Seberapa Pantas Aku Viral

Viral merupakan kata yang identik ditujukan kepada orang atau sekelompok orang yang sedang naik daun baik karena celetukannya, kontroversi maupun prestasinya. Di Indonesia belakangan ini kata viral menjadi sangat sering diucapkan karena fenomena sosial yang terjadi saat ini.

Kata viral di Indonesia lebih sering digunakan kepada orang-orang yang terkenal karena kontroversi bukan karena prestasi. Mulai dari “odading mang oleh”, “kamu nanya”, Citayam Fashion Week, dan lain sebagainya. Memang perlu diakui ini memiliki sisi positif yaitu semua orang berhak menjadi terkenal tanpa harus mempunyai prestasi.

Namun di sisi lain hal ini tentunya tidak akan bertahan lama karena mereka hanya memiliki beberapa jargon kontroversi yang tentunya semakin lama semakin membuat orang bosan bahkan masyarakat yang sebelumnya membuat mereka menjadi viral malah yang membuat mereka juga menjadi redup.

Sebagai contoh Citayam Fashion week yang di mana ramai diperbincangkan bahkan gubernur DKI Jakarta kala itu Anies Baswedan ikut meramaikan dengan mengajak para rombongan Bank Investasi Eropa ke sana, namun pada akhirnya Citayam Fashion Week hilang begitu saja akibat pembubaran oleh pihak berwenang sebab berbagai kontroversi yang mereka buat seperti kemacetan, tindak kriminal dan menciptakan kerumunan yang melanggar aturan COVID-19 sehingga membuat masyarakat tidak tertarik lagi dengan hal itu karena mereka tidak memiliki lagi jargon yang disodorkan ke masyarakat.

Apa yang membuat semua ini terjadi, mengapa viral di Indonesia kebanyakan hanya untuk orang-orang yang terkenal karena kontroversinya, dan mengapa siklus viral ini menjadi cepat baik naik dan turunnya suatu fenomena. Mungkin semua ini terjadi karena masyarakat Indonesia yang terlalu “ada gula ada semut” terhadap menanggapi suatu fenomena, jadi masyarakat Indonesia itu terlalu mengikuti apa yang sedang ramai diperbincangkan sehingga hal-hal yang tidak pantas diperbesar menjadi besar.

Di lain sisi media di Indonesia juga terlalu memperbesar keadaan ini, di mana orang-orang yang viral ini akan muncul di berbagai platform seperti televisi, YouTube, radio, dll. Sehingga orang yang tadinya tidak ingin tahu menjadi tertular juga dengan fenomena ini karena sudah diagungkan di berbagai platform.

Memang semua ini sejalan dengan ketiadaan prestasi yang mereka miliki yang di mana ketika jargon yang mereka miliki tidak dapat digunakan maka mereka tidak punya apa-apa untuk diandalkan. Sebagai contoh Ade Londok dengan jargonnya “odading mang oleh”, ketika dia tampil di televisi yang di mana jargon tersebut tidak layak dipertontonkan karena terdapat kata-kata yang kasar sehingga dia membuat lawakan lain dengan menarik kursi komedian senior Malih Tongtong yang akhirnya dia dihujat oleh masyarakat dan kariernya pun meredup.

Berbanding terbalik dengan mereka yang memiliki prestasi sebagai contoh tim nasional sepakbola amputasi Indonesia yang lolos piala dunia Amputasi 2022 di Turki, meskipun tampil kurang memuaskan dengan menduduki peringkat 22 dari 24 negara namun tampil di ajang sebesar itu saja sudah sangat patut dibanggakan dan seharusnya itu layak viral.

Mereka memang tidak setenar orang yang terkenal sesaat tersebut, meskipun begitu mereka tetap memiliki ilmu dan capaian yang berguna bagi dirinya tanpa takut jargonnya dilepas. Jadi, manakah yang kita akan pilih menjadi viral sekarang tanpa prestasi lalu hilang begitu saja atau berprestasi tanpa viral namun ke depannya kita memiliki pegangan akan prestasi yang kita miliki.