Relevansi Teori Solidaritas Emile Durkheim dengan Interaksi Sosial Masyarakat di Masa Pandemi

Manusia merupakan makhluk sosial yang tentunya membutuhkan bantuan manusia lain, hal ini sebagai tanda bahwa manusia sejatinya merupakan individu yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia seringkali melakukan hubungan timbal balik dengan individu lain guna untuk memenuhi kebutuhan dan bertahan hidup. Hubungan timbal balik inilah yang biasa kita sebut sebagai interaksi sosial . Interaksi sosial akan terjadi apabila ada pertemuan antara dua orang atau sekelompok orang. Interaksi sosial ini bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam interaksi sosial langsung terdapat kontak fisik seperti tegur sapa, bersalaman atau berjabat tangan, saling berbicara bahkan saling berpelukan. Sebaliknya, dalam interaksi sosial secara tidak langsung memang tidak terdapat kontak fisik, namun adanya komunikasi serta respon dari lawan bicara lewat media juga dapat dikatakan sebagai interaksi sosial. Interaksi sosial inilah nantinya yang akan melahirkan rasa solidaritas pada masing-masing individu.

Belakangan ini masyarakat sedang dihadapkan pada masalah yang cukup serius karena menyebabkan perubahan sosial akibat konflik yang muncul. Konflik sejatinya tidak dapat dihindari namun dapat dicari solusinya. Konflik yang dihadapi masyarakat saat ini ialah wabah virus corona yang menyebar sehingga menyebabkan guncangan dalam proses sosial. Banyak perubahan yang terjadi akibat wabah virus ini.

Pandemi Covid-19
Kasus virus corona pertama kali di Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Maka dari itu virus ini dinamakan Covid-19. Penyebaran virus ini diketahui melalui kontak fisik langsung dengan si penderita, bisa juga melalui batuk dan bersin dan lewat barang-barang yang mudah tersentuh banyak orang. Virus ini cukup mematikan dengan tingkat penyebaran yang lumayan tinggi dan cepat. Lalu badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan status sebagai pandemi global (Amilda dkk, 2020). Virus ini merebak ke berbagai penjuru negara. Percepatan penyebaran virus ini menyebabkan melemahnya segala aspek baik ekonomi, sosial dan politik.

Menindak lanjuti terkait kasus penyebaran Covid-19 ini, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan beberapa himbauan atau kebijakan untuk masyarakat seperti Pembatasan Sosial Skala Besar atau PSBB, Phyisical Distancing atau Pembatasan Jarak, menghindari kerumunan, mencuci tangan dan memakai handsanitizer. Dengan adanya kebijakan atau himbauan selama pandemi Covid-19 seperti menghindari kerumunan serta penerapan jaga jarak tentunya merubah aspek tatanan interaksi sosial (Firdaus dkk, 2020). Sebab, jauh sebelum pandemi Covid-19 dan pemberlakuan kebijakan tersebut, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang sosialis serta gemar berkumpul.

Tidak dapat dibantah lagi bahwasanya virus ini harus ditangani dengan serius dan tepat, pemerintah harus mengambil langkah yang tepat untuk mengurangi angka penyebaran virus ini dan juga menjamin keselamatan rakyatnya. Karena ini sangat penting untuk menghadirkan kepercayaan masyarakat bahwa pemerintah dengan sigap menangani penyebaran virus ini dan menjaga mereka sebagai rakyat Indonesia. Kepercayaan rakyat kepada pemerintah dapat menumbuhkan solidaritas, dengan adanya solidaritas antar masyarakat dengan masyarakat lain serta solidaritas masyarakat dengan pemerintah maka diharapkan dapat menciptakan kerja sama yang baik agar virus ini tertanggulangi dengan mudah serta terukur.

Teori Solidaritas Emile Durkheim
Durkheim mengatakan bahwa solidaritas merupakan sebuah perasaan saling percaya antar anggota pada sekelompok orang atau komunitas (Hardika, 2014). Penjabaran tentang pengertian solidaritas menurut Emile Durkheim ialah adanya rasa saling percaya, memiliki cita-cita serta tujuan bersama, rasa kesetiakawanan, dan ada rasa sepenanggungan antar individu. Emile Durkheim mengelompokkan solidaritas mejadi dua yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis.

