Struktur Karya Sastra dan Lingkaran Hermeneutik

Hermeneutik adalah ilmu atau keahlian menginterpretasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya.

Proses penginterpretasian bisa dipecahkan secara bertahap. Dimulai dengan membaca dan memahami sementara tentang keseluruhan, lalu mencoba menafsirkan bagian-bagian sebaik mungkin.

Seringnya, pembaca (karya sastra) kerap melakukan proses ini tanpa sadar. Sementara itu, para ahli sastra atau kritikus berusaha untuk menyadari dan menjelaskan proses bertahap ini.

Menurut kalian, bagaimanakah hermeneutik dapat membantu pembaca memahami konteks dan makna yang lebih dalam dari sebuah karya sastra?

Referensi
Buku A.Teew Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra

Hermeneutik menekankan bahwa pemahaman terhadap karya sastra melampaui sekadar penangkapan makna literal; ia juga mencakup penafsiran simbol, metafora, dan struktur yang kompleks. A. Teeuw menjelaskan bahwa karya sastra memiliki makna yang berlapis, dan tugas pembaca atau kritikus sastra untuk membongkar lapisan-lapisan tersebut dalam konteks yang relevan. Makna sebuah teks tidak hanya ditentukan oleh niat pengarang, namun juga dibentuk melalui interaksi antara pembaca dan teks. Hermeneutik memberikan kesempatan bagi pembaca untuk membangun makna berdasarkan latar belakang, pengalaman, dan konteks budaya mereka. Selain itu, hermeneutik juga membantu pembaca memahami karya sastra dalam zamannya. A Teeuw menegaskan bahwa sebuah teks tidak muncul dalam kekosongan; ia selalu terhubung dengan kondisi sosial, politik, budaya, dan psikologis pada saat teks tersebut diciptakan. A Teeuw mengadopsi konsep ‘lingkaran hermeneutik’, yaitu proses pemahaman bagian teks berdasarkan keseluruhan, dan sebaliknya. Pemahaman ini bersifat dinamis dan berulang, karena makna teks terus berkembang seiring dengan pembaca yang menggali bagian-bagian baru. Oleh karena itu, tidak hanya penting untuk menggali ‘makna asli’ dari teks, tetapi juga untuk menginterpretasikan makna secara berulang agar tetap relevan dengan situasi pembaca masa kini, sehingga membuka ruang bagi karya sastra lama untuk terus hidup dan bermakna lintas generasi.

Hermeneutik adalah ilmu atau keahlian menginterpretasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya. Sedangkan proses penafsirannya bisa dipecahkan secara bertahap.

Interpretasi keseluruhannya tidak dapat dimulai tanpa pemahaman bagian-bagiannya, tetapi interpretasi bagian mengandaikan lebih dahulu pemahaman keseluruhan karya itu. Dalam praktek interpretasi sastra lingkaran itu dipecahkan secara dialektik bertangga, dan lingkarannya sebenarnya bersifat spiral: mulai dari interpretasi menyeluruh yang bersifat sementara kita berusaha untuk menafsirkan anasir-anasir sebaik mungkin; penafsiran bagian-bagian pada gilirannya menyanggupkan kita untuk memperbaiki pemahaman keseluruhan karya, kemudian interpretasi itulah pula yang memungkinkan kita untuk memahami secara lebih tepat dan sempurna bagian-bagiannya dan seterusnya; sampai pada akhirnya kita mencapai taraf penafsiran di mana diperoleh integrasi makna total dan makna bagian yang optimal.

Proses interpretasi yang bertangga berdasarkan asumsi atau konvensi ataupun aksioma bahwa teks yang dibaca mempunyai kesatuan, keseluruhan, kebulatan makna dan koherensi intrinsik. Dalam masyarakat sastra yang menganut konvensi dasar bahwa sebuah karya tidak harus mempunyai makna yang homogen, menyeluruh dan terintegrasi. proses interpretasi tidak mungkin dikuasai oleh lingkaran hermeneutik yang hanya dapat dipecahkan secara ber- tangga. Tetapi tentang tradisi sastra di dunia Barat yang dominan dapat dikatakan bahwa secara eksplisit atau implisit prinsip struktur koheren tadi dipertahankan; pembaca Barat yang baik atau dianggap baik dari awal mulanya berlatih dan dilatih (di sekolah!) untuk me- mecahkan lingkaran hermeneutik dan mencari makna total sebuah karya sastra; setiap bagian dan anasir karya itu diberikan tempat yang selayaknya dalam penafsiran karya yang menyeluruh, dan sekaligus menyumbang aspek hakiki pada keseluruhan makna karya tersebut. Kalau seorang pembaca tidak berhasil mencapai interpretasi integral dan total, tinggal hanya dua kemungkinan: karya itu gagal, atau pembaca bukan pembaca yang baik: kemungkinan ketiga tidak ada.
Pendekatan hermeneutik memungkinkan analisis teks yang lebih mendalam dengan mempertimbangkan konteks budaya dan sosial. Ini penting dalam memahami makna yang terkandung dalam teks sastra, yang sering kali kompleks dan multidimensi. Hermeneutik juga membantu dalam mengungkapkan makna tersembunyi dan implisit dalam teks, yang mungkin tidak terlihat melalui pendekatan analisis yang lebih konvensional.

