Sesuatu Yang Mengubah

Halo semuanya, aku Cahaya Adi Pratama, aku berasal dari daerah yang terkenal dengan telur asin. Ya, benar sekali aku berasal dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Aku lulus dari SMA pada tahun 2020, tahun ketika virus ini mulai menjalar ke negaraku. Masih jelas di ingatan, ketika wali kelasku mengumumkan belajar di rumah selama 2 minggu. 2 minggu berjalan dan belajar di rumah terus diperpanjang sampai tiba-tiba aku dinyatakan lulus. Perasaanku bercampur aduk antara senang dan sedih. Senang karena akan segera memulai perjalanan baru, sedih karena harus berpisah dengan teman-teman. Hari-hari selanjutnya aku disibukkan dengan persiapan untuk masuk perguruan tinggi. Waktu itu aku bermimpi untuk masuk di salah satu perguruan tinggi ternama yang berada di kota Yogyakarta. Seleksi demi seleksi aku ikuti, seleksi pertama yang aku ikuti adalah SBMPTN, di seleksi ini jelas aku mengambil perguruan tinggi yang aku impikan. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan harapan, ya aku tidak keterima. Aku tidak mau menyerah begitu saja, lantas aku mencoba lagi dengan mengikuti seleksi mandiri yang diadakan perguruan tinggi tersebut, tetapi lagi-lagi hasilnya tidak sesuai harapan. Setelah dua kali percobaanku masuk perguruan tinggi impian gagal, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti seleksi mandiri di beberapa perguruan tinggi lainnya. Akan tetapi, hasil kembali tidak sesuai harapan. Terhitung dalam kurun waktu tersebut aku menerima 8 penolakan dari perguruan tinggi negeri. Perasaanku jelas sedih, kecewa, marah, dan bingung, aku benar-benar berada di posisi terburuk. Setelah diriku mulai pulih dari kekecawaan, aku memutuskan untuk mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Yogyakarta, aku keterima dan menjalani perkuliahan sebagaimana mestinya. Selesai semester kedua perkuliahan, orang tuaku menyarankan untuk pindah, hal itu karena biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan aku yang masih memendam mimpi itu. Pada Bulan April lalu, aku kembali mengikuti SBMPTN dan kembali mengambil perguruan tinggi impianku, hasilnya kembali berisi penolakan. Setelah itu, aku kembali mengikuti seleksi mandiri di perguruan tinggi impianku dan di Universitas Sebelas Maret. Setelah beberapa penolakan, akhirnya aku keterima di Universitas Sebelas Maret, jurusan Ilmu Administrasi Negara. Namun, saat itu aku masih menunggu hasil dari perguruan tinggi impian, dan hasilnya kembali aku ditolak. Sedih, kecewa, dan marah kembali aku rasakan karena artinya aku benar-benar tidak bisa mewujudkan mimpiku. Akan tetapi, perasaan itu tidak lama, aku segera bangkit dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Sebelas Maret.

Setelah perjalanan yang aku lalui, setelah beberapa penolakan yang aku terima, akhirnya aku belajar bahwa tidak semua yang ada di dunia ini diciptakan untu aku. Tidak semua yang aku inginkan akan terwujud. Keinginan hanya akan membawa penderitaan, harapan hanya akan berujung pada kekecawaan. Sekarang aku tumbuh sebagai manusia yang tidak memiliki impian, harapan, atau apapun sejenisnya. Aku akan menjalani kehidupan ini sesuai hukum alam, sebagaimana mestinya kehidupan berjalan.