Ribuan Kilometer dengan Sejuta Kenanganya

Tour Leader, pekerjaan yang diimpikan untuk sebagian orang diluar sana. Alasan mereka tentu saja tidak lain dan tidak bukan ialah karena tour leader adalah pekerjaan yang menyenangkan, meski sibuk bekerja tetapi juga mendapat nilai positif nya bisa jalan-jalan ke berbagai tujuan wisata, tidak mengeluarkan uang atau ongkos, lalu juga mendapat honor setelah perjalanan berakhir, belum lagi uang tip yang diberikan dari para tamu yang dilayani dan juga dari tempat oleh-oleh yang dikunjungi.

Meski terlihat mudah dan menyenangkan, sisi lain sebagai seorang tour leader yakni kita memiliki tanggung jawab yang bisa dibilang lumayan besar pada kenyataan di lapangan nya. Bagi mereka yang tidak mengetahui hal tersebut, tentu mereka akan terkejut ketika mengetahui fakta nya.

Pengalaman menjadi tour leader dan penanggung jawab perjalanan tahun ini diawali pada grup pertama di bulan mei 2024 kemarin saat membawa salah satu instansi Pendidikan di daerah Jakarta timur. Salah satu pengalaman yang lumayan hektik pada awal perjalanan kala itu atau belum lama berangkat yakni adanya miskomunikasi dari panitia dan peserta itu sendiri terkait jumlah peserta dan jumlah fiks yang ikut. Nah apa yang lumayan hektik bagi kami? Yap betul, pada saat itu juga kami harus menginformasikan ulang jumlah peserta kepada rumah makan karena untuk servis makan selama diperjalanan dan jumlah kamar hotel karena adanya kesalahan jumlah peserta.

Lalu setelah kejadian pada hari pertama pemberangkatan itu, di hari kedua kami melakukan wisata sebanyak 2 destinasi. Pertama menuju Studio Alam Gamplong di daerah Kulon Progo Yogyakarta, dan destinasi kedua kami menuju ke Hutan Pinus Becici di daerah Bantul Yogyakarta. Setelah selesai makan malam kami menuju ke Malioboro, nah ketika disana ada kejadian yang mengejutkan bagi kami pada waktu itu. Saat itu bertepatan ketika di malioboro ada kejadian yang cukup mengenaskan oleh salah satu wisatawan dari jawa timur.

Cerita yang kami dapat dari tamu yang kita layani, wisatawan tersebut mengalami penyakit asma tetapi dia bersama teman-teman nya mengunjungi wahana rumah hantu di kawasan malioboro. Bertepatan dengan penyakit yang dideritanya, setelah keluar dari wahana tersebut dia mengalami kejang-kejang yang luar biasa hebat dan segera dilarikan ke rumah sakit. Malam yang cukup penuh kisah dari kawasan malioboro kala itu. Ketika esok nya kami mendapat info tambahan, si wisatawan tersebut meninggal dunia ketika di rumah sakit. Sangat miris bagi kami yang mengetahui hal tersebut, sungguh pelajaran yang harus dipahami oleh biro perjalanan yang membawa tamu tersebut karena tidak mengetahui penyakit yang diderita oleh tamu mereka.

Singkat cerita pada hari ketiga kami melanjutkan perjalanan menuju tempat oleh-oleh dan juga menuju destinasi terakhir yakni Candi Prambanan. Setelah selesai hari ketiga, grup pertama ini melanjutkan perjalanan kembali menuju jakarta, sedangkan saya pribadi melanjutkan perjalanan kembali menuju kota Yogyakarta karena ada grup kedua yang baru datang dari Dieng.

Esok harinya tanpa adanya rasa lelah saya melanjutkan trip bulan itu bersama grup kedua yang juga merupakan salah satu instansi pendidikan di daerah halim jakarta timur. Pagi harinya kami ada wisata budaya yakni tepatnya kami menuju keraton Yogyakarta. Yap akhirnya ini yang kami tunggu-tunggu, secara kebetulan kami bertemu dengan rombongan turis mancanegara saat itu. Saya ingat betul salah satu dari mereka bertanya kepada saya, singkatnya seperti ini, “apa kamu tour guide?” … “iya pak saya tour leader, dan ini grup yang sedang saya layani saat ini.” … “oh wow luar biasa, murid sekolah?” … “ya pak mereka murid smp dari jakarta” … “jakarta? wow, berapa lama perjalanan kesini?” … “yaa mungkin sekitar 10 jam menggunakan bus, perjalanan yang santai” … “hmm keren-keren, ok guys aku harus pergi duluan” … “ok selamat bersenang-senang.”