Hermeneutika memainkan peran krusial dalam mengungkap makna mendalam teks sastra, tidak hanya melalui kata-kata yang tersurat tetapi juga melalui konteks budaya dan historis di mana teks tersebut dihasilkan (Sokar, 2019). Dengan menggunakan pendekatan ini, kita dapat menghargai kompleksitas teks sastra dan mengaitkannya dengan realitas sosial yang lebih luas, memberikan pemahaman yang lebih dalam dan nuansa baru terhadap karya sastra yang dipelajari.

Referensi:
Afif, M., Pratama, A. R., Putra, F. A. A., & Ridwan, M. H. (2024). Kajian Hermeneutik terhadap Teks Sastra Indonesia Modern dalam Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya , 2 (5), 100-108.
Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu sastra: Pengantar teori sastra. (No Title) .

Menurut buku Sastra dan Ilmu Sastra:Pengantar Teori Sastra karya A.Teeuw, hermeneutik adalah ilmu untuk menginterpretasi karya sastra dan bahasa secara luas, disertakan proses penafsiran secara bertahap dari memahami semua teks termasuk bagian-bagiannya secara mendalam. Teeuw memfokuskan teori sastra yang dikembangkannya berdasar model semiotik yang mempertanggungjawabkan seluruh faktor penting untuk memahami sastra sebagai alat komunikasi khas di masyarakat.

Teeuw juga beranggapan bahwa sastra adalah cerminan pandangan manusia dengan eksistensinya, sehingga kritik sastra menjadi penting untuk mengungkap dasar dan masalah kemanusiaan di masyarakat melalui interpretasi teks.
Hermeneutik menurut Teeuw membantu pembaca tidak hanya memahami makna literal, namun jug makna yang lebih mendalam dan kontekstual dalam karya sastra, dengan memperhatikan relationship dialektik antara struktur teks dan peran pembaca dalam menangkap makna.

Dari paparan diatas, hermeneutik menurut A.Teeuw yaitu metode yang memungkinkan pembaca dan kritikus sastra untuk mengapresiasi dan menafsirkan karya sastra secara sistematis dan mendalam, menggabungkan aspek struktural, sosial dan historis dalam proses pemahamannya.

Sumber:

  • Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (A. Teeuw)
  • ⁠Analisis hermeneutik nilai-nilai pendidikan karakter pada cerpen

Dalam buku A. Teew sastra dan ilmu sastra, Hermeneutik adalah ilmu atau keahlian menginterpretasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya. Proses penafsiran selalu menghadapi kesulitan metode karena makna bagian tergantung pada keseluruhan, dan sebaliknya. Ini disebut lingkaran hermeneutik. Hermeneutik sendiri membantu pembaca memahami konteks dan makna yang lebih dalam dari sebuah karya sastra melalui proses interpretasi yang bertangga dan dialektik. Proses ini dimulai dari pemahaman menyeluruh yang bersifat sementara, lalu menafsirkan bagian-bagian karya sebaik mungkin. Kemudian memperbaiki pemahaman terhadap keseluruhan karya, yang lalu memungkinkan pemahaman yang lebih tepat terhadap bagian-bagiannya, dan seterusnya. Proses ini bersifat spiral. Jadi hermeneutik memungkinkan pembaca menyelami struktur dan makna karya secara mendalam dan berkelanjutan.

Sumber : Buku A Teew sastra dan ilmu sastra ; Pengantar Teori Sastra

‎Sastra merupakan karya seni bahasa yang mengandung nilai estetika dan imajinatif, berfungsi sebagai gambaran pengalaman hidup manusia yang penuh dengan pesan dan makna. Pesan yang termuat di dalam karya sastra tidak begitu jelas, oleh karenanya bahasa yang digunakan dalam karya sastra adalah bahasa konotatif, bahasa yang memerlukan penafsiran. Metode yang tepat untuk menafsiran karya bisa menggunakan metode hermeneutik, ilmu interpretasi makna dari sebuah teks.

