Suatu pagi di desa yang permai
Terbitlah sang surya yang tersenyum damai
Burung menari di udara dengan gemulai
Serta hawa sejuk yang setia membelai
Mentari bergerak ke atas dengan anggun
Menyembunyikan senyum manis bagai madu
Melirik ke sana kemari dengan malu-malu
Menyapa bumi yang ia rindu
Suatu pagi di kota yang ramai
Rombongan manusia datang seperti badai
Satu persatu mereka bercerai-berai
Sibuk melangkah dengan tangan memegang gawai
Mentari seakan terdiam sejenak
Menatap dengan raut bingung tak menyangka
Di mana perginya suasana permai yang dulu ada?
Yang pernah menghiasi waktu-waktu kemunculannya
Kini sang mentari tersadar
Bahwa bumi sudah banyak mengalami perubahan
Semakin banyak manusianya yang tak sadar
Jika terkadang mereka merusak alam
Lihatlah, daratan luas berwarna hijau yang semula ada
Kini, di mana mereka semua?
Sudah diganti dengan warna abu-abu dan udara panas
Yang mirisnya diciptakan oleh mereka yang hidup di daratan
Mentari kini bergerak lagi
Menuju ufuk barat sembari menenggelamkan diri
Namun, dalam hati ia menangis
Dirinya rindu suasana lama bumi yang ia kasihi