31 Desember 2023…
Pagi-pagi buta, aku mulai mengendarai motorku. Menyusuri jalanan yang begitu sangat curam, hingga membuatku merasa sedikit takut untuk melewatinya. Namun aku sangat menikmati perjalanan itu, sambil sesekali melihat pemandangan yang sangat indah di pagi hari. Tersesat? Sudah pasti sering terjadi di perjalanan disertai dengan dinginnya udara pagi, tidak membuatku ragu untuk melanjutkan perjalanan, karena teringat tujuanku untuk melihat matahari terbit.
Dua jam sudah aku lalui. Kini gulungan ombak Pantai Mbuluk mulai terlihat di depan mataku. Deburan ombak yang menenangkan jiwa serta ditambah angin sepoi-sepoi yang menyapa lembut, selalu mempunyai keindahan tersendiri, bagi jiwa yang haus akan ketenangan. Benar kata orang, “Berisik suara ombak lebih tenang daripada berisiknya manusia yang tiada habisnya.”
Sepinya pantai di pagi hari itu, membuatku merasa nyaman untuk melihat banyaknya pemandangan. Laut itu luas, namun bukan berarti ia tak terbatas. Suara deburan ombak kala itu, terdengar sangat nyaring. Bahkan aroma khas air laut tercium begitu kuat.
31 Desember, tepat di hari ulang tahunku. Aku berdiri di tepi garis pantai, deburan gelombang ombak yang menghempas di tengah teriknya matahari, kini mulai membasahi kakiku. Dalam pusaran waktu, aku berjalan di tepi pantai dan membiarkan langkahku melangkah tak terarah, sambil menceritakan semua keluh kesahku, rasanya pantai itu sangat damai sekali. Bahkan ia bisa mengukir senyuman pada setiap pengunjungnya, karena terpesona dengan air birunya. Tak heran, jika pantai menjadi tempat piknik terbaik bagi sebagian besar manusia.
Laut, aksaraku mungkin bisa menjadi saksi, betapa indahnya kecantikanmu di dalam karya tulisku. Tak salah, jika aku memilihmu untuk ku ceritakan pada semua orang.
Setelah cukup lama menyusuri tepi pantai, kini mulai banyak pengunjung lain yang berdatangan, Mereka terlihat sangat antusias sekali. Ketika sedang fokus melihat indahnya gulungan ombak, mataku tertuju pada kapal-kapal yang tengah berlayar di tengahnya lautan, membuatku sedikit merasa takut, entah nelayan itu akan pulang dengan selamat atau hanya meninggalkan nama, pikirku kala itu. Sebagian pengunjung tengah menatap jemu gelombang tinggi itu, dan sebagiannya lagi tengah terduduk sambil menikmati udara yang terasa menyegarkan. Ditemani dengan suara kicauan burung yang beterbangan, membuat suasana di pagi hari, benar-benar terasa begitu damai. Bahkan cuaca di hari itu juga terlihat sangat mendukung, melihat anak kecil berlarian di pinggir garis tepi pantai membuatku tersenyum, dan rasanya ingin sekali mengulang masa kecil kembali, karena sedari kecil aku sudah terbiasa jalan-jalan ke pantai bersama keluargaku. Seperti bernostalgia rasanya.
‘’Tentang Laut Yang Dikunjungi Jiwa Yang Lelah’’
Judul ini memiliki makna, tentang aku yang selalu menyempatkan diri untuk pergi ke pantai dan menceritakan segalanya di sana. Karena aku merasa pantai adalah tempat bercerita terbaik selain kamar tidurku.
Tak terasa, sudah seharian aku berada di pantai. Air pun sudah mulai pasang, matahari juga hampir terbenam. Langit-langit yang semula biru, kini kian berganti jingga. Senja memang datang membawa keindahan, namun ia juga pergi membawa kegelapan. Aku harap, kita dapat bertemu kembali, di lain hari.
Setelah itu, aku mulai beranjak pulang. Rasanya belum cukup puas seharian berada di pantai. Namun, waktu sudah memaksaku untuk pulang. Dalam gelapnya perjalanan, ditemani dengan kesunyian yang dipenuhi dengan hutan, membuatku merasa ingin segera sampai rumah. Ku percepat lagi laju motorku dan tak lupa meminta perlindungan kepada Tuhan. Syukur di tengah-tengah perjalanan, kendaraan lain mulai bermunculan. Bahkan menyebabkan macet, memang sedikit membuatku kesal.
Sesampainya di depan rumah, aku menatap langit sejenak. Melihat dan mencari apa yang sebenarnya hilang. Setelah itu, aku tersadar. Ternyata malam itu tidak ada bintang, tak lama kemudian, rintiknya hujan mulai berdatangan, menjadi pelengkap malam tahun baru kala itu. Ya…memang sedikit berbeda dengan malam tahun baru kemarin, tapi setidaknya malam ini tidurku bisa nyenyak dengan ditemani rintikan air hujan.
Cukup sampai di sini, semoga dari cerita yang aku buat dapat membuat para pembaca merasa senang dan bisa membayangkan bagaimana keindahan deburan ombak melalui karya tulisku.