‎Menurut A.Teeuw, hermeneutik merupakan ilmu yang digunakan untuk menginterpretasikan karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang luas. Hermeneutik tidak hanya berfokus pada pengarangnya saja, tetapi membutuhkan pemahaman yang tajam untuk memahami konteks antara teks masa lalu yang dikarang oleh pengarangnya dan di masa sekarang. Sederhananya, proses hermeneutik dilakukan dengan cara mengaitkan dan membandingkan bahasa masalalu pengarang dengan masa sekarang. Pengetahuan bahasa dan sejarah masalalu bisa memperkaya pengalaman untuk mempermudah memahami konteksnya di masa sekarang. Selain itu, model hermeneutik ini bertujuan untuk membongkar motif yang terselubung dibalik teks sastra tersebut.

‎Dari pemaparan materi diatas bisa disimpulkan bahwa kita sebagai seorang pembaca mempunyai pemahaman yang terbatas sehingga bisa memengaruhi prasangka kita dalam menafsirkan sesuatu, berupaya untuk mengubah ketidaktahuan konteks teks sastra melalui dialog bahasa. Dengan adanya hermeneutik, kita mampu memahami isi pikiran pengarang kepada si pembaca dengan cara mengaitkan pengetahuan dan bahasa masalalu dan ditafsirkan menggunakan bahasa masa sekarang sehingga si pembaca bisa terhindar dari kesalahpahaman isi pemikiran orang lain


‎Sumber:
‎1. A Teeuw Sastra dan Ilmu Sastra |PDF|
‎2. Hermeneutika Sebagai Interpretasi Makna Dalam Kajian Sastra |Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan|
‎3. Menakar Hermeneutika dalam Kajian Sastra

Secara tradisional, hermeneutika (hermeneutics) diartikan sebagai teori atau ilmu penafsiran. Term ini berasal dari bahasa Yunani hermeneuein, yang berarti menafsirkan atau menerjemahkan sesuatu ke dalam bahasa seseorang; atau dapat berarti memberikan ekspresi kepada atau pada yang lain. Di dalam buku A.Teeuw dalam proses penafsiran, selalu menghadapi kesulitan metode: kalau benarlah
anasir-anasir serta bagian-bagian teks tertentu baru dan hanya
mendapat makna yang sepenuhnya dan sebenarnya dalam keseluruhan karya itu, sedangkan sebaliknya karya seluruhnya
dibina maknanya atas dasar makna anasir-anasir dan bagian-bagiannya.
Dalam keseluruhannya, interpretasi tidak dapat dimulai tanpa pemahaman bagian-bagiannya, tetapi interpretasi bagian mengandaikan lebih dahulu pemahaman keseluruhan karya itu. Dalam praktek interpretasi sastra lingkaran itu dipecahkan secara dialektik, bertangga,
dan lingkarannya sebenarnya bersifat spiral: mulai dari interpretasi menyeluruh yang bersifat sementara kita berusaha untuk menafsirkan anasir-anasir sebaik mungkin; penafsiran bagian-bagian pada gilirannya menyanggupkan kita untuk memperbaiki pemahaman keseluruhan karya, kemudian interpretasi itulah pula yang memungkinkan kita untuk memahami secara lebih tepat dan sempurna bagian-bagiannya, dan seterusnya; sampai pada akhirnya kita mencapai taraf penafsiran di mana diperoleh integrasi makna total dan makna bagian yang optimal.
jika seorang pembaca tidak berhasil
mencapai interpretasi integral dan total, tinggal hanya dua
kemungkinan: karya itu gagal, atau pembaca bukan pembaca
yang baik; kemungkinan ketiga tidak ada. Dan, sudah tentu,
penulis dalam lingkungan kebudayaan Barat melakukan usaha
yang sama, dia pun terikat pada konvensi itu; atau, kalaupun
dia memberanikan diri untuk menyimpang dari konvensi
tersebut (seperti yang dapat dilihat dalam karya sastra
modern tertentu). penyimpangan itu harus dan dapat kita
pahami hanya dengan latar belakang konvensi dasar itu
sendiri.

Referensi

  • Menakar Hermeneutika Dalam Kajian Sastra, Ida Nursida 2017, Alqalam
  • A.Teeuw: V Karya Sastra sebagai struktur: Strukturalisme