Simpang Lima Gumul, Arc de Triomphe Versi Lokal?

Monumen_Simpang_Lima_Gumul
[Sumber : wikipedia.id]

Simpang Lima Gumul (SLG) merupakan salah satu monumen yang menjadi ikon kebanggaan Kabupaten Kediri. SLG terletak di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Monumen ini didirikan pada tahun 2003 atas prakarsa bupati Kediri kala itu, Sutrisno, dan baru diresmikan lima tahun setelahnya yaitu pada tahun 2008 silam. Seperti namanya, monumen ini berada di pusat persimpangan jalur lima arah menuju Pare, Kediri, Plosoklaten, Pesantren, dan Menang. Monumen Simpang Lima Gumul sering disebut sebagai versi lokal dari monumen Arc de Triomphe de I’Etoile di Paris, Prancis. Meski begitu keduanya tetap memiliki ciri khas masing-masing dan memiliki makna tersendiri yang tentunya tidak bisa disamakan. Lalu, apa saja sih keunikan dari dari monumen ini yang tentunya membedakannya dengan monumen Arc de Triomphe di Paris?

  1. Inspirasi bangunan

Berbeda dengan monumen Arc de Triomphe yang merupakan monumen peringatan perang di Prancis (Roman Arch of Titus) dan didedikasikan untuk pasukan revolusi dan kerajaan. Monumen Simpang Lima Gumul ini digadang-gadang terinspirasi dari kisah kepahlawanan Jongko Jayabaya yang pada abad ke-12 di masa Kerajaan Kadiri, beliau bertekad kuat untuk menyatukan liwa kawasan di sekitar Kediri.

  1. Filosofi Bangunan

Luas SLG adalah 37 hektar secara keseluruhan, dengan luas bangunan 804 meter persegi dan tinggi yang mencapai 25 meter. Monumen ini terdiri dari 6 lantai dan ditumpu oleh 3 tangga setinggi 3 meter dihitung dari lantai bagian dasarnya. Luas bangunan ini memiliki fiolosofi tersendiri, yaitu merujuk pada hari jadi Kabupaten Kediri yang jatuh pada tanggal 25 Maret 804 Masehi. Relief-relief bangunan merupakan gambaran Kabupaten Kediri secara jelas, di mana bisa dilihat pada sembilan gambar dari total 16 gambar yang memiliki unsur seni dan budaya Kediri, seperti kesenian tari, musik, budaya, dan adat istiadat. Warna coklat keemasan yang dominan pada bangunan juga memiliki makna. Coklat berarti persahabatan, bumi, dan damai, kemudian emas yang berarti mewah, aman, prestis, dan bahagia. Di sekeliling bangunan terdapat pohon palem yang memiliki filosofi kuat berasal dari akarnya, efisien dari batangnya, teduh dari daunnya yang rimbun. Di sudut-sudut bangunan juga terdapat patung Ganesha yang merupakan logo dari Kabupaten Kediri itu sendiri.

  1. Fasilitas Monumen

SLG sebagai ikon kebanggan ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang tentu saja sangat memanjakan pengunjungnya. Terdapat akses terowongan bawah tanah yang berada di bawah jalan lingkar monumen. Pengunjung bisa memanfaatkan terowongan tersebut dengan mudah karena terowongan ini juga langsung terhubung ke area parkir. Monumen Di dalam bangunan dilengkapi dengan berbagai macam ruangan seperti gedung utama, auditorium, basement, diorama, minimarket, dan toko souvenir. Selain itu, bangunan monumen SLG sudah dilengkapi dengan fasilitas penunjang yang sangat membantu pengunjung lokal maupun mancanegara. Fasilitas itu adalah TIC atau Tourist Information Center. Tidak hanya bisa bertujuan untuk membantu para pengunjung di TIC juga disediakan berbagai souvenir dan buah tangan khas Kediri.

  1. Daya Tarik Tersendiri

Meski dirancang hampir menyerupai Arc de Triomphe, monumen ini sejatinya lebih menonjolkan kesenian dan kebudayaan Kediri yang bisa dilihat dari relief-relief tentang sejarah Kediri yang terpahat di sisi-sisi bangunannya. Selain itu, letaknya di kawasan yang menjadi pusat perdagangan Kediri bagian barat mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara karena lengkapnya fasilitas-fasilitas lain yang tersedia di sekitar monumen seperti convention hall, gedung serbaguna, Bank Daerah, terminal bus antarkota dan MPU, serta saranya rekreasi air Water Park Gumul Paradise Island.

Pada awalnya pembangunan SLG bertujuan untuk menjadikannya sebagai pusat perekonomian dengan cara memberdayakan masyarakat sekitar, sangat disayangkan karena hingga saat ini dalam penerapannya masih kurang maksimal. Dilihat dari konsep pembangunan SLG ini, pemerintah Kabupaten Kediri melihat konsep city branding dengan cara membagi potensi yang ada menjadi empat bagian. Keempat potensi tersebut yaitu potensi alam, potensi buatan, potensi religi, dan potensi budaya. Apabila menilik dari empat potensi tersebut maka Simpang Lima Gumul adalah potensi pariwisata yang memang dibuat untuk mampu menjadi ikon utama karena bangunan tersebut mengandung relief-relief kebudayaan dan sejarah Kediri yang di mana hal tersebut sangat mendukung konsep dasar dari city branding itu sendiri.

Referensi :

KediriKab.go.id. Simpang Lima Gumul-Kabupaten Kediri-Kediri Lagi. https://kedirikab.go.id/hiburan. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

MAYLIN, MI. 2019. KONSTRUKSI SOSIAL SIMPANG LIMA GUMUL. https://repository.unair.ac.id/87553/5/JURNAL_071511433031_MALFINDA%20INDRA%20MAYLIN%20.PDF.pdf. Diakses pada tanggal 10 Desember 2021.