SIM Seumur Jagung Berkelana di Jogja Demi Sebuah Konser

Sore itu aku dan sahabatku, Biul nekat pergi ke Jogja untuk menonton konser yang sudah kami tunggu sebelumnya. Ini merupakan perjalanan jauh pertamaku setelah mempunyai SIM. Oh ya, SIM ini dibuat satu minggu sebelum berangkat ke Jogja alias masih seumur jagung. Selama perjalanan pergi, aku yang mengendarai motor karena Biul belum cukup berani dan kurang tau jalanan di Jogja.

Tak disangka ternyata Jogja pada hari itu macet parah, terutama ke arah Prambanan. Tanganku sampai pegal-pegal karena digunakan terus untuk mengerem dan ditambah di sana hawanya panas sekali, itu benar-benar menguji kesabaran buat aku yang masih newbie ini. Awalnya perkiraan kami akan tiba jam 16.30 WIB, namun kenyataannya molor sampai habis magrib. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.15 WIB, tetapi kami masih terjebak macet. Untungnya kami sudah berada di depan kawasan Candi Prambanan, jadi tinggal beberapa meter saja akan sampai. Namun pada sore itu Allah berkehendak lain. Sembari menunggu macet yang tak kunjung selesai, rasa kesalnya sedikit terobati karena pas banget pada sore itu jatah bung Fiersa menyanyi. Senang banget tapi sedikit sedih juga hanya bisa ngikut nyanyi dari pinggir jalan, padahal aku ingin sekali memecahkan “Celengan Rindu” bersama.

Sampai pada akhirnya, aku sadar jam sudah menunjukkan angka 17.45 WIB, dan kami masih terjebak macet. Di situ aku dan Biul panik, kami belum menukar tiketnya dan batas penukaran tiket hanya sampai jam 18.00 WIB. Karena takut tidak keburu dan rugi, aku meminta Biul turun dari motor dan jalan kaki untuk menukarkan tiketnya. Sementara Biul menukar tiket, aku mengurusi motor. Melihat dia berlari-lari, membuat perutku sakit karena aku tertawa. Biul lari seperti dikejar Polisi, mana dia juga lupa untuk lepasin helmnya lagi.

Singkat cerita, aku sudah masuk ke kawasan Candi Prambanan sekitar habis magrib. Aku pikir kemacetan ini akan kunjung selesai, tapi malah dilanjut part 2 hehe. Alias aku kena macet lagi ketika mencari tempat parkir. Sumpah aslinya sih tempat parkirnya tidak jauh dari titik macet tadi, tapi karena penuh jadinya aku harus pindah ke area parkir yang paling ujung. Di mana itu sangat jauh dari venue dan pencahayaannya di sana kurang banget. Setelah berlalu-lalang mencari parkiran, akhirnya motorku dapat beristirahat dengan tenang bersama motor-motor lain.

Masalah motor selesai sontak aku langsung WhatsApp Biul untuk share location (serlok). Sialnya lagi serlok dia mati, coba bayangin Candi Prambanan itu kan luas banget ya ditambah di sana gelap apa makin tidak susah susah untuk kami bertemu. Jadi ya sudah, mau tidak mau aku yang harus susul Biul ke sana. Sebenarnya rada takut sih, bukan karena takut sama hantu tapi takut karena aku tidak pegang tiketnya. Dan ya ketakutanku terjadi, ketika lewat pos penjaga aku disuruh tunjukin bukti tiketnya. Wah panik dong aku. Sempat tidak percaya penjaganya namun aku berhasil meyakinkannya dengan wajah lesuku.

Masih edisi mencari Biul, aku mencari-cari sampai ke dekat venue pun belum tampak batang hidung dia. Karena sudah menunggu lumayan lama, akhirnya aku memutuskan untuk jalan ke arah penukaran tiket. Naasnya di sana aku hanya menemukan helm Biul yang digantung di tiang, ini lucu dan ngeselin banget sih helmnya ada tapi orangnya tidak ada.

Tidak lama dari situ, akhirnya aku bertemu juga dengannya. Rasanya lega dan senang sekali berasa tidak bertemu 1 tahun. Kami berdua istirahat sejenak di bawah pohon dengan latar kemegahan Candi Prambanan sembari bercerita kejadian setelah kami berpisah tadi. Selang beberapa menit, suara dentuman drum sudah menggelegar hingga membuat kami lekas pergi menuju venue. Oh ya, konser ini merupakan konser pertamaku dan Biul. Selama di sana kita benar-benar takjub banget apalagi ketika artisnya tampil. Kami berdua tidak menyangka bisa sampai di sini serta dapat mendengar dan melihat secara langsung para penyanyinya, itu sungguh mengobati rasa capek dan kekesalan kami. Sayangnya aku dan Biul hanya berkesempatan melihat konser Tiara Andini, Mahalini, Once Mekel, dan Vierratale. Ya walaupun kami sedikit kecewa karena tadi ketinggalan Fiersa Besari dan Teddy Adhitya, tapi keempat artis itu benar-benar sudah membayar rasa lelah kami.

Saking serunya acara malam itu, membuat kami sampai tidak sadar bahwa malam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Di situ Vierratale baru setengah main, jadi mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas kita harus segera pulang. Mengingat tadi berangkatnya molor apalagi pulangnya. Jadi kami memutuskan untuk segera pulang demi keselamatan bersama. Saat kami berdua jalan kaki menuju tempat parkir yang sangat jauh nan gelap itu, sebenarnya aku tidak tega melihat Biul jalan kaki sejauh itu, karena dia anaknya jompo. Tapi beruntungnya saat jalan menuju parkiran, suara Vierratale masih terdengar di telinga kami. Jadi dapat sedikit mengalihkan penyakit jomponya itu hehe.

Setiba di area parkir, dengan kondisi yang sudah lelah dan lapar terdapat momen tak terduga lagi. Momen yang paling kocak adalah aku lupa parkir motornya di sebelah mana. Area parkirannya itu luas banget seperti di tengah lapang dan tadi aku tidak sempat foto motor aku. Untungnya di situ otak kami masih bekerja, inisiatif dong aku gunakan remote motornya dengan harapan memudahkan saat mencari. Tapi bukannya bikin mudah malah bikin tambah bingung, ketika aku pencet remote-nya banyak motor yang ikut bunyi. Ternyata pada malam itu banyak yang lupa posisi motornya, ini kocak sih ternyata banyak yang nasibnya sama dengan kami. Butuh waktu kurang lebih 20 menit cuma untuk mencari motor kesayanganku itu dan itu pun aku harus mencar lagi dengan temanku. Nah singkatnya aku sudah menemukan motorku, tapi aku tidak melihat Biul alias kami kepisah lagi. Tidak kelar-kelar sepertinya masalah pisah-kepisah ini.

Akhirnya aku menemukan batang hidung Biul dan kami langsung otw pulang, tau sendirilah Jogja itu terkenal dengan klitihnya apalagi kami cuma berdua dan cewek pula. Selama perjalanan pulang, terkhusus di Ringroad kami berdua selalu berdoa dan alhamdulillah ternyata masih ramai. Setiba di Denggung, aku ganti posisi sama Biul, ia yang mengendarai motor sedangkan aku duduk di belakang. Biul di depan karena jalannya tinggal lurus saja jadi dia tidak akan bingung dengan Google Maps. Pengalaman ini sangat berkesan sekali buat aku pribadi, harapanku semoga pembaca bisa merasakan hal indah dan kocak bersama sahabatnya serta pengalaman ini bisa menjadi perjalanan penuh kesan selama masih muda.

1 Like