Tari Orek – Orek adalah tarian tradisional warisan budaya Kabupaten Ngawi.
Tarian ini merupakan perpaduan antara gerak tari dan nyayian yang diiringi tetabuhan yang cara memukulnya salah satunya dengan dikorek.Tari Orek-Orek dimainkan oleh pemain putra dan putri antara 4-10 orang penari sekaligus pemain atau pendukung cerita.
Pada tahun 1981,Tari Orek - Orek diciptakan oleh ibu Sri Widajati.Tarian ini diciptakan karena untuk mengangkat kembali kesenian Orek-Orek yang pernah ada pada tahun 1940-an hingga 1970-an.Pada zaman dahulu itu adanya kesenian Orek-Orek, kemudian dimunculkan keseniaan baru yaitu Tari Orek - Orek pada tahun 1981.Bupati Ngawi memberikan tugas kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi yaitu Seksi Kebudayaan untuk merancang kembali Tari Orek - Orek pada tahun 1981 dengan cara melakukan observasi dan wawancara pada seniman Orek-Orek yaitu Sakijo, Lamin dan Sakimun.
Kesenian Orek-Orek yaitu tentang para pekerja yang membangun bendungan dan jembatan.Tari Orek-Orek menggunakan musik laras slendro.Tari Orek-Orek terdiri atas gerakan yang dinamis dan nyanyian yang diiringi musik.Penari pada Tari Orek – Orek terdiri atas pria dan wanita berpasangan, bisa dilakukan oleh sepasang atau beberapa pasang.
Kesenian ini dinamakan Orek-Orek dikarenakan 3 alasan antara lain bentuk kesenian ini morat-marit atau bercorak ragam, kesenian ini menggunakan iringan Gending Orek-Orek dan wajah pemain kesenian ini diorek-orek atau dicoret-coret menggunakan arang.Gamelan yang dipakai laras slendro, tetapi tidak selengkap gamelan slendro yang ada. Gamelan tersebut biasanya disebut gamelan “ thuk – brul “ (bahasa. Jawa gathuk gabrul) Semua pementasan dilakukan pada acara-acara resmi, sedekah laut, sedekah desa.Busana tari Orek-Orek sama seperti pakaian kethoprak atau disesauikan cerita yang dibawakan untuk putra, dan khusus untuk putri mamakai pakaian sama dengan pakaian gambyong tari jawa.