Takdir dan Harapan

Takdir dan Harapan

Halo sobat mijil semua, perkenalkan aku Can salah satu mahasiswa baru prodi Pendidikan Matematika di sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Solo. Sebenarnya aku tidak pandai bercerita, namun pada kesempatan kali ini aku ingin membagikan sedikit cerita perjalananku menuju masa perkuliahanku.

Semua dimulai saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sejak dulu aku sudah sangat menyukai mata pelajaran matematika. Aku selalu bersemangat saat mengikuti jam pelajaran matematika. Dari dulu aku termasuk siswa yang bisa dibilang pandai dan menduduki peringkat 1 hampir disetiap tahun. Oleh karena itu cita-citaku saat kecil adalah menjadi seorang dokter seperti anak-anak kecil pada umumnya. Namun, itu tidak berlangsung lama karena aku terus berganti cita-cita mulai dari dokter, pramugari, pengawai bank, dan juga guru. Lain halnya saat aku mulai menginjakan kaki di Sekolah Menengah Pertama. Aku mulai menyukai hal lain selain matematika. Aku mulai menyukai pelajaran bahasa inggris dan aku juga merasa nyaman sekaligus senang saat mempelajarinya. Tapi bukan berarti aku melupakan matematika karena saat itu pun aku masih sangat menyukai matematika. Terlebih lagi guru matematika di kelasku sangatlah baik dan mudah dimengerti, itu menjadi nilai tambah tersendiri. Saat SMP cita-citaku mulai lebih terarah yaitu menjadi seorang guru ataupun dosen, walaupun sebenarnya aku masih ragu. Orang tuaku sangatlah mendukung akan hal itu terutama eyang putri kesayanganku ini. Beliau sangatlah berharap terhadapku dan disitulah harapan itu muncul.

Tiga tahun terlewati dan aku mulai memasuki Sekolah Menengah Atas. Aku masuk ke salah satu SMA negeri favorit yang ada di kotaku, disana aku mulai belajar hal-hal baru. Matematika dan bahasa Inggris masih menjadi pelajaran favoritku. Saat kelas 11 disitu kita mulai dituntut untuk memikirkan dunia perkuliahan yang dibantu oleh guru bimbingan konseling yang ada disekolahku. Aku sangat iri dengan teman-temanku saat itu karena mereka sudah bisa menentukan masa depan mereka sedangkan aku belum sama sekali. Awalnya aku masih teguh dengan pendirianku untuk menjadi seorang guru tapi entah mengapa setiap kali orang bertanya, aku tidak bisa menjawab apa keinginanku dan hanya bisa mengatakan bahwa aku ingin kuliah di STAN. Sampai pada akhirnya kelas 12 dan ternyata aku masuk ke daftar siswa eligible dimana aku bisa mendaftar SNMPTN . Aku sangat senang terutama ibu dan eyang putriku. Sebenarnya saat itupun aku masih belum bisa menentukan, sampai pada akhirnya aku melihat ibu dan eyang putriku yang sangat menginginkan aku untuk menjadi seorang guru. Disitupun aku masih bingung untuk memilih ingin menjadi guru matematika atau bahasa Inggris. Setelah memikirkannya selama beberapa saat akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar pendidikan matematika di Perguruan Tinggi yang aku pilih secara tiba-tiba. Eyang putriku sangatlah bahagia dan menceritakan tentang aku kepada orang lain dengan senyuman manisnya, beliau merasa sangat bangga kepadaku. Melihat itu aku sangat lega dengan keputusanku ini. Tiba pada hari pengumuman hasil SNMPTN aku merasa biasa saja walaupun sebenarnya di dalam hati aku sangat takut. Aku sengaja membuka pengumuman tidak tepat pada waktunya karena aku takut akan hasilnya. Hingga pada akhirnya di dalam sebuah kamar yang gelap dan sendirian aku memberanikan diri untuk melihat hasilnya dan ternyata aku LOLOS, saat itu air mataku tiba-tiba menetes dengan sendirinya dan langsung berlari menemui eyang putriku yang sedang tertidur dan langsung memeluknya dengan tangisan bahagia. Beliau adalah orang pertama yang aku beritahu tentang kabar bahagia ini. Hari demi hari aku mulai menyiapkan persyaratan untuk daftar ulang dan eyang putriku menemani serta selalu bertanya tentang sampai mana prosesnya. Dengan sabarnya aku menjelaskan kepada beliau. Saat itu aku merasa sangat amat beruntung bisa lolos dengan dibantu doa dari ibu dan eyang putriku itu karena sebenarnya aku tidak yakin akan lolos. Sampai pada akhirnya pada tanggal 4 April eyang putriku menghembuskan nafas terakhirnya. Padahal beliau sudah berjanji ingin mengantarkan aku sampai Solo. Disitulah saat paling terpurukku selama aku hidup. Aku sadar ternyata semua ini menjadi hadiah terakhirku untuk beliau dan memang sudah menjadi takdir yang mana semua itu dimulai dari harapan beliau. Aku merasa semua ini memang sudah direncanakan oleh Allah Swt. dimana ini semua adalah rejeki dan kekuatan doa dari seorang ibu dan eyang putriku.

Saat ini aku sudah mulai menjalakan perkuliahan, walaupun awalnya sangat sulit tapi aku berusaha untuk melewatinya demi harapan ibu dan eyang putriku yang sudah mendukungku sampai saat ini.
Terima kasih.