Soe Hok Gie dalam Puisi "Sebuah Tanya"

rsz_soe_hok_gie
Sumber gambar: www.tionghoa.info

Secara makna, puisi-puisi yang ditulis oleh Soe Hok Gie tidak terlalu sulit untuk dipahami, Gie memang menulis puisi dengan apa adanya, namun terkadang Gie juga menyisipkan beberapa gaya bahasa. Berikut merupakan analisis dari masing-masing bait puisi tersebut.

Bait 1:
akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku

Pada bait tersebut, terlihat jelas bahwa Gie sedang teringat kepada seorang kekasih yang selalu memperhatikannya. Gie juga memberikan kata apakah yang berarti sebuah pertanyaan, Gie bertanya-tanya tentang kondisi kekasihnya yang kini telah jauh, apakah kekasihnya itu masih mempedulikannya.

Bait 2:
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mandalawangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Pada bait diatas, terlihat bahwa sosok Gie tampak menyukai kegiatan mendaki. Gie menyebut Lembah Mandalawangi, yang merupakan nama dari sebuah puncak gunung bernama Gunung Parangro yang terletak di Jawa Barat. Gie memberikan kesan dingin melalui kata kabut dan angin, Gie seperti mengungkapkan bahwa hubungan dengan kekasihnya sedang dingin namun ia dan kekasihnya tetap teguh, terlihat dari kalimat kau dan aku tegak berdiri.

Bait 3:
apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat

Pada bait tersebut, Gie terkesan sedang bertanya-tanya mengenai kondisi kekasihnya. Diperkuat dengan pemilihan diksi apakah yang memberikan kesan pertanyaan apakah kekasihnya itu masih mempedulikannya.

Bait 4:
lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi
kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita

Pada bait tersebut, Gie menyebut bahwa di kota yang semestinya ia bersama kekasihnya, kini ia dan kekasihnya berbicara tanpa kata dan tanpa suara, yang menandakan bahwa Gie sudah tak berkomunikasi secara langsung dengan kekasihnya. Gie juga menciptakan kesan sunyi dari pemilihan diksinya, menambah betapa sendu perasaannya kala itu.

Bait 5:
apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta

Pada bait diatas, seperti bait-bait sebelumnya, , terlihat jelas bahwa Gie sedang teringat kepada kekasihnya. Gie memberikan kata apakah yang berarti sebuah pertanyaan, Gie bertanya-tanya tentang kondisi kekasihnya yang telah jauh, apakah kekasihnya itu masih mempedulikannya.

Bait 6:
haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram
wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa
yang tidak kita mengerti
seperti kabut pagi itu

Pada bait tersebut, Gie menggambarkan bahwa ia melihat keadaan menjadi muram. Kalimat wajah-wajah yang tidak kita kenal merupakan perwujudan dari permasalahan yang sedang menghantui ia dan kekasihnya yang sebelumnya tak pernah mengalami suatu masalah. Melalui kalimat berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti Gie menggambarkan bahwa ia tak dapat memahami situasi saat itu.

Bait 7:
manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru

Bait tersebut menjelaskan bahwa sosok Gie akan terus melewati hidup, takkan melupakan kenangan bersama kekasihnya, juga dengan harapan-harapannya. Gie menyebut hidup yang begitu biru merupakan gambaran kehidupan yang sedih dan sunyi yang menyiratkan makna mengenai kondisi hubungannya dengan kekasihnya saat itu.

KESIMPULAN
Puisi Sebuah Tanya menceritakan tentang kegelisahan hati seseorang yang teringat akan kekasihnya. Pada zaman sekarang, puisi tersebut masih relevan dengan kehidupan, terutama pada kehidupan pemuda-pemudi pada umumnya.