Seni Hadroh Di Era Gen Z

Seni hadroh merupakan salah satu genre musik islami yang iringan musiknya memakai terbang/rebana. Hadroh ini termasuk sebuah alunan nyanyian sholawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang dikemas dalam bentuk kesenian. Seni hadroh juga menjadi media dakwah sebagai bentuk syi’ar yang diperuntukkan bagi umat islam agar menambah rasa cinta terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Hadroh tidak hanya di lantunkan saat hari hari besar islam saja seperti Maulid Nabi dan Syawal, tetapi juga kerap menjadi kegiatan rutin di suatu kelompok tertentu, atau juga pada acara acara desa seperti khitanan, orang menikah, haul, dan lain - lain.

Secara terminologis, hadrah adalah salah satu jenis seni Islam yang dilakukan dengan alat musik perkusi yang disebut rebana dan melantunkan syair pujian kepada Nabi Muhammad Saw. Ini dilakukan sebagai cara untuk menghormati dan menunjukkan cinta dan kasih umat Muslim kepadanya. Secara historis, hadrah yang saat ini dikenal sebagai musik terbang atau rebana, sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Ini terlihat dari bagaimana kelompok Anshar menyambut Nabi Muhammad Saw di Madinah setelah hijrah dari Makkah. Selama berabad-abad, hadrah telah menjadi bagian dari tradisi dan budaya Islam. Perannya masih terasa hingga saat ini.

Ada beberapa jenis musik rebana, yaitu Banjari, Habsyi, dan Modern. Alat yang digunakan pun tentu berbeda beda. Rebana Al - Banjari hanya menggunakan bass dan terbang saja. Rebana Habsyi menggunakan bass, tam, darbuka, terbang, dan keprak. Berbeda dengan kedua jenis rebana tersebut yang lebih menggunakan musik musik klasik, rebana modern ini menggunakan alat alat yang bersifat elektronik seperti keyboard, gitar, bass gitar dan lainnya. Fungsi dari hadroh yakni sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan agama islam melalui syair syair sholawat agar manusia senantiasa mengingat Allah dan Nabi Muhammad, selain itu juga dapat menjadi sarana untuk mementramkan pikiran, sebagai sarana berdzikir, dan sebagai sarana hiburan di berbagai acara keagamaan islam.

Di era gen Z ini, seni hadroh semakin tergeser oleh seni seni musik modern saat ini. Saat ini jarang ditemukan anak anak gen Z yang menyukai seni hadroh. Terlihat jika mereka malu untuk membanggakan hadroh karena dianggap kuno dan tidak gaul. Mereka cenderung lebih menyukai dan mendengarkan genre musik pop, hip - hop, rock, jazz, dan lain - lain. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa musik hadroh atau rebana ini juga masih di minati di beberapa kelompok tertentu.

Pada beberapa waktu lalu, hadroh ini sempat viral dan banyak mengundang atensi dari masyarakat untuk ikut meramaikan acara tersebut. Pada masa itu, banyak tersebar di media sosial tentang acara “bersholawat” yang di selenggarakan oleh suatu desa atau komunitas tertentu, dan menghadirkan tokoh tokoh besar islam seperti habib dan gus. Karena keviralan ini, majelis - majelis sholawat menjadi sangat ramai tidak seperti waktu sebelumnya. Dulu majelis sholawat ini hanya didatangi oleh orang - orang yang senang dan cinta terhadap sholawat dan hadroh, namun karena viral, semua orang berlomba - lomba untuk datang ke suatu majelis, dan tidak sedikit orang yang hanya ingin mengikuti trend di sosial media.

Sebenarnya ada dampak positif dan negatif terhadap trend tersebut. Dampak positif yang dapat diambil yaitu, jaringan terkait dunia sholawat akan semakin meluas, karena anak - anak gen Z adalah generasi yang melek akan teknologi, dan hal tersebut akan membawa pengaruh besar di musik rebana karena akan banyak yang tertarik terhadap seni hadroh atau seni rebana tersebut. Selain itu seni hadroh adalah salah satu peninggalan budaya islam yang harus di lestarikan, dengan adanya ketertarikan oleh gen Z, budaya hadroh ini akan di lestarikan dan di pertahankan. Seni hadroh juga bermanfaat sebagai peningkatan kesadaran agama yang sudah mulai luntur di masa sekarang ini. Namun ada juga dampak negatif yang muncul, dikarenakan semua orang mengikuti tren sholawat dan banyak orang yang datang ke acara “bersholawat” itu membuat kita harus selalu waspada dengan keadaan karena kita tidak pernah tau, siapa yang datang ke acara tersebut, apakah orang baik atau orang jahat, selalu waspada dengan kejahatan kejahatan seperti copet, catcalling, dan lain - lain.

Berbeda dengan jaman dulu saat menggelar acara “bersholawat” dan yang datang adalah orang orang yang menyukai sholawat, kita akan merasa jauh lebih nyaman karena saling menjaga, dan intensitas kejahatan yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan sekarang. Selain itu, nilai kekhidmatan yang ada saat pembacaan maulid menjadi kurang sakral, karena banyak orang yang belum mengetahui dan meresapi bacaan maulid yang dibaca, mereka hanya fokus terhadap lagu lagu sholawat dan sebagian dari mereka membuat gerakan - gerakan seperti joget - joget yang akan mengurangi kekhidmatan pada sholawat tersebut. Dengan adanya dampak positif dan negatif yang ada, harapannya kita sebagai generasi Z tetap menjunjung tinggi tradisi budaya hadroh dan tetap melestarikannya.