Aku alpa mengantongi beberapa potong wajahmu
dalam saku celanaku
kepingan-kepingan keperakan yang hangat itu dengan mudahnya terlupa
ke ujung bumi kepala aku berkelana
mencari wajahmu yang utuh sempurna
namun tak juga ku temukan ia di antata
rekaman usang yang berserakan
oleh setumpuk kenangan butut
yang tak cocok lagi jika dipatut-patut
aku merasa ada sebuah lekuk kehilangan
keutuhan yang hanya padamu ia ku temukan
yang tak sempat kusimpan dengan aman
sebab bagiku tak ada yang butuh diselamatkan
bahkan sepotong saja ia telah tenggelam
tak ada lagi yang perlu dibikin runyam
biar saja ia melenyapkan diri
tak pernah selesai ku lengkapi.