BAB 1. Terkucilkan
Di tepi danau hiduplah seekor siput murbai yang ramah, baik hati dan tidak sombong, tidak disangka siput murbai hidup perdampingan dengan sekelompok katak. Akan tetapi, si siput dan si katak tidak pernah rukun meskipun mereka hidup perdampingan. Karena, katak yang mempunyai sifat yang sangat angkuh dan pemarah, sehingga dia merasa lebih hebat dari pada si siput. Bagi katak siput itu tidak bisa melakukan apapun dengan bebas tidak seperti dirinya yang bisa melakukan segala hal seperti melompat kesana kemari dan ketika malam hari mereka bernyanyi dengan gembira.
Siput selalu memandang iri terhadap katak, namun rasa iri itu ditepis olehnya karena dia merasa bahwa si katak terlalu menyombongkan diri terhadap dirinya. Siput selalu berfikir bahwa semua makhluk hidup itu mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-maisng.
“Katak, mengapa kau selalu memandang rendah kami, para siput? Kita kan bisa berteman seperti dengan yang lainnya”.
“Apa kamu bilang? Berteman? Kau tidak pantas berteman denganku dan kawan- kawanku, karena kami itu katak paling hebat dan keren”.
“Betul itu, kami itu hebat dan keren tidak seperti kalian, Lambat. Hahahaha”. sahutnya katak lain. Meskipun para siput sering direndahkan dan mendapatkan cacian oleh para katak tetapi mereka tidak menyerah untuk tetap ingin berteman dengan mereka, para siput selalu berfikir bahwa mereka suatu saat nanti akan berubah dan membutuhkan bantuan dan ingin berteman kepada para siput.
“Untuk apa kalian ingin berteman dengan kami? Sedangkan kalian sangat lambat dan kami suka melompat kesana kemari bagaimana bisa kita menjadi teman, jika kalian saja tidak bisa apa – apa”. kata si katak.
“Ya. Kami memang tidak bisa melompat akan tetapi kami sangat kuat, untuk jalan sejauh apapun dengan membawa cangkang kami tidak akan pernah mengeluh”.
“Hahahaha. Jelas saja kalian tidak mengeluh, cangkangmu itu memang harus dibawa supaya kalian tidak jadi santapan para burung, hahahaha”. Si siput selalu merasa bahwa dirinya terkucilkan untuk yang kesekian kaliannya.
“Hei katak, jangan lah kau sombong, suatu saat kau pasti akan membutuhkan bantuan dari kami”. Ujar si siput.
“Hidih kami tidak akan membutuhkan bantuan kalian”. “betul, untuk apa meminta bantuan kepada kalian, kalian itu lemah. Hahahaha”.
BAB 2. Angkuh
“Mereka pikir mereka siapa, berani sekali mengatakan jika kita akan membutuhkan bantuan mereka”.
“Ya benar, tidak ada yang berani dengan kita, lantas untuk apa meminta bantuan kepada mereka, hahahaha”. Katak itu sebenarnya tidak seperti yang kita fikirkan yang terlihat begitu hebat dan keren, tetapi faktanya bahwa katak merupakan hewan yang lemah namun dia memang lincah dalam bergerak. Berbeda dengan si siput yang terlihat begitu lambat namun dia bukan yang kemah, akan tetapi siput tetapi bisa hidup nyaman dan aman dengan cangkangnya. Bahkan para predator pun kebingungan untuk memangsa siput, sebab tubuhnya terlindungi oleh cangkang yang begitu keras.
Saat sedang melompat lompat katak tidak sengaja melihat sekumpulan para belalang yang juga sedang melompat lompat dengan riang gembira. Tetapi katak heran, mengapa ada hewan yang juga bisa melompat seperti katak? Katak tidak berfikir bahwa semua makhluk itu sebenernya punya ciri-ciri, keunikan dan kesamaan. Katak tetap sombong diri, mengatakan bahwa dirinya lah yang tetap hebat dan keren, sebab meskipun badan dia besar dia mampu melompat kesana kemari.
“Hei kau, mengapa kalian melompat lompat seperti itu, kalian meniru kami?”.
“Hah meniru dalam hal apa? Kami memang seperti ini, kami melompat kesana kemari dan terbang untuk mencari makan”.
“Baiklah tidak apa kalian meniru kami, tetap saja kami yang paling hebat disini, tubuh kalian kan kecil tentu saja kalian tidak sehebat dan sekuat kami, hahahaha”
“Hahaha, kami memang kecil dan kami tidak kalah hebatnya dengan kalian, kami ini bisa terbang sedangkan kalian hanya bisa melompat, bahkan lompatan kalian sangat pendek”. Ujar si belalang yang mulai terpancing emosi.
