Mungkin sudah sering ya, dengar cerita tentang perjalanan perjuangan untuk masuk ke universitas favorit, tapi pernah ga sih, dengar cerita cinlok (cinta lokasi) di tempat yang sering dinamai tempat tempurnya anak-anak SMA/SMK untuk memperjuangkan universitas impiannya, mungkin cerita cinlok-cinlok diluar sana sudah biasa saja, tapi cinlok yang kali ini sangat berbeda, cinlok yang penuh drama, penuh plot twist diluar nalar, tapi juga bikin sadar kalau (dunia itu sempit juga). Hai aku Berlin dari Fakultas Teknik dan dari prodi yang konon katanya banyak cowo-cowo ‘buaya’ haha, aku bakal sedikit cerita tentang pertemuan pertama dengan cowo yang sampai detik ini jadi ‘teman teristimewa’.
Bermula dari pemikiran-pemikiran takut tidak punya teman saat ditempat UTBK, jadi aku memutuskan untuk mencari teman digrup UTBK, diaplikasi yang bernama WhatsApp. Aku yang iseng dan juga ga ada kerjaan kala itu, tiba-tiba melihat grup yang mulai ramai orang-orang sibuk memberitahukan ruang pengerjaan UTBKnya masing-masing yang bermaksud untuk mencari teman juga, lalu ada suara yang mendorongku untuk ikutan ‘nimbrung’ chat digrup dengan kalimat “FEB Lab B?”, beberapa menit mulai tersadar “ih alay banget ngga ya,moga aja ga ada yang sadar” dan beberapa menit kemudian, ada notifikasi react dari chat digrup, buru-buru aku chat beberapa orang yang react ternyata hanya satu orang yang sesinya cocok dengan aku, lalu berkenalanlah kita. Sebut saja Mas D, plot twistnya rumah Mas D ini ga jauh dari rumah aku. Kita sering ngobrol lewat chat pribadi, yang awalnya hanya menanyakan seputar keperluan UTBK, sampai jadi menanyakan hal-hal random setiap hari, yang dulunya kita ga kenal, bahkan ga tahu kalau kita bakalan seruangan, akhirnya jadi seakrab itu padahal belum pernah bertemu sama sekali dan aku yang dulunya ga suka dengan orang yang ‘sok akrab’ apa lagi cuma kenal disosmed, jadi berpikiran kalau orang ‘random’ ga semuanya buruk, bisa saja jadi teman spesial. Singkat cerita sudah mendekati hari H UTBK, si Mas D tiba-tiba bertanya “besok mau dianter siapa?, kalau belum ada, bareng sama aku aja” lalu aku berpikiran “hmm apakah ini modus?!”, tapi ntah kenapa terasa senang dihati gadis kecil ini. Tentu saja aku tolak, disamping karna pasti tidak dipebolehkan orang tua, kita juga belum terlalu kenal dekat.
Sampailah dihari H UTBK, bapak mengantarku ke lokasi menggunakan mobil, namun saat diperjalanan ke salah satu universitas yang mempunyai almamater berwarna ‘telor asin’, rasanya beneran campur aduk, takut soalnya susah, takut gabisa ngerjain, dan takut Mas D kecewa karna ga sesuai ekspektasinya saat pertama kali ketemu sama aku, ntah kenapa masi kepikiran sampai waktu sudah menunjukkan 11.35 WIB, yang harusnya kita mulai UTBK jam 12.00 WIB, namun Mas D belum kelihatan, “hmm apakah dia kena tilang dijalan” gumamku, kami diarahkan ke tempat transit, disini Mas D masih belum kelihatan, sampai jam 11.50 WIB, ada notifikasi kalau Mas D tiba-tiba ada acara yang ga bisa ditinggalkan, tapi untunglah tidak ada drama terlambat UTBK. Akhirnya kami bertemu, dan ya seperti orang normal yang sudah kenal lama sebelumnya, kami ngobrol, saling menenangkan dan saling memberi semangat, jujur tidak mempan, rasa grogi, minder dan tidak percaya diri selalu menghantui sampai di tempat bertempur, ya kami sudah di depan ‘monitor kematian’, AC yang seperti -3˚C, dan suara click mouse, benar-benar membuatku tidak bisa berkonsentrasi.
3 jam sudah berlalu, lega tapi tetap overthinking tentang skor UTBK yang jadi masalah berikutnya, namun disisi lain juga senang sudah bertemu Mas D xixixi, kita sudah punya planning setelah UTBK kita foto bareng di depan tempat tempur yang membuat kita saling kenal dan juga menjadikan kita musuh selama 3 jam. Kami ngobrol-ngobrol dengan teman-teman yang lain juga sekalian berpamitan dan saling mendoakan, sangat mellow sekali sore itu. Aku yang sudah mempersiapkan cemilan dengan note lucu di sebaliknya, memberikan cemilan itu ke teman-teman, lalu untuk Mas D ada yang berbeda sedikit, aku yang agak gengsi dan malu-malu memberikan cemilan tersebut lalu berpaling seperti tidak terjadi apa-apa hehe, Mas D yang kebingungan tiba-tiba tersenyum kecil sembari membaca note disebalik cemilan (plis ini lucu sekali). Sudah waktunya untuk pulang kerumah, bapak yang parkir lumayan jauh dari lokasi UTBK dan suasana sudah lumayan sepi, Mas D berisiatif untuk mengantarku sampai ke lokasi parkir bapak, bapak yang kebingungan melihat anak gadisnya di bonceng cowo yang entah dari mana asalnya, pun langsung mengintrogasiku selama perjalanan pulang.
Huft lumayan panjang juga ya cerita pertama kali bertemu Mas D ini, singkat cerita setelah drama per UTBKan selesai, yang aku kira akan ada drama lost contact, ternyata salah, sampai hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, kami masih aktif memberi dan menanyakan kabar satu sama lain, By the way kita LDR (Long Distance Relationship) Solo-Magelang, yang kata orang-orang bakalan gampang membuat satu sama lain saling lupa, dan jadi penghambat seseorang buat mencari kebebasan, tapi menurut kita, itu HOAX, karena komunikasi dan keahlian pengendalian ego yang bisa membuat kita ‘berteman’ sampai sekarang. Kita sering main bareng kalau ada waktu luang dan sekarang bapak juga sudah kenal dengan anak laki-laki ‘misterius’ itu. Kita sudah merasakan, jika rintangan yang berat juga bisa mendatangkan sesuatu yang indah. Sudah hampir 2 tahun menjadi ‘teman UTBK teristimewa’ dan sudah hampir 2 tahun pula cemilan yang aku berikan masih tersimpan rapi, semoga menjadi artefak paling manis yang pernah ada.