Tempat Wisata Keraton Surakarta dan Alun Alun Kidul

Di Surakarta terdapat tempat wisata yang sangat bersejarah yaitu Keraton Surakarta. Keraton ini dibagun oleh Susuhunan Pakubuwana II pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana Kartasura yang hancur akibat peristiwa Geger Pecinan 1743.

Arsitektur Keraton Solo merupakan perpaduan yang antara gaya Eropa dan Jawa dalam setiap sudut dan tata ruang Keraton. Sampai saat ini Keraton Surakarta masih menjadi tempat tinggal bagi sunan dan keluarga yang masih menjalankan tradisi kesunanan.

Berbicara tentang Keraton Surakarta, terdapat sebuah tradisi yang rutin digelar oleh Kraton Surakarta yaitu Kirab Malam 1 Suro untuk menyambut pergantian tahun Islam. Penentuan malam 1 Sura oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berbeda karena menggunakan penghitungan kalender Jawa.

Kirab yang identik dengan salah satu pusaka keraton, yakni Kebo Bule, kebo bule dianggap keramat dan menjadi aset keraton. Kandangnya diletakkan di Alun-Alun Selatan Kota Solo. Masyarakat bisa dengan bebas melihat kerbau ini di sana. Tradisi ini dimulai pukul 00.00 WIB sampai selesai.

Rute kirab biasanya dimulai dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Supit Urang kemudian ke Gladak, Jl Mayor Kusmanto, Jl Kapten Mulyadi, Jl Veteran, Jl Yos Sudarso, dan Jl Slamet Riyadi, kemudian kembali ke Keraton.

Kirab malam 1 Suro menjadi tradisi tahunan Keraton Kasunanan Surakarta saat pergantian tahun baru hijriah. Kirab ini menjadi bentuk rasa syukur dan penuh harap untuk kehidupan yang lebih baik sari sekarang.

Tidak sedikit orang-orang yang menyaksikan berharap memperoleh berkah dari percikan air dari pusaka, hingga kebo bule yang menjadi cucuk lampah dari pusaka tersebut. kirab diawali dengan doa-doa dan penebaran sesajen di dengan Kori Kamdandungan oleh para abdi dalem keraton sambil menanti datangnya kebo bule. Kerbau-kerbau keramat itu akan dilepas dan dibiarkan berjalan sendiri. Tidak boleh ada paksaan pada kerbau.

Setelah itu raja dan keturunannya, beserta abdi dalem, akan mengikuti di belakang kerbau dengan barisan yang rapi. Tidak lupa pembesar keraton lain yang berjumlah 10 orang turut mengiringi sembari membawa pusaka. Pusaka-pusaka ditutup rapi memakai kain yang telah disematkan kalung yang berisi untaian bunga melati.

Selama menjalankan kirab, semua peserta tidak boleh berbicara meski hanya satu kata. Larangan berbicara dimaksudkan agar peserta merenung dengan berbagai hal yang telah diperbuatnya selama ini dalam kehidupan sehari-hari.