  1. Solidaritas Mekanis : Solidaritas yang berdasar pada kesadaran kolektif bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan serta sentimen bersama pada warga masyarakat yang sama itu. Indonesia memiliki kekuatan solidaritas mekanis yang terikat oleh adanya kesamaan kesadaran kolektiff. Ini berarti negara Indonesia yang sedang menghadapi pandemi virus ini harus sadar bahwa masyarakat dengan pemerintah memiliki kekuatan dalam membangun kerja sama agar virus tertanggulangi dengan baik.

  2. Solidaritas Organis : Solidaritas organis adalah solidaritas yang muncul akibat ketergantungan antara individu atau kelompok sehingga adanya prinsip pembagian kerja. Adanya prinsip pembagian kerja ini, menurut Durkheim dapat mengikis kesadaran kolektif pada masyarakat sehingga dapat melahirkan sifat individualis.
    Relevansinya dengan Interaksi Sosial di Masa Pandemi

Relevansinya dengan kondisi masyarakat saat ini tertuang dalam sikap masyarakat dan pemerintah yang bekerja sama dan bahu membahu untuk menanggulangi penyebaran virus ini. Masyarakat patuh terhadap kebijakan dan imbauan pemerintah untuk menjaga jarak, dan mnghindari perkumpulan terlebih dahulu sebab hal ini dianggap dapat menjadi sarana penyebaran virus. Mengenai sikap masyarakat yang bekerja sama dengan pemerintah ini bisa kita asumsikan sebagai solidaritas mekanis karena beberapa hal. Pertama, sikap patuh masyarkat dalam mematuhi himbauan pemerintah, itu menandakan bahwa masyarakat dan pemerintah bersandar pada sentimen dan rasa sepenanggungan yang sama (kesadaran kolektif). Kedua, sikap bahu membahu dan gotong royong yang dilaksanakan tidak mengenal waktu, tempat, dan orang. Siapapun yang terkena imbas dari wabah virus ini menjadi tanggung jawab bersama dan mendapat pelayanan dari pemerintah lewat tenaga medis. Kedua alasan ini, selaras dengan teori solidaritas mekanis yang dikemukakan Durkheim.

Relevansi lain yang berkaitan dengan teori Durkheim adalah ketika pandemi ini dapat kita lihat saat masyarakat yang berada di tengah usaha penanggulangan penyebaran virus ini malah berperilaku kurang berperikemanusiaan. Mengapa disebut demikian? Sebab ada kasus yang menyebutkan bahwa seorang jasad perawat yang meninggal akibat terpapar virus corona ini ditolak masyarakat setempat untuk dikebumikan di kampung halamannya sendiri, padahal semasa hidupnya ia mengabdikan diri untuk berjuang menyembuhkan pasien-pasien yang terpapar virus di Rumah Sakit. Hal ini dapat diasumsikan sebagai teori solidaritas organis karena dalam teori Durkheim menyebutkan bahwa tindakan tersebut dianggap salah satu sikap individualis. Ini berarti, kesadaran kolektif antar individu selama pandemi menurun. Mereka seakan kurang peduli terhadap sesama individu karena merasa bertanggung jawab atas keluarganya pribadi. Sehingga masyarakat banyak membatasi diri terhadap individu lain karena rasa takut yang berlebih.

Sumber Referensi
Amilda, Heylin dan Sri Haryati. 2020. “Pengaruh Covid-19 Terhadap Kondisi Sosial Budaya di Kota Malang dan Konsep Strategis dalam Penanganannya”. Jurnal Ilmiah Widya Sosiopolitika E-ISSN 2685-457.

Apriyanti, Chusna dan Riza Dwi Tyas. 2021. “Persepsi dan Aksi Masyarakat Pedesaan di Masa Pandemi”. Jurnal Ilmu Soisal dan Humaniora Vol. 10, No. 1, April 2021.
Coretan Hardika. 2014. ”Teori Emile Durkheim”. http://catatanhardika.blogspot.com/2014/04/teori-emile-durkheim.html (diakses pada tanggal 10 Juni 2021)

Firdaus, Junaidi dan Surip. 2020. “Interaksi Sosial Masa Pandemi Covid-19 (Studi pada Masyarakat di Kelurahan Nungga Kota Bima)”. Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol 7 No 2.

1 Like