Reog ponorogo kesenian daerah ponorogo

Reog merupakan identitas dan roh masyarakat Ponorogo, terminologi Reog
dan Ponorogo adalah dua padanan kata yang sulit dipisahkan, ketika orang menyebut
Ponorogo, maka dalam benaknya adalah kesenian Reog yang indah dan memikat
untuk dilihat, begitu pula ketika melihat pertunjukan Reog, maka tersirat dan teringat
kota Ponorogo sebagai kota asal kesenian Reog. Demikian melekatnya padanan kata
Reog dan Ponorogo tidak terlepas dari citra Reog Ponorogo yang sudah dikenal di
Nusantara dan berbagai Negara, selain citra Reog Ponorogo juga pencitraan kesenian
Reog Ponorogo oleh masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo, Propinsi
Jawa Timur dengan icon-nya dan Negara terus dilakukan dengan penunjukan
kesenian Reog Ponorogo sebagai duta wisata ke luar Negeri.
Reog Ponorogo adalah legenda rakyat yang sangat erat dengan berdirinya
Kabupaten Ponorogo, sehingga keberadaannya sangat dijaga dan dipelihara oleh
masyarakat Ponorogo baik yang ada di daerah asal maupun di daerah perantauan,
Kesenian Reog Ponorogo telah menyebar di seluruh pelosok nusantara bahkan
sampai Luar Negeri.
Hasil Kerajinan Reog Ponorogo telah tersebar di suluruh Indonesia bahkan
sampai luar negeri sehingga Potensi Ekonomis kerajinan Reog Ponorogo sangat
bagus, hal ini tidak terlepas dari kepedulian pemerintah daerah yang selalu
melestarikan budaya reog dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
penyelenggaraan festival Reog setiap bulan Muhamaram (Suro), yang mampu
menjadi daya tarik baik wisatawan domestic maupun manca Negara. Banyaknya
group Reog yang tersebar di hampir seluruh pulau di Indonesia menjanjikan peluang
usaha dalam bidang kesenian Reog Ponorogo sangat bagus.
Bujang Ganong adalah salah satu pemeran sentral dalam cerita reog Ponorogo
sebagai sosok yang sakti mandraguna sebagai Patih di kerajaan Wengker. Patih
Bujang Ganong mempunyai sifat yang lucu, humoris, dinamis dan selalu tenang
dalam menghadapi apapun, bahkan pada saat berhadapan dengan musuh yang sakti
sekalian, perangai yang lucu tapi siap mengemban tugas seberat apapun, menjadikan
Bujang Ganong menjadi duta kerajaan untuk mengemban tugas, bahkan dalam
sejarah Reog Ponorogo, Patih Bujang Ganong diutus atau diminta oleh Raja Wengker
untuk melamar Putri Songgolangit di Kerajaan Kediri untuk dijadikan Permesuri
Parbu Kelono Sewandono.
Patih Bujang Ganong mempunyai senjata yang dinamakan Pecut
Samandiman, yang mana Pecut Samandiman dalam cerita Reog Ponorogo sebagai
senjata yang dipinjamkan kepada Raja Kelono Sewandono untuk melumpuhkan
Barongan. Barongan adalah binatang persyaratan Putri Songgolangit untuk menerima
lamaran dari Prabu Kelono Sewandono yaitu dua binatang yang berbeda yang menyatu jadi satu tubuh (Harimau dan Burung Merak). Dalam kesenian Reog dua
binatang yang menyatu tersebut dinamakan Dadak Merak.
Bujang Ganong dalam perannya di Kesenian Reog Ponorogo lebih dikenal
dengan nama Ganongan atau juga disebut Penthoel dilukiskan dengan sosok yang
mempunyai rupa jelek, menakutkan, dengan rambut gimal, mata melotot, hidung
yang panjang dan lucu. Topeng Ganongan bisa mewakili instrument Reog mengingat
peran dan kekhasannya, setelah Dadak Merak.
Penokohan Ganongan/Penthoel diperankan seorang pemain dengan topeng
Ganongan, karena peran yang dominan dengan karakter lucu, atraktif dan menarik
dipadu dengan warna yang mencolok maka keberadaannya menjadi sangat
diperhatikan. Topeng Ganongan menjadi salah satu hasil kerajinan pengrajin Reog
Ponorogo yang laris dan diminati karena ukurannya yang tidak memakan tempat,
ringan dan mudah dibawa.
Menurut Pengrajin Reog sekaligus sesepuh Ponorogo, yaitu Mbah. Sisok,
hasil kerajinan yang diminati sebagai cindra mata dari Ponorogo yang paling laris
adalah Ganongan, bukan Dadak Merak yang didentikkan dengan Reog. Hal ini
menurut beliau dikarenakan harganya murah yaitu sekitar Rp. 35.000,- s/d Rp.
100.000,- untuk jenis dan ukuran aslinya, sedangkan untuk ukuran yang kecil dan
kualitas hanya untuk asesorioes maka harganya berkisar Rp. 15.000,- s/d Rp. 30.000,-
sedangkan Dadak Merak (Reog) kurang diminati karena mahal dan untuk ukuran
yang sebenarnya sangat besar (bisa mencapai 2.25 m lebar, 3 m tinggi dan 60 cm
tebal), harganya bisa mencapai Rp. 5.000.000,-. Mahalnya Dadak Merak, selain
ukuran yang besar, juga dikarenakan untuk kebutuhan Bulu Meraknya, harus import
dari India.
Pengrajin Reog Ponorogo membuat beraneka ragam kerajinan, mengingat
komponen pendudung Reog Ponorogo mempunyi variasi yang banyak diantaranya,
Dadak Merak, Barongan (Kepala Macan), Kepang Jaranan, Kendang, Angklung,
Topeng Kelono Sewandono, Ganongan atau juga disebut Penthoel (topeng Bujang
Ganong) dan pakaian perangkat reog.
Kesan monoton pada design dan bahan pembuatan Ganongan mulai dirasakan
oleh konsumen, hal ini dikarenakan kekhasan Ganongan tidak dibarengi dengan
inovasi design dan bahan, hal ini yang menjadi kelemahan dan kekurangan pada
pengrajin Reog di Ponorogo pada umumnya, sebetulnya bisa dilakukan dengan tidak
merubah konsep asli sesuai dengan penokohannya dan pakemnya dengan menambah
corak dan design yang lebih menarik.