tinggi tersebut hingga pucuk tertinggi, karena menurut kami dulu jika berhasil memanjat hingga pucuk tertinggi itu hal yang sangat fantastik luar biasa keren sungkem.
Mulailah kami semua memanjat hingga pucuk tertinggi satu persatu sampai giliran saya tiba. Saya yang masih menggunakan seragam SD melepas sepatu dan kaos kaki satu persatu. Dengan percaya diri memanjat ke atas pohon, menggapai dahan di atas dengan cekatan memijakkan kaki ke dahan demi dahan. Tersisa dua dahan di depan mata, saya berusaha menggapainya, tangan saya menggapai dahan yg kecil itu, tiba-tiba dahan kecil itu berbunyi ‘krak-krak’ jantung saya berdetak dengan kencang, panik melihat dahan yang saya pegang hampir patah. Saya buru-buru turun ke bawah, saya mengakui kalau saya tidak berhasil memanjat sampai pucuk tertinggi.
Permainan selesai, kami pun segera bergeser agenda yaitu berburu buah kersen. Teman-teman saya memanjat pohon yang tinggi itu dan memanen buah milik eyang saya tanpa izin kepada beliau, untuk informasi tambahan saya juga tidak izin hehe. Saya yang melihat teman-teman saya sudah nangkring di dahan-dahan pohon itu berinisiatif memanjat tembok halaman eyang saya untuk memanen buah kersen. Naik perlahan ke tembok yang tinggi itu, memicingkan mata mencari buah kecil manis tersebut berada, dengan tangan lihai memetik buah itu hingga tangan kiri saya sudah penuh dengan buah kersen.
Saya berfikir untuk turun dan menikmati buah hasil panenan saya. Tetapi saat ingin turun mata saya melihat buah kecil merah menggiurkan yang ukurannya lebih besar dari buah yang ada di tangan saya. Sayangnya jaraknya lumayan tinggi dan jauh dari jangkauan, saya mengurungkan niat untuk mengambil buah tersebut, tetapi hati saya menginginkan buah manis tersebut, saya bersiap-siap untuk melompat menggapai ranting yang lumayan tinggi itu. ‘Satu dua tiga’ saya melompat dan menggapai buah tersebut, hati saya senang dan bahagia. Tiba-tiba keseimbangan saya hilang, tembok yang menjadi pijakan saya tidak dapat saya rasakan dengan kaki saya. Perasaan panik, cemas dan takut menjadi satu, saya tahu saya akan jatuh dari tembok yang tinggi ini. Kaki saya masih bergerak mencari pijakan, dan kaki kanan berhasil menapak di tembok, hilang keseimbangan lagi yang ujung-ujungnya saya lompat dari tembok dan terbang jatuh.
Saya tahu sekarang saya benar-benar terjatuh. Buah yang saya kumpulkan entah terbang kemana, yang saya pikirkan saat itu hanya satu “Apakah ini benar-benar akhir dari kisah hidupku?” Pertanyaan itu muncul saat setelah saya terbang jatuh. Waktu serasa terhenti ketika pertanyaan itu muncul, saya mengingat momen-momen indah selama hidup saya. Apakah seperti ini rasanya terbang? Dan setelahnya jatuh? Mengagumkan. Belum pernah saya merasakan perasaan yang campur aduk seperti ini. Satu detik dua detik tiga detik, akhirnya saya mendarat di tanah yang lembut. Linglung, itulah yang saya rasakan. Setelah itu saya menangis, dan teman-teman saya buru-buru turun dari pohon untuk menolong saya.
Pelajaran yang dapat diambil adalah jadilah anak yang manis dan berperilaku baik. Hati-hati ketika ingin melakukan sesuatu. Serta pentingnya izin terlebih dahulu jika ingin meminta barang milik orang lain. Berhati-hatilah dimanapun tempat, karena kita tidak tahu kedepannya seperti apa.