Stoikisme untuk solusi stress akademik mahasiswa

STOIKISME UNTUK SOLUSI STRESS AKADEMIK MAHASISWA


www.freepik.com/free-vector/anxiety-concept-illustration_21118463

Mahasiswa merupakan masa dimana kita dituntut aktif dalam segala hal, baik akademik maupun non akademik. Aktif di berbagai hal tentunya membuat kelelahan yang menumpuk baik secara fisik maupun mental. Hal itu memengaruhi kondisi psikologis mahasiswa tersebut. Masalah psikologis yangsering dijumpai pada mahasiswa ialah stress akademik. Stress akademik ialah gangguan mental mahasiswa akibat menurunnya nilai akademik atau keseluruhan beban akademiknya. Upaya untuk mengatasi stress akademik tersebut ialah dengan slalu berpikir positif kedepannya. Lalu apa yang dapat membantu mahasiswa untuk dapat berfikir positif? Salah satu paham filsafat yang mengandung aliran pemikiran positif, yaitu stoikisme dipercaya mampu mengatasi stress akademik mahasiswa.

Sebelum itu, apa yang dimaksud dengan paham stoikisme? Sebutan paham filsafat ini pertama kali dicetuskan 300 tahun sebelum masehi lalu oleh filsuf bernama Zeno, karena sering mengajarkan aliran tersebut di sebuah teras. Dalam bahasa Yunani, teras atau beranda diterjemahkan sebagai Stoa, yang pada akhirnya muncul sebutan kaum Stoa dan Stoikisme.

Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius adalah tiga nama-nama besar Stoikisme. Seneca adalah orang berkebangsaan Spanyol yang bekerja di pemerintahan Romawi Kuno sebagai penasihat kaisar, Marcus Aurelius merupakan seorang kaisar kerajaan Romawi Kuno, sedangkan Epictetus adalah seorang mantan budak. Seneca merupakan filsuf Stoikisme yang terbaik di abad ke-17, sedangkan Epictetus dan Marcus Aurelius di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Wafatnya Marcus Aurelius di tepi sungai Danube menandakan berakhirnya mazhab Stoikisme. Henry Manampiring, Filosofi Teras, (Jakarta, Kompas 2019)

Lalu bagaimana hubungan stoikisme dengan stress akademik yang dihadapi mahasiswa? Stoikisme memiliki tujuan untuk bisa memiliki kontrol penuh pada diri sendiri, terlebih berdampingan dengan emosi negatif. Stoikisme juga mengajarkan hidup dengan kebajikan. filsafat stoikisme ini mengajarkan kita untuk fokus terhadap faktor yang bisa kita kendalikan dan jangan pusingkan faktor yang berada di luar kendalikan seperti tindakan orang lain atau opini orang lain. Dikutip dalam buku Enchiridion, Epictetus menyebutkan bahwa

“Hal-hal yang berada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal-hal yang tidak di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain. Karenanya, ingatlah, jika kamu salah mengira hal-hal yang bagaikan budak bersifat bebas, dan hal-hal yang merupakan milik orang lain sebagai milikmu sendiri…maka kamu akan meratap, dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia.”

Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang bisa kendalikan. Dengan kata lain kebahagiaan hanya datang dari dalam, yang artinya seseorang tidak bisa menggantungkan kebahagiaannya kepada hal-hal yang di luar kendali kita.

Dalam kasus yang dihadapi mahasiswa, kebanyakan adalah stress karena nilai tugas yang menurun dan nilai ipk yang menurun. Maka menurut paham stoikisme, sebagai mahasiswa, mereka dapat menemukan titik kebahagiaan dan terlepas dari stress yang dihadapi. Dalam mengatasi stres akademik, aliran stoikisme memiliki suatu pemikiran teknik psikologis premeditatio malorum atau merenungkan atau memvisualisasikan hal - hal negatif sebagai salah satu cara untuk siaga menghadapi segala kemungkinan terburuk, karena stoikisme merupakan paham yang memiliki tujuan untuk mencapai kedamaian dalam hidup.

Sederhananya orang yang memiliki paham stoikisme selalu memikirkan kemungkinan terburuk yang akan dihadapi ketika melakukan sesuatu, maka ketika seseorang gagal, dirinya tidak merasa terlalu kecewa dengan hasil tersebut karena sudah memperkirakannya dari awal. Manusia tidak dapat mengendalikan hasil tetapi dapat mengendalikan pemikiran dan emosi dirinya sendiri. Dan dengan memperkirakan kemungkinan tersebut mahasiswa dapat mengurangi tingkat stress mereka ketika ipk mereka turun atau tugas yan mendapat nilai yang kurang bagus. Dengan begitu mahasiswa dapat bertemu kedamaian pikiran dan merasakan pemikiran positif ketika menerima hasil tersebut.

Referensi

Anggraini, I. B. (2021). Konsep Kebahagiaan dalam Buku Filosofi Teras (Analisis Psikologi, Islam, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam) (Doctoral dissertation, IAIN KUDUS)

Wibowo, A. S. (2019). Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme. PT Kanisius…