Salah satu pembelajaran dan keuntungan menjadi seorang tour leader, yap betul seringkali bercengkrama dengan turis-turis, baik lokal maupun internasional. Meski aku sedikit bisa bahasa inggris tapi tetap saja pasti ada yang jauh lebih hebat daripada saya. Ketika selesai berbicara dengan salah satu turis tersebut, saya melihat salah satu dari grup kami yang sangat-sangat lancar berbicara bahasa inggris terhadapa beberapa orang turis tersebut, tidak hanha menjadi perhatian kami tapi juga menjadi perhatian bagi rombongan turis asing tersebut. Tentu saja, anak seumuran mereka pandai berbahasa asing siapa yang tidak kagum. Setelah itu kami melanjutkan berwisata satu hari full di jogja, seperti menuju malioboro, lava tour, dan juga oleh-oleh.

Singkat cerita setelah 2 grup pertama yang saya bawa yaitu grup tanggal 13-16 Mei serta 14-17 Mei, saya kembali memimpin sebuah grup pada tanggal 25-27 Mei, saat itu juga sudah ada grup lain yang berangkat yakni tanggal 24-27 Mei. Sama seperti dua grup sebelumnya, yang kami layani saat itu juga sebuah instansi pendidikan dari daerah bekasi. Kami berangkat sore dan langsung menuju wisata pertama yakni lava tour merapi, kami sampai di daerah kaliurang sekitar jam 3 pagi tanggal 26 Mei, kami transit terlebih dahulu di resto untuk sarapan dan bersih-bersih. Ketika sudah pukul setengah 6 kami bersiap untuk menuju lava tour, disini terjadi miskomunikasi antar kami dan guru. Saat itu saya berada diluar bus sembari berbincang dengan salah satu guru nya, setelah selesai kami berfikir bahwa guru tersebut berada di bis yang lain sehingga kami tinggal duluan karena harus segera menuju ke atas. Tetapi, ternyata guru tersebut berada di bis kami bukan bis yang lain, alhasil kami harus putar balik menuju resto tersebut untuk menjemput guru tersebut.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Ternyata memang sebelumnya guru tersebut ada di bis yang satunya, tetapi beliau minta untuk pindah sedangkan tidak ada konfirmasi ke kami, kami menghitung sesuai data yang sudah ada sehingga beliau tidak masuk ke dalam daftar list bis kami. Inilah salah satu ketelitian yang harus dimiliki tour leader, sering bertanya dengan tamu yang kami bawa. Setelah itu kami melanjutkan aktivitas wisata full satu hari hingga hampir malam akhirnya kami baru check in di salah satu hotel.

Sehabis grup tersebut saya sempat memimpin 2 grup lainnya yakni tanggal 29 Mei sampai 1 Juni yang mana perjalanan itu kami menuju Kota Batu Jawa Timur dan juga pada tanggal 4-7 Juni menuju Kota Yogyakarta. Lalu pada tanggal 9-12 Juni, saya kembali memimpin grup menuju Jogja. Saat itu ada 2 grup yang berangkat tapi saya memimpin instansi pendidikan di daerah Jakarta, satunya lagi di daerah Bekasi.

Pada grup yang saya pimpin kali ini lumayan membuat kesal karena sedari sebelum berangkat salah satu guru sudah banyak sekali berkomentar. Apa hal yang membuat beliau berkomentar sampai menjelek-jelekan? Pada saat presentasi terkait perjalanan, kami menjanjikan 1 unit bigbus dan 1 unit medium bus karena jumlah mereka tidak terlalu banyak. Saat mendekati hari keberangkatan, unit medium bus ini terkendala suatu hal sehingga tidak bisa berangkat, alhasil kami mengganti bus tersebut dengan 1 unit bigbus sehingga menjadi 2 unit bigbus pada grup kali itu. Kok bisa guru tersebut berkomentar padahal kepala sekolahnya menerima dengan senang hati? Guru tersebut merasa bus pengganti yang kami kirim dalam kondisi jelek, tidak layak jalan, dan alasan lain yang sebenarnya masuk ke logika bila dijelaskan. Padahal dari sudut pandang berbeda, kami sebenarnya nombok karena kami ganti dari medium menjadi big tapi guru itu tetap saja protes.

Hingga akhirnya saat tengah makan siang guru tersebut kami ajak ngobrol bersama juga dengan kepala sekolah nya, waktu itu ada pemilik travel juga yang akhirnya beliau tidak berkata apa-apa saat ditanya alesan nya kenapa menyebut hal-hal tidak bagus. Setelah itu sampai kembali lagi ke Jakarta, guru tersebut tidak banyak bicara dengan kami, tidak banyak komplen ke kami, beliau melanjutkan perjalanan dengan tidak banyak tingkah seperti saat berangkat.

