Suka Duka Pendaftaran UTBK-SBMPTN dan Keluh Kesah Pembelajaran Diera Pandemi.

Semuanya diawali pada awal bulan Maret 2020, tanggal dua Maret tepatnya, dimana siswa kelas 12 masih gencar-gencarnya menyiapkan diri untuk persiapan UAS (Ujian Akhir Sekolah) dan UN(Ujian Nasional). Pada awalnya semuanya berjalan dengan lancar hampir semua telah dilalui oleh seluruh siswa kelas 12. Hingga musibah itu tiba, kami siswa kelas 12 merasa panik, bingung, frustasi tak tau harus bagaimana untuk menghadapinya. Padahal kami pontang panting untuk memasuki bimbel satu dan lainnya, belum lagi sekolahan juga mengadakan kelas tambahan untuk persiapan UN yang berakhir UN ditiadakan, belum lagi penguman yang disiarkan oleh pihak LTMPT yang mengubah materi yang akan diujikan pada UTBK-SBMPTN. Dikatakan belum siap maka jawabanya tidak sepenuhnya siap. Siap dikarenakan kami sudah belajar dari setengah materi yang diujikan, tidak siap karena kami overthingking akan saingan yang membludak pada UTBK yang akan diselenggarakan pada waktu itu.

Terlepas dari itu semua pasti ada suka dan duka. Suka karena kami menghadapi tantangan baru yang belum pernah kami hadapi sebelumnya, mungkin pendaftarn online bukan lagi yang tabu umtuk siswa kelas 12, tetapi yang menjadi fresh adalah kami mendapatkan pengalaman yang baru. Dukanya dari semua serba online kami merasa melakukannya seorang diri tanpa berkomunikasi intens dengan teman sejawat yang disekolah dan sandangan lulusan Covid-19 yang kami sandang dimasyarakat umum. Malu? Pasti Karena tidak ada yang dibanggakan dengan sandangan lulusan Covid-19, dimana banyak korban yang berjatuhan akibat virus tersebut juga membuat duka beberapa dari kami.

Setelah melewati beberapa bulan dirumah, belajar dirumah dikarenakan jasa bimbingan belajar semuanya ditutup sementara waktu dan para pekerja juga melakukan WFH (Work From Home). Kami siswa kelas 12 pada akhirnya melakukan ujian UTBK-SBMPTN yang diadakan oleh pihak LTMPT, tepatnya di bulan Juli 2020 pengalam pertama juga bagi kami yang ingin mendaftar ke perguruan tinggi dengan syarat protokol yang ketat, dibeberapa daerah ada juga yang harus dioper lokasi karena zona merah yang menyebabkan banyaknya perubahan juga. Banyak yang kami rasakan dalam menjalani syarat protokol hingga saat ujian dilaksanakan. Nervous, overthingking, positif thingking semua itu kami rasakan. Sampai dinyatakan beberapa dari kami harus gugur dan harus mencari kesempatan lain untuk mendaftak ke perguruan tinggi impian kami.

Abstraksi diatas dapat dijelaskan karena cerita tersebut adalah poin of view dari kami sebagai siswa kelas 12 pada waktu itu. Sekarang persilakan saya umtuk menceritakan poin of view saya sendiri. Banyak yang terjadi pada saya dari sebelum kami siswa kelas 12 menjelang UTBK. Disekolah SMA saya disana ada beberapa guru BK (Bimbingan Konseling) yang akan mengarahkan kami. Suatu ketika di daftar BK terdaapat pengumumakn yang akan mendaftarkan murid-muridnya mendaftar ke PTN dengan jalur yang berbeda –beda, ada PMDK, PSSB UNDIP, vokasi UGM, dan lain sebagainya. Ketika itu baru saja sekolahan mengumumkan yang terrsaring mengikuti jalur undangan atau biasa disebut SNMPTN, saya pada waktu itu langsung berkecil hati karena dari sebagian besar teman kelas saya salah satunya adalah saya yang tidak tersaring mengikuti jalur undangan tersebut. Rasanya ingin mengangis tapi buat apa untuk mengangis saya pun juga menyadari jika kemampuan saya tidak sebanding dengan teman-yeman saya yang mendapatkan jalur SNMPTN itu. Ketika itu juga saya menghubungi ibu saya untuk mendapatkan izin beliau untuk mendaftar PTN dengan jalur yang lain. Dibenak saya ada rasa kecewa, frustasi yang menyalahkan saya sendiri mengapa saya tidak belajar lebih giat lagi. Akhirnya saya meminta izin pada ibu saya untuk mendaftar PSSB UNDIP, yang kedua vokasi UGM. Tidak hanya itu saja, saya juga medaftar dibeberapa universitas yang berbeda slah satunya adalah Universitas Muhammadiya Yogyakarta. Dari bebrrapa universitas dan beberapa jalur yang saya pilih hasilnya tidak ada yang lolos, kecuali yang UMY saya diterima, namun ekonomi keluarga saya yang kurang memadai untuk keanjutannya maka akhirnya saya mengikhlaskannya, lalu saya mencoba juga beberapa jalur yang dibuka pada saat itu sebelum UTBK dilaksanakan. Lagi-lagi hasilnya tidak ada yang memuaskan pun juga ketika hsil UTBK diumumkan saya juga mengalami kegagalan lagi. Hingga pada akhirnya saya mengalami titik terpasrah ketika kakak saya menyarankan untuk mendafatar jalur SMUD-UTBK gelombang kedua milik UNS dan hasil yang saya dapat adalah saya diterima disalah satu program study PSDKU Universitas tersebut. Rasanya lega, meskipun tidak sesuai keinginan saya tapi saya tetap ingin berjuang, ingin membuktikan jika saya bisa.

Segala proses telah saya lakukan ketika saya mimilih program study di universitas tersebut. Mulai dari PKKMB, KRS-an, dan lain-lain. Hingga saatnya belajar secara daring pun dijalani. Keluh kesah pun bermunculan dari tidak tanhan dengan menatap layar PC secara terus menerus sesuai SKS yang berlangsung, banyaknya tugas yang sulit untuk dibagi waktunya, dan kadang kala jika pembelajaran berlangsung suka tertidur tanpa disengaja. Hal tersebut selalu membuat saya geram sendiri pada diri saya sendiri, mengapa saya begitu lemah untuk menghadapi hal yang sepe itu, seharusnya saya semangat, tidak boleh mengeluh, ini yang saya pilih, saya ingin menempuh dunia mahasiswa, lulus tepat waktu, juga dapat membanggakan orang tua dengan progres yang saya miliki. Hingga saya selalu terus memforsir dan mensugesti diri saya sendiri bahwa hal itu tidak akan sulit jika saya semangat. Sekian dari curhat akademik saya, terimakasih perhatiannya.