“Heh kau sombong sekali, jika kau aku injak saja sudah pasti kalian akan mati terbunuh olehku, hahahaha”. Ujar si katak.
“Bukankah sedari awal kalian lah yang sombong ke pada kami?”
Katak pun terdiam, dan mereka memilih pergi karena tidak ada gunanya berbicara dengan belalang. Karena sebenarnya memang katak dan belalang mempunyai sifat yang sama sama angkuh.
BAB.3 Pertolongan
Para katak saat ini sedang bernyanyi bergembira seolah olah nyanyian itu untuk meminta hujan turun. Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada sosok yang sedang mengintai mereka, seakan-akan ingin mendekati para katak dengan tatapan lapar yang sudah ingin menyantap daging didepan matanya itu. “Ssssst sttss”. Suara desis ular yang belum disadari oleh para katak. Ular itu terus bergerak mendekati sekumpulan katak, ia sudah tidak sabar ingin merasakan daging-daging itu. Bagaiamanapun caranya dia harus makan karena sudah tidak tahan lagi menahan laparnya.
“Aku sangat lapar, ingin sekali segera memakan mereka”. Ujar ular dengan menunjukan senyum seringainya.
Para katak terkejut saat tanpa sengaja mereka mendengar seperti ada yang berbicara dari arah belakang mereka.
“Apakah kalian mendengar sesuatu, seperti ada yang berbicara?”. “Ya, Kami mendengar dia seperti mengatakan jika dia lapar”. Para katak berfikir siapa kira-kira yang mengatakan seperti itu, dan itu terdengar sangat mengerikan bagi mereka.
“Hai katak, sedang apa kalian disini?”. Ujar si ular masih sama dengan senyuman seringainya itu.
“Hahh, bagaimana bisa ada ular disini, aku kira disini aman. Oh tidak ini sangat berbahaya sekali”. Katak mulai ketakutan saat tau ternyata ada ular dibelakang mereka.
“Hahahaha, bagaimana kalian suka ditempat ini kan? Pas sekali aku sedang lapar mari kita menikmati pemandangan danau ini sambil memakan kalian satu persatu” para katak yang mendengar itu seketika bergidik ngeri.
“Tidak, aku tidak ingin menjadi santapanmu”. Beberapa katak pergi meninggalkan tempat tersebut dengan tergesa-gesa karena rasa takut yang telah menghantui mereka.
“Heiii. Jangan kabur kalian, kenapa meninggalkan kami disini. Tolong kami. Kami”. “Hahahaha mereka sudah ketakutan lebih baik kalian pasrah saja untuk menjadi makananku”.
“Tidak, tolong, tolong kami kumohon tolong kami”. Ujar si katak meminta tolong kepada siapapun. Dari arah kejauhan siput mendengar seperti ada yang meminta tolong. Dia menajamkan pendengarannya agar tahu apa yang dia dengar benar adanya. Saat pendengarannya benar dia langsung menggelinding menhampiri sumber suara itu, dan ternyata benar ada yang meminta bantuan. Saat itu juga ia langusng memikirkan bagaimana caranya untuk menolong para katak itu. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan, tunggu saja kau ular pasti kau akan merasakan sakit karena sudah mengganggu temanku”.
Saat ular akan menggit katak tiba-tiba siput muncul dengan menggelindingkan cangkangnya ke arah mulut ular yang sudah siap menggigit. Saat akan menggigit ternyata yang ia gigit bukahlah katak namun yang dia gigit itu siput. Dia menggigit cangkang yang begitu keras hingga taring ular itu terlepas dan si ular merasakan kesakitan yang sangat luar biasa.
“Rasakan kau, sakit kan? Sudah sana pergi jangan ganggu teman-temanku lagi”. Ularpun pergi meninggalkan siput dan katak.
“Eeeh siput terimakasih sudah menolongku dari serangan si ular itu, maafkan aku jika selama ini aku selalu meremehkanmu. Apakah kau mau berteman denganku dan kwan-kawanku?”. “Wahh apakah benar aku boleh menjadi temanmu, itu yang aku inginkan sejak lama”. Kata siput dengan sangat antusiasnya. Dia sangat senang sebab apa yang dia inginkan akhirnya terwujud juga. Sekarang siput dan si katak menjadi teman yang baik dan saling menjaga satu sama lain.