Waktu berlalu dan sampai pada tanggal 13-16 Juni yang dimana saya kembali memimpin sebuah grup yang juga dari instansi pendidikan di daerah Bekasi, tepatnya sih sekolah saya dulu ketika smp hehe jadi mereka masih adik kelas saya, mungkin beda nya sekitar 3 tahun dari saya. Kami kembali menuju kota Yogyakarta untuk berwisata. Kami berangkat pagi dari Bekasi dan sampai sore hari di Jogja. Keesokan hari nya kami menuju ke UGM terlebih dahulu untuk kunjungan pada pagi hari, setelah itu dilanjutkan menuju ke daerah Gunungkidul tepatnya ke Gua Pindul, Pantai, serta Heha Sky View. Pada hari ketiga setelah selesai dari wisata oleh-oleh, siang hari nya kami menuju lava tour. Disinilah kejadian yang selalu tidak kami inginkan.

Pada saat itu bertepatan juga sedang turun hujan, akhirnya untuk lava tour sedikit tertunda sekitar 20 menitan. Berwisata mengelilingi kawasan merapi hingga sampai pada aktivitas terakhir yaitu di sungai. Dari pihak jeep merapi yang juga mitra kami, mereka selalu mengingatkan kepada wisatawan untuk selalu duduk dan berpegangan di jeep mereka, tetapi tidak dengan salah satu dari anak-anak sekolah yang kami bawa itu. Supir jeep sudah mengingatkan untuk duduk dan pegangan tetapi ada 3 anak ini yang tidak melakukannya, alhasil ketika jeep masuk ke dalam air dan tanpa diduga juga pas menabrak batu yang cukup besar pada ban nya sehingga yang tadinya melaju cukup kencang harus mendadak berhenti karena menabrak batu. Disinilah kejadian itu bermula yang dimana posisi mereka bertiga tidak siap dan juga tanpa disadari adanya batu yang tidak terlihat di air akhirnya kepala mereka bertiga mentok di besi penyangga jeep atau dalam dunia otomotif itu disebutnya roll bar. Untungnya dari kami pihak travel dan juga pihak jeep yang kami pakai sama-sama memiliki asuransi sehingga mereka langsung dilarikan ke rumah sakit.

Drama tidak sampai disitu saja, setelah kejadian itu ramai dikalangan teman-teman dan gurunya, ternyata yang parah hanya dua anak saja sedangkan yang satunya hanya ikut-ikutan merasa korban juga. Setelah kami tau dari teman-teman nya memang ketiga anak ini sering sekali bermasalah di sekolah ataupun di kalangan teman-teman nya. Dua anak yang agak parah itu sudah di periksa sampai di rontgen (X-Ray) dan mereka tidak mendapati luka yang lebih serius, sedangkan yang satunya lagi memang sedari awal tidak terlalu parah hanya saja ikut-ikutan merasa korban sehingga diapun juga minta ke dokter nya untuk ikut di rontgen yang akhirnya disetujui saja oleh dokter nya yang padahal sudah tau si anak ini sebenarnya tidak kenapa-napa. Guru dan teman-teman nya yang sudah mengetahui kalau anak-anak ini seringkali banyak drama, sehingga tidak terlalu yang panik saat tau mereka terkena insiden.

Selepas grup sekolah saya dulu itu, saya kembali memimpin beberapa grup terakhir sebagai penutup grup sepanjang bulan Mei-Juni. Tepatnya pada tanggal 19-22 Juni yang juga merupakan instansi pendidikan dan juga tanggal 27-30 Juni yang dimana itu merupakan instansi pemerintahan.

Dari pengalaman-pengalaman diatas yang saya alami tersebut, memang menjadi seorang tour leader sebenarnya sangat-sangag melelahkan, butuh kesabaran ekstra, ketelitian, dan juga komunikasi yang baik. Tidak hanya mendapat nilai positif saja yang didapat seperti kata orang-orang yang bisa jalan-jalan gratis dan sebagainya, dibalik itu juga banyak nilai negatif yang tersimpan dan rasa-rasa ekstra seperti yang saya sebutkan barusan. Tak selamanya hal-hal indah, baik, keren akan selalu terlihat begitu, disisi lain atau kita yang sudah mengalami pasti ada hal-hal yang jauh berbeda dengan yang terlihat.

Menyenangkan memang rasanya menjadi seorang tour leader, tapi juga perlu diperhatikan bahwa dibalik hal menyenangkan itu kita harus berjuang penuh, kita harus benar-benar profesional untuk bisa mendapatkan hal yang menyenangkan itu.

1 Like