Sinonimi dalam Semantik


Sumber: Gambar milik sendiri

A. Perbedaan Antara Sinonim-sinonim
“Ubahlah struktur kalimat; gantilah satu sinonim dengan yang lain; maka keseluruhan efek kalimat itu akan hancur.” Dalam linguistik masa kini hampir menjadi aksiomatis bahwa sinonim yang mutlak itu tidak ada. Menurut Bloomfield, “setiap bentuk bahasa mempunyai makna yang konstan dan spesifik. Jika bentuk-bentuk bahasa itu berbeda secara fonemis, maka kita bisa berharap bahwa maknanya juga berbeda. … Pendeknya, kami menduga, bahwa tidak ada sinonim-sinonim yang sebenarnya” (Language, hal. 45). Jauh sebelum Bloomfield, Breal pun mengutarakan pendapat yang sama.

Seiring dilakukannya penemuan-penemuan baru di dunia pembentukan peristilahan dalam dunia industri, ditemukan kadang-kadang beberapa sinonim muncul. Di dunai kedokteran ada dua nama bagi jaringan usus buntu, yaitu caecitis dan typhlitis. Para linguistik Jerman dapat memilih dua istilah: Lautlehre atau Phonetik untuk fonetik, Formenlehre atau Morphologie untuk morfologi. Bedeutungslehre atau Semantik (atau Semasiologi) dan sinonim-sinonim ini dipakai dalam konteks yang sama. Sementara itu, sedikit sekali ada kata yang bersinonim yang secara sempurna. Artinya, bisa dipertukarkan dalam segala konteks tanpa ada perubahan sedikit pun dari makna objektif, rasa-nada atau nilai evokatifnya.

Prof. W.E.Collinson membedakan ada sembilan kemungkinan perbedaan-perbedaan antara sinonim sebagai berikut.
1). Satu kata lebih umum daripada yang lain: binatang – hewan.
2). Satu kata lebih intens dari yang lain: mengamati – memandang.
3). Satu kata lebih emotif dari yang lain: memohon – meminta.
4). Satu kata dapat mencakup penerimaan atau penolakan moral sedangkan yang lain netral: sedekah – pemberian, hemat – ekonomis.
5). Satu kata lebih profesional daripada yang lain: riset – penelitian.
6). Satu kata lebih literer daripada yang lain: mafhum – memahami, puspa – bunga, ibunda – ibu.
7). Satu kata lebih kolokial (bersifat keseharian) daripada yang lain: aku – saya.
8). Satu kata lebih bersifat lokal atau dialek daripada yang lain: lu : gua [Jakarta] – kamu : saya.
9). Salah satu dari sinonim termasuk bahasa kanak-kanak: mama – ibu; mimik – minum.

Beberapa cara untuk membeda-bedakan kata yang bersinonim yakni:
1). Macaulay merekomendasikan metode terbaik untuk pembatasan sinonim yaitu tes substitusi (penyulihan, penggantian). Cara ini dapat menjawab persoalan apakah, dan seberapa jauh kata-kata yang bersinonim itu dapat dipertukarkan. Jika ada perbedaan objektif, maka akan terlihat makna yang tumpang tindih: kata-kata yang bersinonim dapat dipertukarkan dalam beberapa konteks, tetapi untuk konteks-konteks tertentu tidak bisa. Kata sebab persis dengan karena dalam sebab itu – karena itu. Tetapi dalam konteks lain ada tanpa sebab bukan tanpa karena, ada menyebabkan, tidak ada mengarenakan.
Selain itu, kata wafat, gugur, meninggal dunia, dan mati dikatakan bersinonim, tetapi masing-masing mempunyai tempat sendiri. Merupakan sebuah humor jika muncul kalimat: Jam saya meninggal dunia.

2). Cara kedua dengan mencari lawan kata atau antonimnya. Kata terbit bersinonim dengan kata muncul dalam matahari terbit, dan antonimnya adalah tenggelam. Tetapi dalam muncul di pentas, lawannya mungkin keluar dari pentas, dan bukunya terbit sepertinya tidak memiliki lawan kata untuk konteks tersebut.

3). Cara lain untuk membedakan kata-kata yang bersinonim adalah dengan menatanya dalam sebuah jajaran, maka makna dan overtone pembedanya akan sangat tampak. Misalnya deretan kata yang berarti keluar yakni: terbit, timbul, muncul, menyembul, keluar, nongol, lahir.

B. Pola Sinonimik
1). Skala ganda: Bahasa asli bersinonim dengan kata dalam bahasa asing.
Contoh dalam bahasa Inggris:

Adjevtiva Verba Nomina
Inner – internal (interior) ‘bagian dalam’ Answer – reply ‘menjawab’ Help – aid ‘bantuan’

Contoh dalam bahasa Indonesia:

BI Sanskerta BI Arab BI Belanda/Inggris
bunga puspa usaha ikhtiar hasil produk
air tirta besar, agung akbar giat aktif

2). Skala tiga: Kata asli, Prancis, dan Latin atau Yunani. Misalnya:

Bahasa Inggris Bahasa Prancis Bahasa Latin/Yunani Arti
end finish conclude akhir, selesai
time age epoch waktu

C. Sinonimi dan Gaya
Sinonim merupakan sumber gaya yang berharga, bermanfaat bagi setiap penyair dan penulis. Sinonimi memberikan kemungkinan untuk variasi penggunaan kata.
1). Pilihan antara sinonim-sinonim. Sinonim menjadi alternatif bagi konsep modern tentang gaya. Jika ada dua kata atau lebih untuk mengekspresikan satu gagasan, penulis akan memilih satu kata yang paling cocok untuk konteksnya.

2). Penggunaan gaya yang lebih menarik dan bervarisi adalah penggunaan stilistika kombinasi sinonim-sinonim. (a) variasi sinonim: menggunakan sinonim-sinonim untuk menghindarkan pengulangan kata yang itu-itu juga untuk gagasan yang sama. (b) kolokasi (penjajaran): Hamlet, “O, that this too solid flesh would melt, Thaw, and resolve itself into a dew. (O, daging ayam amat amat padat ini akan meleleh, mencair, dan melarutkan diri ke dalam embun.)
Molier: “Berhenti maling, pencuri, pembunuh! Algojo! Tuhan di sorga! Saya kemalingan, saya dibunuh! Mereka menggorok leher saya : mereka telah mencuri uang saya! Siapa punya ulah begini? Setan apa yang mendorongnya? Di mana dia? Di mana dia bersembunyi?”

Fungsi penting penjajaran sinonim-sinonim semacam ini adalah membuat makna menjadi lebih jelas dan empatik.

REFERENSI
Ullman, Stephen. Diadaptasi oleh Sumarsono. 2014. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

3 Likes