Seputar Analisis Wacana Kritis

Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit dengan kehidupan masyarakat. Melalui keberagaman media yang dapat melingkupinya dan tingkatan kualitas komunikasi yang dapat dibangunnya, wacana dimanfaatkan sebagai gerakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pencapaian tujuan akan menciptakan dampak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis wacana tersebut. Dengan segala dampak yang dapat diciptakannya, wacana tentunya bukan sekedar teks dengan tujuan penulisan tertentu. Eriyanto (2010: 8—13) menyebut wacana semacam ini dengan istilah wacana kritis. Dia mengatakan bahwa wacana kritis dipandang sebagai objek kajian berdimensiyang terdiri atas beberapa aspek: tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi. Aspek-aspek tersebut merupakan karakteristik dari wacana kritis.

Wacana atau tulisan bernada kritis dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan dari penulisnya. Salah satu upaya untuk mengetahui tujuan dan memahami keseluruhan makna dalam dalam sebuah teks adalah dengan melakukan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis adalah model analisis wacana yang dapat digunakan untuk menjawab apakah wacana yang diproduksi telah dipengaruhi oleh tujuan tertentu atau tidak, dan bagaimana dampak wacana tersebut terhadap masyarakat pembaca. Hal tersebut didukung oleh pendapat Van Dijk dalam Darma (2013:51) yang mengemukakan bahwa analisis wacana kritis digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis di antaranya politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lainnya. Kegiatan mendeskripsikan, menganalisisis, dan mengktitik sebuah tulisan atau teks dapat dilakukan melalui analisis wacana kritis.

Analisis wacana kritis adalah upaya mendeskripsikan segala fenomena yang tertuang dalam tulisan atau teks. Kegiatan pendeskripsian dimaksudkanuntuk memberikan gambaran yang lengkap terkait fenomena masyarakat yang tertuang dalam sebuah teks. Kegiatan menganalisis diartikan sebagai kegiatan mengurai teks guna melihat apakah teks yang dihasilkan oleh pembuat teks dipengaruhi oleh kognisi dan lingkungan tertentu. Selain itu, kegiatan mengkritik adalah kegiatan untuk menilai kesesuaian dan ketidaksesuaian teks terhadap kondisi kehidupan sosial masyarakat. Analisis wacana kritis setidak-tidaknya memandang wacana sebagai objek berdimensi yang terdiri atas tiga unsur: teks, kognisi sosial, dan konteks. Dimensi teks yang akan diteliti adalah struktur dari teks itu sendiri, di dalamnya terdapat analisis linguistik. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi atau dibuat oleh penulis wacana.

Konteks merupakan dimensi untuk melihat bagaimana teks dihubungkan dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang di masyarakat. Ketiga hal ini merupakan bagian integral yang harus dikaji bersamasama untuk mendapatkan hasil analisis wacana secara utuh. Setiap dimensi dalam wacana kritis tentunya mengangkat tema-tema tertentu, seperti pendidikan, politik, danacana memiliki keragaman definisi. Keragaman ini muncul karena wacana digunakan pada banyak disiplin ilmu sehingga diartikan sesuai dengan disiplin ilmu yang melingkupinya. Dalam lingkup linguistik, beberapa ahli mengaitkan wacana dengan cabang-cabang linguistik, yang di dalamnya mencakup berbagai displin ilmu bahasa.

Darma (2013: 1) mendefinisikan wacana sebagai tataran tertinggi, terbesar, dan terlengkap karena di dalam wacana terdapat unsurunsur linguistik yang cukup kompleks seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan ditunjang oleh situasi pemakaian dalam masyarakat. Pendapat Darman sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Tarigan, namun Tarigan lebih menekankan pada ruang lingkup atau struktur wacana itu sendiri. Tarigan dalam Wijana dan Rohmadi (2010: 67) mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, tertinggi, dan terbesar. Wacana adalah produksi bahasa (lebih kompleks) karena berada di atas kalimat atau klausa. Wacana juga dilengkapi dengan unsur koherensi dan kohesi yang berkesinambungan. Kesinambungan yang dibentuk oleh unsur koherensi dan kohesi tersebut mampu membentuk awal dan akhir yang nyata, dan dapat sampaikan melalui ragam lisan maupun tulisan. Selain kaitannya dengan linguistik dan cabang-cabang di dalamnya, wacana juga sangat terkait dengan masyarakat pemakainya. Wacana dipandang sebagai hasil produksi bahasa oleh seorang pengguna bahasa. Samsuri dalam Darma (2013: 2) mengatakan bahwa wacana memiliki kaitan yang erat dengan bahasa pemakainya. Tidak hanya terkait dengan pemakainya, beberapa ahli beikutnya mengatakan bahwa wacana adalah bagian dari komunikasi. Hawthorn dalam Eriyanto (2008: 2) mendefinisikan wacana sebagai komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar. Komunikasi tersebut disebut sebagai sebuah aktivitas personal yang bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya (tujuan komunikasinya).

REFERENSI

Ratnaningsih, D. (2019). Analisis Wacana Kritis: Sebuah Teori dan Implementasi.