Teknologi diciptakan untuk membantu meringankan pekerjaan manusia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya efisiensi waktu dan tenaga manusia dalam menerapkan teknologi di kehidupan sehari-hari. Secara tidak disadari, manusia telah menggunakan teknologi dari zaman pra-sejarah. Namun pastinya, teknologi yang diterapkan pada masa itu tidak secanggih pada masa sekarang. Teknologi selalu berubah dari masa ke masa mengikuti tuntutan kebutuhan manusia. Penerapan teknologi sudah dirasakan dalam beberapa bidang: ekonomi, pangan, informasi, komunikasi, transportasi, medis, dan pendidikan.
Menurut Siswanto Sudomo (1989), kewirausahaan adalah segala sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha dan oleh karena itu dapat diartikan sebagai: sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh seorang wirausaha; kemampuan-kemampuan khusus yang dimiliki wirausaha; tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang wirausaha; dan hasil karya atau dampak tindakan yang dilakukan oleh seorang wirausaha. Dari sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh seorang wirausaha, biasanya yang ditonjolkan adalah sifat wirausaha untuk bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil risiko untuk mewujudkan gagasannya. Dari segi kemampuan, seringkali dikatakan bahwa seorang wirausaha mampu dan peka melihat peluang bisnis. Sedangkan, tindakan yang menonjol dari seorang wirausaha adalah langkah nyata menggabungkan atau mengkombinasikan sumber daya, baik yang telah dimiliki maupun yang belum dimiliki untuk mewujudkan gagasannya dengan membangun suatu bisnis yang baru. Sedangkan dari hasil karya seorang wirausaha, dapat kita lihat dengan dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dengan produk-produk baru, teknologi baru dan membuka lapangan kerja baru.
Istilah technopreneurship baru ramai terdengar pada awal tahun 2000-an. Technopreneurship disorot setelah eksistensi perusahaan berbasis IT naik daun. Hal tersebut ramai diperbincangkan seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, kemunculan technopreneurship ditanggapi dengan antusias, menjadikan banyak anak muda bercita-cita menjadi pengusaha di bidang teknologi, alih-alih bekerja dengan orang lain (kantoran). Di negara lain pun sama, technopreneurship ditanggapi dengan serius, sehingga negara-negara saling bersaing dalam meningkatkan kapabilitas teknologi. Indonesia mampu bersaing, walaupun masih sangat rendah. Dengan diterapkannya technopreneurship ke dalam kurikulum, diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia diantara negara lain.
Adanya technopreneurship tidak jauh dari globalisasi. Technopreneurship membawa banyak peran dalam menghadapi tantangan global, antara lain: menggerakkan perekonomian, membuka lapangan pekerjaan baru, dan mengembangkan teknologi yang inovatif. Sejak tahun 2011, dunia internasional dianggap telah memasuki Industri 4.0, yang ditandai dengan meningkatnya interaksi, konektivitas, dan batas antara manusia, mesin, serta sumber daya yang semakin konvergensi via komunikasi dan teknologi informasi. Peran technopreneurship dapat dilihat dari lompatan besar yang terjadi di dunia wirausaha khususnya sektor industri, di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya.
Wijoyo, H., Indrawan, I., & Firmansyah. (2020). In KEWIRAUSAHAAN BERBASIS TEKNOLOGI (TEKNOPRENEURSHIP) (Vol. 1, p. 2). essay, CV. Pena Persada.